Bulan Oktober dan November ini, para anggota Suluh Perempuan di berbagai daerah secara bergantian menyelenggarakan pendidikan politik.
Agenda pendidikan politik diselenggarakan dengan maksud memperoleh pengetahuan melalui pemikiran dan tindakan, seperti yang didefinisikan Aristoteles, bahwa pemikiran manusia melebihi tiga jenis abstraksi yang membentuk filsafat, yaitu fisika, matematika dan metafisika. Manusia melampaui fisika ketika mulai berpikir saat sedang melakukan pengamatan.
Semua ciri material dari abstraksi ini kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan. Tidak terbatas pada institusi pendidikan, pengetahuan adalah keinginan dan kebutuhan. Dasar pemikiran tersebut menjadi landasan bagi Suluh Perempuan untuk terus meningkatkan pengetahuan serta kesadaran para anggotanya.
Pengetahuan kemudian memampukan kita untuk melakukan tindakan. perikehidupan di masa kini. Kemajuan teknologi dan gaya hidup dalam masyarakat modern. Interaksi sosial berjalan seiring dengan perubahan dinamika masyarakat. Semua ini tidak terlepas dari pemikiran ilmuwan seperti Pythagoras dengan berbagai penemuan matematika dan ilmiah.
Juga Sir Isaac Newton, matematikawan, fisikawan terbesar dan ilmuwan paling berpengaruh sepanjang masa. Kaum perempuan turut di dalam perubahan dinamika masyarakat dengan kedudikan sosial yang berbeda. Peminggiran kaum perempuan terus terjadi diikuti dengan kekerasan dalam berbagai bentuk. Gerakan kaum perempuan mulai terbentuk dengan bertambahnya pengetahuan dan keberanian untuk melakukan pendobrakan.
Melongok sejarah awal gerakan perempuan, pada tangga 8 Maret 1857, perempuan buruh pabrik tekstil di New York melakukan demonstrasi untuk melawan penindasan dan gaji buruh yang rendah. Kaum perempuan terus bergerak mengkampanyekan hak-hak perempuan, termasuk hak untuk memilih, memegang jabatan politik, bekerja, mendapatkan upah yang adil, upah yang setara dan menghilangkan kesenjangan upah gender, untuk memiliki properti, mendapatkan pendidikan, masuk kontrak, memiliki hak yang sama dalam pernikahan dan untuk memiliki cuti kehamilan.
Gerakan ini yang kemudian disebut sebagai gerakan feminis juga berupaya untuk melindungi perempuan dari pemerkosaan, pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Gerakan feminisme berkembang pesat di Amerika setelah muncul publikasi John Stuart Mill (1869) yang berjudul The Subjection of Women. Tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Rights of Woman berisi kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak untuk perempuan.
Satu abad setelahnya di Indonesia, Raden Ajeng Kartini ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan mengecap pendidikan yang setara dengan laki-laki, selain dari kritik terhadap kolonialisme Belanda. Raden Adjeng Kartini menggagas pendidikan untuk perempuan Jawa sebagai bentuk pemenuhan hak perempuan.
Di abad ini, Malala Yousafzai. Perempuan muda asal Pakistan meraih Penghargaan Nobel Perdamaian. Malala banyak menuliskan tentang pengalamannya sebagai perempuan pelajar di kampung halamannya Swat Valley Pakistan yang dikuasai oleh Taliban dan melarang anak-anak perempuan untuk bersekolah.
Suluh Perempuan dengan keanggotaan yang tersebar di berbagai provinsi tentu tidak ketinggalan untuk mengikuti jejak gerakan perempuan. Dimulai dari timur, DPW Maluku disusul kemudian oleh Kalimantan Barat, DIY dan sebentar lagi DKI Jakarta, Banten serta Sukabumi.
Dengan penuh semangat para anggota Suluh Perempuan menjalankan agenda pendidikan. Ariyani Rani dari Pontianak menuturkan, “Kami jadi makin memahami mengapa harus berorganisasi, apa tujuannya dan bagaimana cara menjalaninya”.
Pendidikan berlangsung di tengah cuaca hujan. Para peserta pendidikan tetap bertekad hadir walaupun sedikit terlambat karena terhalang hujan dan jalan penuh genangan air. Pendidikan politik dilaksanakan secara hybrid offline dan online dengan menghadirkan pemateri dari DPP Suluh Perempuan.
Dari Maluku Utara, kabar mengenai pendidikan menceritakan tentang asiknya melakukan pendidikan di alam terbuka. Peserta diajak berkemah di pantai. Agenda dijalankan dengan santai tanpa mengurangi bobot pengetahuan. Cuaca cerah mendukung kelancaran agenda. Pada pagi harinya, peserta menyempatkan diri bermain dengan ombak di pantai sebelum lanjut ke materi selanjutnya.
Pengetahuan memang tidak dibatasi oleh dinding ruangan. Tanpa terpaku pada peralatan modern seperti laptop dan proyektor, pemaparan dilakukan secara lisan. Berbagi pengetahuan dan keakraban menjadi ikatan kuat dalam membangun organisasi.
Pada tanggal 1 November 2022 Halmahera Utara juga melaksanakan sebuah diskusi publik dengan tema “Analisa Indeks Pembangunan Gender di Maluku Utara”. Diskusi ini menghadirkan 5 orang narasumber yaitu Sarmin Suleman (Seketaris Bappeda Provinsi Malut), Hj. Musrifah Alhadae, SPU,MSI (Kadis DP3A Malut), DR. Isra Muksin, S.Sos.,M.SI (Warek III Unibra), Yunita Djengel, S.Mat. (Ketua Wilayah Suluh Perempuan Malut) dan Wawan Ilyas. Sebanyak 45 peserta yang mayoritas adalah perempuan, datang dari 13 organisasi di kabupaten Halmahera Utara.
Bertempat di RK Cafe, anak-anak muda ini melontarkan berbagai pemikiran mengenai persoalan yang dihadapi kaum perempuan.
Pendidikan politik Daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan di Kabupaten Kulonprogo. Bertempat di salah satu rumah peserta yang cukup luas di salah satu desa. Peserta telah berdatangan sejak pukul 09.00 WIB.
Pemateri lantas menjelaskan secara ringkas mengenai organisasi dan permasalahan perempuan. Peserta kemudian diajak menuliskan persoalan perempuan dari sudut pandang masing-masing, pada potongan kertas yang telah disiapkan.
Hasil tulisan peserta kemudian dipasang dan di kelompokkan. Dari pengelompokan tersebut tampak gambaran secara umum persoalan perempuan.
Pemateri kemudian menarik benang merah dari tiap problem dan mengajaknpeserta memcari solusinya bersama. Apa yang bisa dilakukan dan apa yang perlu dilakukan. Dari jawaban peserta kemudian solusi dituliskan dari yang paling tidak mungkin hingga yang dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.
Persoalan utama adalah ekonomi. Para peserta, sekitar 17 orang dan didominasi oleh perempuan paruh baya ini kebanyakan ber profesi sebagai buruh rumahan. Ada beberapa yang menjadi buruh tani. Kebutuhan mendesak adalah menambah pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Solusi yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah melakukan pelatihan ecoprint. Dengan pelatihan ini diharapkan peserta dapat memiliki saluran pemasukan yang lain.
Menyusul dalam waktu dekat pendidikan politik di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Sukabumi. Masing-masing telah menyusun agenda yang berbeda. Pelaksana pendidikan politik dengan materi tetap namun dilaksanakan secara beragam.
Output yang diharapkan dari setiap pelaksanaan pendidikan politik adalah kemajuan kesadaran akan problem yang dihadapi perempuan, bagaimana cara mengatasinya dan arti pentingnya kolektif atau organisasi. Dengan bersendiri atau bersama-sama mencoba mengatasi persoalan dan bergerak untuk kemajuan perempuan secara umum.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh dipikirkan, diamati, dilaksanakan dan dirasakan baik secara personal maupun bersama. Proses yang dijalani bersama diharapkan dapat menghasilkan kemajuan bersama.
Proses ini yang akan terus dijalankan oleh Suluh Perempuan. Pendidikan politik akan terus dilakukan pada bulan-bulan selanjutnya di wilayah yang berbeda. Sampai jumpa di pendidikan politik yang akan datang.
Terkait
Siti Rubaidah: Kita Jangan Sampai Alergi dan Pesimis Kepada Politik
Suluh Perempuan Galang Petisi untuk Penahanan Pimpinan OPD Pelaku Kekerasan Seksual
Suluh Perempuan Gorontalo Perjuangkan Kuota 40 Persen untuk Perempuan