23 April 2024

Memaafkan dan Rayakan Kemenangan

Memaafkan memang tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, tapi akan melapangkan jalan kita di masa depan.
0Shares

Setelah berpuasa satu bulan lamanya, umat Islam merayakan lebaran dan saling memaafkan. Idul Fitri bermakna kembali kepada fitrah atau kesucian merupakan hari kemenangan bagi orang yang telah berperang melawan hawa nafsu menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.  

Ibadah puasa sendiri merupakan kewajiban bagi setiap Muslim agar mereka bertakwa. Salah satu ciri orang yang bertakwa adalah mau memaafkan kesalahan orang lain. Sebagaimana disebutkan dalam surah Ali Imran 134 yang berarti:

“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

Mengapa harus memaafkan? Sebab, manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Saat berinteraksi dengan sesamanya, pasti akan berbuat kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Menurut Thompson, memaafkan merupakan suatu gambaran dari sebuah peristiwa pelanggaran dimana respon seseorang terhadap pelaku pelanggaran, peristiwa pelanggaran serta akibat dari pelanggaran tersebut diubah dari negatif menjadi positif. Sumber pelanggaran tersebut dan objek pemaafan dapat berasal dari diri sendiri, orang lain ataupun situasi (misalnya sebuah penyakit atau bencana alam).

Sedangkan bagi Enright, perilaku memaafkan adalah upaya penanggulangan dampak negatif dari penghakiman terhadap pelaku, dengan tidak menyangkal rasa sakit itu namun dengan menunjukkan bentuk rasa kasihan, perdamaian dan cinta.

Kisah menarik tentang memaafkan yang bisa dijadikan pembelajaran adalah kisah Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.

Alkisah, setelah di penjara oleh lawan-lawan politiknya, hal pertama kali yang dilakukan Mandela saat dibebaskan adalah memaafkan sipir penjara yang selalu menyiksanya dalam penjara.

“Memaafkan memang tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, tapi akan melapangkan jalan kita di masa depan,” kata Mandela.

Setelah menjadi Presiden, Mandela tidak hanya menghapus kebijakan pemisahan warna kulit (apartheid), tetapi juga membawa Afrika Selatan sebagai sebuah negara maju di benua Afrika, memberantas kemiskinan, serta rekonsiliasi rasial.

“Memaafkan adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada orang lain dan diri kita sendiri,” ungkapnya.

Dengan memaafkan, kita menjadikan diri kita dan orang lain sebagai hadiah. Kehadiran orang lain dalam kehidupan selalu dihargai sebagai subjek yang perlu dihormati. Forgive, but not forget, sebuah kalimat yang mendunia dari Nelson Mandela.

Kita telah belajar kisah inspiratif tentang memaafkan dari Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Bahwa sikap memaafkan membuat pribadi seseorang lebih bijaksana melihat masa lalu untuk bekal menatap masa depan yang lebih baik. Saat ini, kita semua juga tengah diuji, berpuasa di tengah wabah corona. Semoga kesabaran dan kesediaan diri untuk memaafkan sesama akan membawa kita menjadi pribadi-pribadi baru yang lebih baik.

Selamat menyambut hari kemenangan. Dalam kesempatan ini, segenap Tim Redaksi API Kartini mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1441 Hijriyah. Minal Aidin Wal Faizin. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tim Redaksi

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai