17 September 2024

Bagaimana Menjadi Perawat Tanpa Stigma dan Diskriminasi bagi Pasien?

Stigma dan diskriminasi bagi pasien tidak akan pernah menyembuhkan pasien, justru menjadi penyakit sosial yang bisa semakin kronis bila tidak diatasi.
0Shares

Kita banyak mendengar ada banyak diskriminasi dari tenaga medis terhadap pasien. Mulai dari konten-konten yang melecehkan, narasi-narasi yang bias dan menjudge pasien hingga membuat “trust” pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya menjadi menurun.

Justifikasi ini bisa kita ubah dan tilik lebih jauh tentang bagaimana peran perawat yang seharusnya dapat kita kritisi tetapi juga dapat kita kembangkan sebagai dasar pelayanan kesehatan yang bermartabat.

Tentu tenaga kesehatan perlu terbuka akan hal-hal semacam ini, agar peran profesi kita sebagai tenaga kesehatan dapat secara continue, profesional dan semakin humanis dalam menjalankan fungsi dan tugas keperawatan.

Artinya, sebagai pemberi layanan asuhan keperawatan ada tanggunggjawab moral yang kita pikul sebagai bentuk komitmen dan sumpah profesi kita terhadap pelayanan, bagi sesama tanpa pandang bulu. Sebagai perawat kita perlu menyadari bahwa profesi punya sejumlah tugas dan tanggungjawab yang perlu dimaterilkan dalam tugas keseharian perawat, antara lain;

1.  Pemberi Asuhan Keperawatan
2.  Pembuat keputusan klinis
3.  Pelindung dan advokat pasien
4.  Manager kasus
5.  Rehabilitator
6.  Pemberi kenyamanan
7.  Komunikator
8.  Penyuluh
9.  Kolaborator
10. Edukator
11. Konsultan
12. Pembaharu

Sejumlah tugas perawat ini, menjadikan perawat sebagai profesi yang mendedikasikan kehidupan mereka pada pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia, memperhatikan kebutuhan pasien secara holistik, dan tentu saja menjadi profesi yang mampu membuat keputusan klinis bagi pasien dalam praktik keperawatan.

Hal ini sejalan dengan peran perawat sebagai pelindung, dalam mempertahankan kondisi yang aman bagi pasien, sebagai penyuluh, sebagai pemberi bantuan bagi pasien/klien dalam mengembangkan kemampuan serta kompetensi diri, terutama dalam aspek penting lainnya yakni menjaga privasi pasien. Hal-hal ini berkaitan dengan kenyamanan dan keamanan pasien beserta hak-hak pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Selain itu ada beberapa bentuk prinsip etika keperawatan yang perlu diketahui yakni;
otonomi, benefience (berbuat baik), justice (keadilan), non-maleficence (tidak merugikan), veracity (Kejujuran), fidelity (menepati janji) dan confidentiality (kerahasiaan).

Hal-hal diatas perlu secara konsisten dilakukan untuk mendukung program pelayanan kesehatan yang maju, berkeadilan dan humanis. Ada banyak kondisi pasien yang mewajibkan perawat untuk menjaga kerahasiaan penuh serta menerapkan praktik non diskriminasi. Termasuk pada pasien dengan kondisi status sosial ekonomi menengah kebawah.

Sisi lain praktik stigmatisasi bagi pasien dengan kondisi medis tertentu juga perlu dihilangkan karena melanggar hak pasien juga hak asasi manusia. Misalnya, pada pasien dengan Penyakit hepatitis, ODHA, ODGJ, pasien dengan TBC, pasien COVID-19 hingga berbagai penyakit menular lainnya.

Praktik non diskriminasi dan stigmatisasi juga perlu diterapkan tanpa syarat pada pasien dengan penyandang disabilitas, LGBT, pekerja seks, dan korban perkosaan. Pasien-pasien yang disebutkan diatas ialah sebagian dari mereka yang selama ini tengah melawan bentuk diskriminasi dan stigmatisasi dalam bidang kesehatan.

Untuk itu, berbicara hak pasien dan etika keperawatan adalah hal yang fundamental berkelindan untuk diterapkan sebagai dasar sikap sebagai perawat pada pasien.

Pun, sebagai perawat yang berperan sebagai edukator penting untuk secara continue menerapkan pendidikan kesehatan yang baik dengan hak asasi manusia sebagai indikator.

Stigma dan diskriminasi bagi pasien tidak akan pernah menyembuhkan pasien, justru menjadi penyakit sosial yang bisa semakin kronis bila tidak diatasi. Semua ada ditangan tenaga kesehatan, termasuk perawat sebagai salah satu profesi terbesar dalam lingkup sistem kesehatan.

Mari ciptakan ruang aman tanpa stigma dan diskriminasi bagi pasien. Prinsip etika keperawatan serta profesionalitas perawat perlu terus dikedepankan sebagai bentuk komitmen bagi sistem kesehatan yang lebih maju dan humanis

Penulis: Fen Budiman

Editor: Humaira

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai