4 Oktober 2024

Pidato Pembukaan Kongres I API Kartini

0Shares

Yang saya hormati Kawan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik

Yang saya hormati para pimpinan organisasi perempuan

Kawan-kawan delegasi Kongres API Kartini yang saya banggakan.

Salam kesetaraan!

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia-Nya kita dapat memperingati Hari Perempuan Internasional sekaligus mengikuti acara Pembukaan Kongres I API Kartini.

Peringatan Hari Perempuan Sedunia ini sangatlah penting, salah satunya karena mengingatkan kita untuk menelusuri kembali jejak sejarah perjuangan perempuan Indonesia yang tidak kalah gemilang dibanding perjuangan kaum perempuan di belahan dunia lain.

Lihatlah Laksamana Malahayati yang menggetarkan bala tentara Portugis di selat Malaka. Lihatlah Martha Christina Tiahahu yang gugur sebagai remaja 17 tahun setelah sengit memimpin perlawanan atas Belanda. Simaklah juga kecerdasan dan kepeloporan Kartini, Dewi Sartika, Rohana Kudus, SK Trimurti, Rasuna Said, Suyatin, dan masih banyak lagi tokoh perempuan yang menjadi penerang zaman. Pendeknya, negeri ini tidak pernah kering dari hadirnya kaum perempuan yang berani dan visioner.

Atas perjuangan mereka juga lah kemerdekaan Indonesia dapat dicapai dan kaum perempuan mendapatkan tempat yang setara dalam Konstitusi Negara: Undang-Undang Dasar 1945.

Meskipun demikian, kita juga tidak bisa melepaskan diri dari kenyataan, bahwa dalam usia 73 tahun Republik ini, kita masih mengalami kemunduran atau setidaknya stagnasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan perempuan. Maraknya kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, tingginya tingkat kematian ibu melahirkan, kejahatan human trafficking, kemiskinan dan ketimpangan sosial, tingginya harga kebutuhan dasar, rendahnya partisipasi perempuan dalam politik, serta keterkungkungan perempuan dalam budaya patriarki adalah sebagian di antara banyak persoalan yang masih dihadapi.

Kawan-kawan Perempuan,

Di atas kenyataan inilah tiga tahun lalu, tepatnya tanggal 14 Desember 2014, API Kartini didirikan. Sejak itu pula API Kartini dihadapkan pada persoalan-persoalan yang lebih kongkrit, seperti bagaimana kaum perempuan Indonesia memperjuangkan kesetaraan, menghapus kekerasan, memajukan politik dan memberdayakan perekonomiannya. Strategi macam apa yang harus ditempuh?

Dasar dari sikap politik API Kartini dalam memandang persoalan perempuan adalah tidak memisahkannya dengan persoalan yang dihadapi oleh rakyat sehari-hari. Perjuangan perempuan merupakan potret perjuangan kemanusiaan atas “kemerdekaan, kesetaraan dan kebersamaan” di ranah politik, sosial dan ekonomi. Artinya, perjuangan perempuan hanya akan bermakna bila kaum perempuan menyatukan diri dengan rakyat, sebab perempuan adalah Rakyat itu sendiri.

Pada saat yang sama, API Kartini juga sangat menyadari realitas kekuasaan patriarki, anggapan laki-laki sebagai yang utama dan perempuan adalah kelas dua, yang masih membenam dalam kesadaran sebagian besar masyarakat, termasuk di kalangan kaum perempuan sendiri.

Karena itulah seorang pemikir ulung perempuan asal Prancis, Simone De Beauvoir, pernah mengatakan bahwa seseorang tidak pernah dilahirkan sebagai “perempuan” melainkan dibentuk menjadi perempuan. Artinya, seseorang menjadi perempuan sebagaimana yang diinginkan oleh keluarga dan masyarakatnya; bersikap manis, lembut, cantik, patuh, dan lain sejenisnya. Sejak kecil diberi mainan boneka dan masak-masakan, bukan bola atau mobil-mobilan. Sejak kecil diajarkan untuk berdandan, sejak kecil diajarkan untuk patuh pada tradisi yang mengunggulkan laki-laki.

Bila pandangan seperti ini tetap kita pertahankan, akan sulit bagi kaum perempuan untuk maju. Dan bila kaum perempuan tidak maju, maka Bangsa ini pun akan berjalan di tempat. Seperti dikatakan oleh Bung Karno, “Manakala baik perempuan, baiklah negeri ini. Manakala buruk perempuan, buruklah negeri ini.” Karena itu, Bung Karno pun menegaskan, apa yang  diperjuangkan oleh kaum perempuan sudah seharusnya diperjuangan juga oleh kaum laki-laki.

Tapi, di saat yang sama Bung Karno juga mengingatkan, nasib wanita tidak di dalam tangannya kaum laki-laki, nasib wanita tidak di tangan seribu dewa dari kayangan, nasib wanita adalah di dalam tangannya sendiri.

Dalam prinsip-prinsip itu, API Kartini telah berupaya mendorong lebih banyak perempuan terlibat dalam politik, melakukan aktivitas penyadaran dalam bentuk diskusi dan pendidikan, serta melakukan pemberdayaan ekonomi dengan mendirikan koperasi-koperasi perempuan.

Tentu saja apa yang dilakukan oleh API Kartini masih belum seujung jari dari seluruh kerja besar pembebasan perempuan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan saya menyampaikan seruan bagi seluruh organsiasi dan kaum perempuan, untuk bersatu dalam agenda besar memperjuangkan kesetaraan dan kesejahteraan sosial.

Penyatuan agenda perjuangan ini menemukan momentum yang tepat dalam tahun politik 2018 ini. Meskipun dalam Pilkada 2018 partisipasi kandidat perempuan masih sangat kecil dan perwakilan perempuan di parlamen pun menurun di pemilu 2014, ini tidak membuat kita berkecil hati. Kita dapat mendorong melalui berbagai cara lain, agar kebijakan-kebijakan yang berpihak pada perempuan dapat terlaksana. Di antaranya adalah pengesahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual, menolak pasal zina dalam RKUHP, dan mendorong peningkatan kuota perempuan dalam partai politik sampai ke daerah-daerah.

Selain itu, sebagai bagian dari pergerakan rakyat, penting juga bagi kaum perempuan untuk mendukung setiap tuntutan kesejahteraan sosial, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan layak, lapangan kerja, kenaikan upah dan reforma agraria, serta penurunan harga kebutuhan dasar.

Di akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan Dewan Pimpinan Pusat API Kartini yang telah bekerja bersama selama tiga tahun terakhir. Juga kepada kawan-kawan API Kartini di berbagai daerah yang dengan penuh dedikasi telah melakukan kegiatan-kegiatan penyadaran dan pelatihan demi kemajuan kaum perempuan.

Hidup perempuan Indonesia!

Jakarta, 8 Maret 2018

Minaria Chrystin Natalia

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai