Pagi-pagi sekali kami sudah berada di terminal. Bis jurusan Labuan hanya tersedia pada pukul 6 dan 7 pagi. Jadi kami harus bergegas agar tidak ketinggalan. Perjalanan menggunakan bis dari Jakarta menuju Pandeglang memakan waktu kurang lebih tiga jam. Cukup untuk kembali memejamkan mata sebelum tiba di Pandeglang. Bis memasuki daerah Serang dan kami turun di Mengger sebelum menuju lokasi yang kami tuju, Desa Ramea.
Tulisan ini bercerita tentang kegiatan A Charity Event: “Kreasi Bersama Anak-Anak” yang diselenggarakan oleh Suluh Perempuan di Desa Ramea. Kegiatan ini adalah sebuah event kreasi dan penghimpunan donasi untuk anak-anak yang kurang beruntung di Desa Ramea.
Desa Ramea merupakan salah satu Desa yang berasal dari pemekaran Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tak ada angkutan umum yang masuk hingga ke desa. Kami pun menggunakan kendaraan roda dua untuk memasuki desa Ramea.
Pemandangan indah terhampar di sepanjang jalan. Kami melaju diatas motor melalui jalan berliku, naik turun dan tidak rata. Beberapa bagian jalan hanya dapat dilalui oleh satu mobil dan tampak berlubang. Pada awalnya jalanan masih mulus namun makin ke dalam makin rusak dan belum ber-aspal. Kurang lebih satu jam kami berada di atas motor. Setelah melewati dua desa, kami pun tiba di Desa Ramea.
Secara demografis, Desa Ramea berbatasan dengan Kabupaten Serang di sebelah utara dan barat. Sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Hutan Gunung Haseupan. Kecamatan Mandalawangi berada sekitar 12 Km dari desa tersebut. Jarak yang ditempuh cukup jauh, terlebih bila ke Ibukota Kabupaten Pandeglang yaitu sekitar 38 Km. Dengan luas wilayah sekitar 573 Ha, sebagian besar wilayah desa Ramea adalah pertanian (297 Ha) dan perkebunan (233 Ha).
Hujan rintik-rintik di sepanjang perjalanan. Sehingga baju dan tas penuh cipratan noda air bercampur tanah. Kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk bermain di luar. Tak ingin kehilangan momen, kami pun memutuskan untuk bermain di dalam rumah. Ruangan rumah tak terlalu besar namun cukup untuk menampung sekitar20 anak. Begitulah, hujan tak menyurutkan niat kami bermain bersama anak-anak Desa Ramea.
Oya, tujuan kami jauh-jauh berkunjung ke desa ini memang untuk menemui anak-anak, berbagi cerita dan bermain. Rencananya sih kami berkunjung ke dua sekolah. Di desa ini terdapat tiga Sekolah Dasar (SD) , satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan satu Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Bermain Yuk
Gak sabar mendengar ceritanya khan? Kami memulai acara dengan berkenalan. Masing-masin anak memperkenalkan dirinya masing-masing sambil bergaya. Nah, setiap anak memilih gayanya sendiri dan lucu-lucu. Tentunya, ada yang dengan berani bergaya, tapi ada juga yang malu-malu. Tak mau ketinggalan, sepasang anak kembar bersepakat tampil dan memilih gaya yang sama. Wah seru sekali.
Hujan masih turun, tidak lebat namun cukup membuat tanah becek dan licin sehingga menyulitkan untuk berjalan. Permainan berlanjut dengan menyebutkan urutan bilangan sambil diikuti gerakan tertentu. Secara bergiliran anak-anak maju untuk memimpin penyebutan bilangan.
Tiga orang anak datang menyusul dan langsung bergabung dalam permainan. Kami berdiri agak berdesakan karena rumahnya kurang luas dan pesertanya kini semakin bertambah. Namun begitu, permainan tetap lanjut. Semua mendapat giliran untuk menyebutkan angka dan memperagakan gaya. Ruang yang terbatas tetap terasa menyenangkan dengan gelak tawa anak-anak.
Satu permainan usai, kami lalu duduk bersama. Setiap anak diminta untuk menceritakan cita-citanya masing-masing. Wah, beragam sekali cita-cita mereka. Ada yang ingin jadi dokter, teknisi. guru, pilot, polisi, kyai dan lain-lain. Tak ada batasan untuk memilih cita-cita. Anak-anak memiliki impian mereka masing-masing. Minimnya buku, fasilitas sekolah dan ketiadaan pengajar bukanlah penghalang untuk memilih cita-cita.
Permainan selanjutnya, kami memutuskan untuk menggambar. Anak-anak mendapat selembar kertas kosong dan pewarna. Semua menggambar dengan bebas. Apapun imajinasinya. Tanpa diduga ada yang membuat gambar dan menuliskan nama kakak-kakak yang selama dua minggu ini mendampingi di sana. Betul-betul hadiah yang tak disangka. Anak-anak menunjukkan rasa terima kasihnya kepada kakak-kakak yang selama ini mendampingi di desa. Sungguh manis sekali.
Di sela menggambar, anak-anak menikmati susu dan roti yang kami bawa. Kami juga membagikan alat tulis untuk tiap anak. Beberapa buku bacaan tersedia dan dapat dibaca sewaktu-waktu. Persediaan buku bacaan memang belum cukup banyak. Jadi kami berencana akan terus mengkoleksi dan membawakan bahan bacaan yang berguna bagi anak-anak di desa ini.
Hujan sudah reda dan hari menjelang petang. Penerangan tidak akan mencukupi. Jadi kami menyudahi acara pada sore ini. Sebelum pulang, anak-anak menunjukkan hasil karyanya. Kami berfoto bersama sebelum anak-anak pulang. Satu persatu mereka semua berpamitan pulang. Kami juga harus berkemas untuk pulang ke Jakarta. Kami harus mengejar bis sebelum kehabisan. Selain itu kami masih harus melewati jalan berkelok-kelok dan tidak rata untuk keluar dari desa ini. Saat menuju jalan keluar penerangan masih cukup tapi saat kembali ke desa, pengantar kami harus berhati-hati karena gelap dan jalan naik turun tidak rata.
Epilog
Anak-anak Desa Ramea adalah satu dari sekian banyak anak desa yang mengalami masalah yang hampir sama. Akses jalan yang sulit, bahan bacaan dan kekurangan tenaga pengajar.
Saat melakukan kunjungan, kami sedikit banyak belajar memahami kehidupan desa dan kultur masyarakatnya. Pemerintah Desa Ramea mempunyai visi dan misi “Menjadikan Desa Ramea, Desa Pertanian yang didukung dengan Sarana dan Prasarana yang Memadai menuju Masyarakat Sejahtera“.
Melalui visi dan misi inilah pemerintah desa bekerja dengan penuh tanggung jawab, mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat dalam membangun, menggalakkan tatanan hidup bermusyawarah untuk mencapai mufakat, membangkitkan semangat kebersamaan dalam mewujudkan cita-cita, menanamkan rasa tanggung jawab untuk melaksanakan pembaharuan, menjalin kerjasama antara ulama dan umarok untuk terciptanya masyarakat yang agamis, memberi pelayanan secara optimal dan prima, bekerja dan berbuat untuk meraih harapan didasari pengabdian.
Menurut hemat penulis, seharusnya kebijakan Pembangunan desa juga diarahkan untuk melakukan perbaikan fasilitas seperti hotmic jalan poros desa, pengaspalan jalan desa, paving block jalan lingkungan, pembuatan TPT dan pembangunan gedung-gedung kelembagaan. Selanjutnya adalah tentang bagaimana menghasilkan tenaga pengajar dan pendamping di desa. Visi dan misi ini membutuhkan kerjasama dari seluruh penduduk desa yang sebagian besar bekerja di bidang pertanian.
Anak-anak di desa Ramea tidak boleh kehilangan keceriaan dan harapan. Tidak ada alasan untuk menghilangkan impian dan cita-cita mereka. Proses untuk meraih cita-cita itu merupakan tanggungjawab orang dewasa. Baik orangtua maupun pemerintah lokal dan pusat. Dukungan dari berbagai pihak baik di dalam maupun luar desa Ramea sangat dibutuhkan.
Desa Ramea hanyalah satu dari sekian puluh ribu desa di Indonesia. Jarak desa dengan pusat pemerintahan cukup jauh. Bisa di bayangkan bagaimana kondisi desa-desa di daerah 3T. Penerangan dan akses jalan sangat dibutuhkan. Diantara sekian proyek strategis nasional yang menelan biaya sangat besar dan menambah hutang negara kita, proses memajukan tunas-tunas di desa semoga juga menjadi prioritas.
Penulis: Ernawati
Editor: Humaira
Terkait
Resensi Buku: Menghadang Kubilai Khan
Sunat Perempuan, Tradisi Berbalut Agama yang Membahayakan
Dari Aktivisme Borjuis ke Solidaritas Sejati: Membangun Gerakan Sosial yang Inklusif