Perjuangan perempuan untuk menuntut kesetaraan mulai muncul di permukaan. Salah satunya, perjuangan di dunia politik. Dengan adanya UU nomor 12 tahun 2003 tentang pemilihan umum, pemerintah Indonesia mulai menerapkan affirmative action (tindakan afirmatif) untuk menaikkan keterwakilan perempuan dalam politik.
Tahun 2019 memberi warna tersendiri bagi perjuangan perempuan. Beberapa perempuan terpilih menjadi wakil rakyat. Namun, tentu saja duduk di ‘kursi panas’ itu tidak mudah. Ada kerja-kerja politik yang harus diperjuangkan oleh para perempuan itu.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), salah seorang perempuan muda membuktikan bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. Ia telah lama terjun dalam kerja-kerja perjuangan bersama rakyat. Dan ketika ia terpilih menjadi salah satu wakil rakyat, hanya ada satu kata: LAYAK!
Pertama kali saya mengenalnya saat saya masuk dalam organisasi API Kartini di tahun 2015. Ia merupakan Ketua Dewan Pimpinan Kota API Kartini Kupang. Nama lengkapnya Abi Yerusa Sobeukum, sering disapa Ira. Perempuan kelahiran Oh’aem, 23 April 1991 ini sarjana Ilmu Politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Rekam jejaknya di organisasi kemahasiswaan dan organisasi massa tak perlu diragukan. Ia juga sering melakukan pendampingan dan advokasi pada masyarakat tentang isu tanah.
Nah, berikut ini petikan wawancara saya dengan Ira yang terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Kupang dalam perhelatan politik pada 17 April 2019 lalu.
Seperti kita ketahui bahwa politik saat ini sangat maskulin. Namun, Kawan Ira mau mencoba masuk dalam dunia politik itu. Apa alasannya?
Alasan saya mau masuk politik ya karena sudah waktunya kita ada di pusaran kebijakan dan turut menentukan kebijakan. Kita harus ikut mengintervensi dan mengarahkan kebijakan yang akan digelontorkan.
Melalui partai apa dan dapil mana Kawan Ira maju sebagai caleg 2019?
Saya maju sebagai caleg 2019 ini lewat Partai Kebangkitan Bangsa. Daerah Pemilihan (Dapil) saya itu Dapil III Kabupaten Kupang yang meliputi kecamatan Amfoang Selatan, Amfoang Tengah, Amfoang Timur, Amfoang Utara, Amfoang Barat Laut, dan Amfoang Barat Daya.
Berapa jumlah suara yang diperoleh?
Jumlah suara pribadi saya itu 649 suara. Saya mengalahkan Anderias Naisunis, dari PKB juga dengan jumlah suara 624.
Bagaimana tahapan dari proses pencalonan hingga pemilihan?
Prosesnya dimulai dari mendaftar, melengkapi berkas-berkas yang ada. Banyak tahapannya, ada juga cek kesehatan. Kemudian penetapan bakal calon yang dilanjutkan dengan penetapan calon tetap. Setelah menjadi calon tetap, waktu sosialisasi pun dibuka. Selama 6 bulan mulai sosialisai, kampanye, hingga pemilihan.
Bagaimana kiat untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan parpol sehingga maju dalam pencalegan?
Kalau dari Parpol sendiri tentu saja saya seorang kader partai. Namun, untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat itu yang tidak gampang. Saya diterpa banyak isu saat kampanye, dimulai dari isu yang sangat patriarkal sampai isu yang lain. Namun, kembali lagi bagaimana kita menangkap isu tersebut, mengemasnya dengan baik, dan menyampaikan dengan menarik kepada masyarakat. Saudara saya juga maju dalam pencalegan dan memakai isu patriarkal dengan menggunakan perumpamaan kuda. Orang tua zaman dulu kalau mau bepergian tentu menggunakan kuda jantan, bukan kuda betina. Ya saya bersyukur saja isu itu sampai duluan di telinga saya. Saya bisa kemas isu itu menjadi sesuatu yang menarik. Saya membahas isu itu dengan perumpamaan kuda juga. Dalam pacuan kuda, justru kuda jantan akan sangat pelan berjalan jika kuda betina sudah jalan duluan.
Bagaimana model kampanyenya?
Saya tidak ada tim sukses (timses), karena namanya timses itu ya harus dibayar. Saya hanya ada tim keluarga, relawan, yang mana orang tua dan keluarga masuk dalam tim itu. Mereka itu yang membantu saya dalam kampanye seperti sosialisasi door to door. Saat masa kampanye terbuka dan modal minim, saya buat pertemuan terbatas. Saya siapkan materi perkenalan dengan menceritakan pengalaman saya selama ini. Kemudian saya menjelaskan bagaimana tugas, pokok, fungsi (tupoksi) dari DPR. Selain itu karena sistem pemilu kali ini berbeda dan masyarakat belum semuanya tahu baik, saya beri sosialisasi bagaimana cara menyoblos yang baik dan benar. Saya juga kampanye lewat sosial media facebook, namun tidak intens karena pemilih saya banyak yang tidak menggunakan sosial media.
Apa program kerja yang dijelaskan saat kampanye?
Sebenarnya masyarakat di dapil itu tidak butuh program, karena mereka akan menganggap kita membual. Jadi tidak ada program-program yang saya janjikan ke masyarakat. Ada banyak caleg yang selalu membual masyarakat dengan harapan dan janji palsu hanya untuk meraup suara, padahal bukan tupoksinya dia. Sekarang itu yang terpenting adalah bagaimana kita membawa diri dengan baik. Dalam setiap pertemuan saya selalu menjelaskan secara baik tupoksi DPR. Saya meyakinkan masyarakat dan ‘menjual diri’ apa adanya. Menjual diri dalam artian saya tidak melebih-lebihkan yang saya bicarakan. Saya tidak berikan janji palsu, namun saya beri kepastian akan bekerja sesuai dengan tupoksi DPR.
INTAN NUKA
Terkait
Orde Baru dan Depolitisasi Perempuan
Peringatan 16 HAKTP 2024
Meretas Jalan Pendidikan Murah dan Berkualitas