Kongres I API Kartini dibuka bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia (International Womens Day), pada Hari Kamis 8 Maret 2018 dan diakhiri dengan menggelar Parade Menangkan Pancasila pada Hari Minggu, 11 Maret 2018.
Diena Mondong, Ketua Umum API Kartini yang baru terpilih dalam Kongres I API Kartini menyampaikan bahwa sekarang ini perempuan berhadapan persoalan ketimpangan, kemiskinan dan mahalnya harga kebutuhan dasar. Di sisi lain, perempuan juga masih rentan sebagai objek kekerasan dan perlakuan diskriminatif. Sebagai catatan, pada 2016 ada 259.160 kasus kekerasan terhadap perempuan.
“Dua persoalan di atas menjadi salah satu sebab angka keterwakilan perempuan dalam politik masih sangat minim yang berdampak pada munculnya kebijakan yang diskriminatif terhadap perempuan,” kata Diena.
Diena menjelaskan bahwa selama Kongres, API Kartini mencoba melihat problem-problem yang sekarang ini sedang dihadapi oleh perempuan, untuk selanjutnya merumuskan strategi dan program perjuangan dalam memajukan politik perempuan.
“Berdasarkan Catatan Komnas Perempuan dari 2009 hingga 2016, ada 421 kebijakan diskriminatif yang dikeluarkan pemerintah daerah. Kita juga sedang mengkritisi adanya pasal-pasal dalam RKUHP yang berpotensi mengkriminalisasi perempuan dan Mendorong segera disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang sedang digodok di DPR,” lanjut Diena.
Pembukaan kongres I API Kartini bertempat di Wisma PKBI, Kebayoran baru, Jakarta, dengan dihadiri 300-an peserta. Dalam Kongres I API Kartini, beberapa tokoh perempuan yang hadir menyampaikan pandangan-pandangan mereka, antara lain: Azriana R. Manalu, Ketua Komnas Perempuan, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, dan Musdah Mulia.
Sedangkan Parade Menangkan Pancasila diikuti sedikitnya 800-an orang dengan mengambil rute dari depan Kedubes Amerika Serikat menuju Pintu Selatan Monumen Nasional ini.
“Kita ingin Pancasila menjadi bintang arah bagi bangsa Indonesia dalam menyeberangi jembatan emas kemerdekaan, menuju Indonesia yang adil makmur, kuat serta mandiri. Namun sayang, cita-cita masyarakat adil dan makmur sekarang ini tercegat oleh melebarnya ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan mahalnya harga kebutuhan dasar rakyat. Oleh karena itu API Kartini menilai bahwa Negara harus mengatasi problem kemiskinan dan ketimpangan sosial ini,” tegasnya.
Rasio gini Indonesia pada 2015 sempat menembus 0,42, yang merupakan angka tertinggi dalam sejarah. Selain itu, Indonesia juga masih berkutak dengan persoalan kemiskinan yang masih tinggi. Jika merujuk pada ukuran Bank Dunia, atau ukuran 1,9 USD ( setara Rp 775.200 per bulan), masih ada 70 juta rakyat Indonesia terjerembab dalam kemiskinan.
“Dalam parade ini, API Kartini memperkenalkan slogan perjuangan API Kartini yang baru yaitu: Menangkan Pancasila: Wujudkan Kesetaraan Gender dan Kesejahteraan Sosial, “ tegasnya. ***
Terkait
Resensi Buku: Menghadang Kubilai Khan
Sunat Perempuan, Tradisi Berbalut Agama yang Membahayakan
Dari Aktivisme Borjuis ke Solidaritas Sejati: Membangun Gerakan Sosial yang Inklusif