9 Desember 2024

Estiana Arifin: Tentang Berpikir Berbeda

0Shares

Profil

Estiana Arifin Landau, Facebook Influencer, EA Cahaya Asia atau EnnyArrowReborn. Penulis, Konsultan Publik, Pemerhati masalah perempuan, sosial dan budaya, aktif menulis di Mojok.co dan Peruati, menulis buku kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, Tinjauan Teologi Feminis.

Influencer Facebook

Estiana Arifin atau selanjutnya kita singkat EA, kerap memenuhi lini masa Facebook dengan gagasan pribadi dan ragam bentuk sesi-sesi khusus yang salah satunya adalah #AskEA. Apa yang ia lakukan menurutnya adalah untuk memberi alternatif cara berpikir.

Pada AskEA sendiri, ia ingin memberi pandangan baru kepada orang-orang tentang bagaimana mereka seharusnya menyelesaikan masalah hidup dan cara berpikir yang tepat. Sekaligus ia ingin memberi inspirasi, agar saat dicurhati siapapun, hindari untuk mendikte atau mempengaruhi orang dengan keinginan kita, karena bukan demikian cara membantu orang menyelesaikan masalah hidup. Setiap orang sejatinya punya jawaban untuk apa yang dihadapinya, mereka hanya butuh dibantu melihat masalahnya dan diberitahu cara berpikir untuk masalahnya.

Di sisi lain, ia ingin menghantam orang jahat yang menggunakan curhatan orang untuk mempermalukan dan menghancurkan orang yang curhat. Menurutnya banyak orang yang demikian dan perangai seperti itu harus diakhiri. Jadi, orang harus dibiasakan, “Lu hanya boleh menceritakan masalah orang untuk pembelajaran, jangan menyebut nama dan kasih clue. Mereka dan curhatnya bukan objek kesenangan lu,” begitu tuturnya.

Dan tak ayal lini massanya banyak pula dijejali akun-akun para haters, bahkan pernah pula di suatu waktu penulis lihat akunnya di”penjara” oleh otoritas Facebook atas dasar pelaporan dari postingannya.

Cara berpikir yang selalu ia ulang-ulang adalah cara berpikir logis, paham risiko dan tahu konsekuensi sebelum berbuat. Ia tidak terganggu dengan haters, baginya mereka bukanlah fokus bagi akunnya.

“Jika orang tidak menyukai cara berpikir yang EA tunjukkan dan lalu menyerang secara personal, alih-alih membuat tandingan cara berpikir lain, atau perang gagasan, maka itu artinya mereka tidak paham apa guna dan tugas mereka dalam hidup,” demikian tutur EA.

Akun EA sendiri sebenarnya sudah ada dari tahun 2009, namun baru diaktifkan lagi pada 2015 dan mulai serius dengan konsep EA Cahaya Asia di tahun 2016 dengan hashtag terkenal dan sedikit kontroversial yaitu: EnnyArrowReborn.

Karir Kepenulisan

EA secara tetap, menulis di Mojok. Sedangkan di situs lainnya EA sesekali muncul di dalam beragam laman website. Buku yang sudah ia tulis terdapat dua buku dan sedang mempersiapkan buku ke-tiganya.

Salah satu bukunya merupakan sebuah kompilasi yang diterbitkan Peruati, ia menulis tentang kekerasan pada perempuan dan anak. Yang kedua adalah Pordisi, sebuah mini novel fiksi, terbitan Pusaka.

Ia memiliki concern pada isu perempuan dan anak. Ia merasa parenting di Indonesia harus menjadi perhatian serius negara dan semua orang agar anak-anak Indonesia terdidik secara merata dengan baik. “Ini syarat yang harus kita punyai untuk menjadi bangsa yang berkualitas sehingga dapat bersaing di dunia,” ujarnya.

Menurutnya harus ada pelatihan di Posyandu untuk orang tua, jadi Posyandu tidak sekedar pertemuan bulanan para ibu dan kader untuk menimbang berat badan dan mencatat tumbuh kembang bayi dan anak. Posyandu harus diperluas sebagai tempat pelatihan parenting.

Untuk perempuan, ia selalu mendorong pembaca agar menyadari beberapa jerat patriaki yang menghambat mereka dan tidak menjadi penerus pemikiran yang tidak menguntungkan perempuan.

Ia tertarik pada kualitas parenting dan kualitas berpikir perempuan.

Ketertarikan pada kualitas berpikir perempuan ini dia singgung secara dalam pada buku keduanya: Pordisi.

Pordisi ia gambarkan sebagai seorang pria yang melepaskan diri dari aturan dunia yang dia anggap sebagai penjajahan dan dia menginspirasikan kebebasan itu kepada seorang perempuan muda yang hidup dalam keluarga yang tidak memahaminya, yang menuntut dia sebagai perempuan berguna bagi keluarga tapi alih-alih memberikannya cara hidup yang ideal, justru memberikan ketidakadilan gender padanya.

Pordisi bagi EA adalah keluhan bawah sadar kita semua –laki-laki dan perempuan– yang ingin kita tuntaskan, meskipun itu rumit untuk memperoleh solusinya.

Ada yang penulis kutip dari pernyataannya, yakni:

“Gw berharap tiap kita mulai berlatih menjadi diri kita sendiri dan menyadari sepenuhnya, bahwa upaya kita dalam hidup adalah menjadi versi terbaik kita sendiri. Bukan menjadi seperti siapapun kendati itu tokoh yang kita puja.

Kita harus lepas dari doktrin menjadi seperti idola. Kita harus menjadi diri kita sendiri, mencapai versi terbaik kita. Ini harus direnungkan dengan dalam dan jernih”

Terima kasih banyak atas inspirasinya, EA. Semoga sukses lancar untuk buku ketiganya.

Buku Pordisi

***(MJ) Milla Joesoef

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai