19 Januari 2025

Manfaat Dongeng Anak

Dongeng termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi lisan. Dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
0Shares

Oleh: Ernawati*

Dongeng merupakan media yang tak lekang oleh waktu. Pada masa sebelum tehnologi digital maju sepesat saat ini, dongeng menjadi satu-satunya hiburan yang murah, praktis dan mudah. Mungkin masih banyak yang ingat kisah Sangkuriang, Timun Mas, Bawang Merah dan Bawang Putih, Keong Mas, kisah si kancil dan lain-lain.

Belum lama ini Bobo mengeluarkan 32 judul cerita anak dalam versi digital yang dapat diunduh dengan mudah (https://bobo.grid.id/tag/dongeng-anak-indonesia).

Saat ini ditengah derasnya arus informasi digital, penerbitan buku dongeng anak juga terus berkembang. Pada umumnya anak-anak gemar membaca dongeng. Tidak ada batasan kapan anak mulai diperkenalkan pada dongeng. Pada anak usia dini, orangtua dapat membacakan dongeng terutama saat menjelang tidur.

Dongeng memiliki ciri: 1). Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, 2). Disebarkan diantara kolektif, 3). Dongeng yang sama dapat memiliki versi yang berbeda, 4). Anonim, 5). Memiliki bentuk alur yang berumus atau berpola, 6). Memiliki kegunaan dalam hidup berkolektif, 7). Bersifat pralogis, 8). Menjadi milik bersama dalam kolektif tertentu, 9). Polos dan lugu (https://www.goodreads.com > show Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain Lain by …).

Dongeng termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi lisan. Dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya. Dongeng selain berfungsi sebagai hiburan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat karena dongeng mengandung ajaran moral. Dongeng juga mengisahkan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, hubungan sosial manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Sebuah penelitian saraf di National Institute of Child Health and Human Development, AS, yang dipimpin oleh G. Reid Lyon, Ph.D., menguatkan hal itu, jika mendongeng atau membacakan cerita kepada anak sebelum tidur bisa memicu peningkatan perkembangan otak. “Ada indikasi yang jelas perbedaan neurologis antara anak-anak yang teratur dibacakan cerita dengan yang tidak,” kata Lyon dilansir Parents.

Perbedaan itu menurut Lyon, mencakup kemampuan anak untuk lebih cepat terampil berbahasa ketika ia terbiasa mendengarkan dongeng. Meski begitu, hal itu tidak berarti bersifat permanen. Artinya, ketika ada anak yang sebelumnya tidak pernah dibacakan dongeng kemudian terbiasa didongengi setidaknya 2 jam sehari dalam kurun waktu 8 bulan, ia bisa juga menunjukkan peningkatan aktivitas otak seperti yang terjadi pada anak-anak yang gemar mendengar dongeng lainnya.

Manfaat mendongeng sebelum tidur, kian bisa dirasakan bagi anak dan orang tua jika dilakukan secara teratur. Virginia Walter, Ph.D, anggota perkumpulan profesor di Universitas California, AS mengatakan, jika mendongeng atau membacakan buku anak secara berulang bisa membantu meningkatkan pengembangan logika berpikir anak.

Tak hanya bermanfaat bagi peningkatan kemampuan otak, dongeng juga bisa jadi momen untuk mempererat ikatan emosi yang hangat dan menyenangkan, bagi anak dan orang tua (https://kumparan.com/@kumparanmom/manfaat-dongeng-menurut-para-ahli-bisa-tingkatkan-kecerdasan-anak-1533295225512257159).

Imajinasi adalah inti dari kebudayaan. Suatu bangsa tidak akan bisa melahirkan kebudayaan dan peradaban tanpa imajinasi. Penegasan ini disampaikan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko (https://kompas.id/baca/humaniora/2019/07/24/imajinasi-adalah-inti-kebudayaan).

Sejalan dengan pendapat tersebut, terdapat sebuah penelitian tentang dongeng yang banyak mengungkap makna serta fungsi dongeng dalam membangun imajinasi anak. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi yang berisi tentang petualangan yang penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luarbiasa/goib. Penelitian tentang dongeng juga terdapat dalam skripsi Meiga Ayu Anggraini dengan judul “Alur dalam Historic OU Contes du Temps Parse karya Charles Perraults”

Indeks Pembangunan Manusia

Lantas bagaimana perkembangan dongeng di abad tehnologi digital ini? Tentu saja, saat ini dongeng dan cerita anak berkembang pesat. Perkembangan dongeng anak bukan hanya dalam isian atau plot melainkan juga dalam kemasannya. Buku cerita anak diterbitkan dengan desain cover yang menarik serta menggunakan jenis kertas yang variatif, cover tebal, dalam berbagai ukuran.

Mungkin masih banyak yang ingat kisah Sangkuriang, Timun Mas, Bawang Merah dan Bawang Putih, Keong Mas dan banyak lagi. Belum lama ini Bobo mengeluarkan 32 judul cerita anak dalam versi digital yang dapat diunduh dengan mudah. (https://bobo.grid.id/tag/dongeng-anak-indonesia).

Metode penyampaian dongeng pun tidak sebatas hard copy. Kini dongeng dapat disampaikan secara audio. Hal ini terutama untuk anak-anak yang memiliki keterbatasan atau disabilitas. Dongeng di abad ini tentu memiliki tema yang berbeda. Petualangan imajinasi dibumbui oleh kisah mengenai kemajuan tehnologi seperti gawai dan dunia internet. Lantas bagaimana dongeng di abad ini dapat turut menyumbang bagi pembangunan manusia dan merancang Kebudayaan di masa yang akan datang? Atau lebih tepatnya Kebudayaan seperti apa yang akan kita rancang mulai sekarang?

Menyongsong revolusi 4.0, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas manusia dan menjadikan manusia sebagai ukuran kemajuan sebuah bangsa. Ditilik dari manfaatnya, dongeng dapat menjadi salah satu metode pendidikan yang berguna bagi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia.

Menurut data BPS, Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2018, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,39. Angka ini meningkat sebesar 0,58 poin atau tumbuh sebesar 0,82 persen dibandingkan tahun 2017. Bayi yang lahir pada tahun 2018 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,20 tahun, lebih lama 0,14 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir tahun sebelumnya. Anak-anak yang pada tahun 2018 berusia 7 tahun memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,91 tahun (Diploma I), lebih lama 0,06 tahun dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2017. Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,17 tahun (kelas IX), lebih lama 0,07 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. (https://www.bps.go.id).

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan IPM Indonesia berhasil meningkat karena empat indikator yang menjadi tolak ukur indeks tersebut mengalami peningkatan pencapaian. Pertama, indikator umur harapan hidup atau rata-rata usia tertua masyarakat meningkat dari 71,06 tahun menjadi 71,2 tahun. Kedua, indikator harapan lama sekolah turut meningkat dari 12,85 tahun menjadi 12,91 tahun. Ketiga, rata-rata lama sekolah naik dari 8,1 tahun menjadi 8,17 tahun. Keempat, tingkat standar hidup layak alias pendapatan per kapita juga meningkat dari Rp10,66 juta per tahun menjadi Rp11,06 juta per tahun.

Berdasarkan provinsi, IPM Indonesia tertinggi ada di Provinsi DKI Jakarta dengan nilai mencapai 80,47. Setelah itu, diikuti oleh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 79,53, Provinsi Kalimantan Timur 75,83, Provinsi Kepulauan Riau 74,84, dan Provinsi Bali 74,77. Sementara provinsi dengan IPM terendah, yaitu Papua sebesar 60,06. Diikuti Provinsi Papua Barat 63,74, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 64,39, Provinsi Sulawesi Barat 65,1, dan Provinsi Kalimantan Barat 66,98.

Revolusi industri keempat, merupakan lompatan besar bagi sektor industri, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya.Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik. Penguasaan teknologi menjadi kunci penentu di era Industry 4.0. Adapun lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.

Dengan demikian Indeks Pembangunan Manusia akan dipersiapkan untuk menyongsong Revolusi 4.0 seperti yang tertuang dalam  roadmap making Indonesia 4.0. Peta jalan ini dibuat untuk menyiapkan SDM Indonesia. (https://kemenperin.go.id › artikel Making Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki Revolusi … – Kemenperin).

Merujuk pada data IPM yang tidak merata di beberapa wilayah, dapat dipastikan kondisi geografis menjadi salah satu kendala sehingga tidak terbuka akses informasi, kesehatan dan pendidikan. Pemerintah telah melakukan terobosan dengan pembangunan sarana infrastruktur namun belum dapat menjangkau hingga ke pelosok. Masih banyak desa tertinggal yang belum menikmati kemajuan infrastruktur karena berbagai faktor.

Dongeng dapat menjadi jembatan pengantar dalam ruang pendidikan di desa-desa tertinggal termasuk beberapa wilayah di Papua dengan pertimbangan bahwa dongeng dapat dibacakan oleh siapapun namun memiliki manfaat besar dalam mengisi ruang pendidikan. Dongeng tetap pada fungsinya yang berisi ajaran moral tanpa perlu menghakimi hubungan manusia dengan Tuhan atau agama tertentu.

Dongeng pada masa kini, sesuai fungsinya dapat menjadi sarana untuk mencermati keadaan sekitar. Misalnya tentang perubahan iklim. Perubahan iklim membutuhkan kepedulian kita pada kesehatan dan alam. Pengetahuan dan cara beradaptasi pada perubahan iklim dapat dituangkan dalam dongeng. Bagaimana kita berimajinasi mengenai bumi sebagai rumah tempat tinggal kita serta bagaimana mencegah kerusakan dan merawatnya.

Dongeng tentang pangan lokal, misalnya, bagaimana anak mengenal gatot, tiwul, papeda atau rujak kuah pindang. Ragam makanan nusantara yang kaya tidak kalah dengan burger, ramen atau sashimi. Bicara tentang pangan lokal juga berarti bicara mengenai kedaulatan pangan. Menumbuhkan kesadaran tentang betapa suburnya alam kita jika kita mau merawat dan menjaganya. Anak dapat diajak berpetualang di kebun sayur, buah bahkan teh dan kopi. Nusantara begitu kaya, tidak akan ada habisnya menggali ide cerita dari ragam suku, keindahan panorama laut dan pegunungan.

Dongeng bisa berisikan narasi tentang sampah plastik, menyayangi binatang, dan rasa berbagi. Bagaimana menumbuhkan kepedulian sosial pada sesama tanpa membedakan ras, suku dan agama. Anak-anak Indonesia diharapkan dapat berimajinasi tentang alam dan budaya Indonesia bukan hanya mengidolakan Barbie, Peterpan atau Doraemon.

Raisa (baca: anakku), pada saat ia berusia 8 tahun membuat sebuah cerita tentang seorang anak yang tidak suka makan sayur. Raisa memberi judul kisahnya dengan “Monster Sayuran”. Kisah lainnya tentang kegemarannya pada lollipop yang beraneka bentuk dan warna, “Dunia Permen”.

Narasi moral dalam dongeng pada era tehnologi digital tidak lagi mengandalkan kisah kancil yang cerdik karena generasi milenial sudah jauh lebih logic. Sebutlah Geno, seorang remaja yang menganggap kancil adalah binatang yang manipulatif. Geno tidak menganggap kancil cerdik bahkan sebaliknya, licik karena keberuntungannya selalu dengan mengorbankan pihak lain.

Generasi milenial banyak dipenuhi oleh keasikan menjadi YouTuber, menikmati musik K-Pop, game dan berbagai aplikasi internet lainnya. Milenial dapat diajak untuk menggali ide cerita dari kegemarannya tersebut. Imajinasi akan membentuk Kebudayaan kita di masa yang akan datang jadi ciptakan dongeng sesuai dengan dunia seperti apa yang kita harapkan nantinya. Dengan dinamika kehidupan yang dijalani dalam era digital, Kita dapat mengasumsikan seperti apa kehidupan di masa yang akan datang.

Tehnologi digital akan terus berkembang dan berinovasi, seiring dengan itu kebudayaan kita juga akan mengalami dinamika. Corak produksi dan cara pandang masyarakat boleh saja semakin maju namun dengan kemanusiaan kita juga harus semakin dipertebal. Lebih lagi, adat dan budaya kita tidak hilang tergerus kemajuan tehnologi.

*Penulis adalah aktivis perempuan yang aktif menyuarakan hak-hak Pekerja Rumah Tangga (PRT), perempuan dan anak.

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai