22 Januari 2025

Benteng Inong Balee: Benteng Perempuan Pertama di Dunia

Benteng ini dijadikan sebagai pusat logistik perang sekaligus benteng pertahanan dari serangan musuh yang terletak di atas perbukitan. Benteng ini merupakan kawah candra di muka para prajurit perempuan yang beranggotakan para janda dari para prajurit yang gugur dalam pertempuran laut. Saat meninggal dunia, jasad Laksamana Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar Benteng ini adalah bukti bila dahulu masyarakat aceh adalah pejuang sejati yang kisahnya bisa kita jadikan inspirasi.
0Shares

Benteng Inong Balee

Inong Balee adalah nama sebuah benteng yang berdiri pada 1599 oleh perempuan pejuang dari Aceh bernama Laksamana Malahayati, terletak di pelosok Bukit Soeharto, Lamreuh, Kecamatan Mesjid Raya, Krueng Raya, Aceh Besar.

Benteng Inong Balee ini, berada sekitar 35 kilometer dari Kota Banda Aceh, dengan ketinggian 100 meter di atas permukaan laut.

Di tempat tersebut, masih bisa kita saksikan sisa-sisa reruntuhan benteng yang membawa kita pada  sejarah pertempurannya. Reruntuhan itu, berupa tembok busur dan pondasi berukuran sekitar 20 meter.

Di bagian Utara hingga Selatan tembok benteng itu, dapat kita lihat 4 lubang pengintai sebesar 90cm dan lebar 160cm. Lubang-lubang pengintai tersebut menghadap ke Selat Malaka. Menurut sebuah catatan sekitar 408 tahun yang lalu, di benteng ini terdapat 2000 pasukan lengkap dengan armada kapalnya.

Pertempuran Besar

Di sisa-sisa reruntuhan benteng yang pada masanya berada di bawah pimpinan seorang perempuan bernama Laksamana Malahayati ini pernah terjadi pertempuran besar di mana pasukan Portugis dipimpin Cornelis de Houtman menggempur pertahanan pasukan Kerajaan Aceh di Benteng Inoeng Balee.

Namun serangan itu gagal, dan bahkan Cornelis de Houtman harus kehilangan nyawananya.

Selain berfungsi sebagai benteng, tempat ini juga merupakan tempat untuk akomodasi para janda yang suaminya tewas dalam pertempuran.

Nama Inong Balee sendiri berasal dari kata inong, yang berarti wanita, dan balee, yang artinya janda. Benteng bersejarah ini merupakan benteng perempuan pertama di dunia yang menjadi tempat untuk melatih para janda menjadi prajurit tangguh.

Laksamana Malahayati dan Bentengnya

Ketika tiba di tempat ini kita akan menyaksikan reruntuhan benteng yang menjadi saksi bersejarah sebuah perjuangan seorang perempuan pertama kesultanan Aceh. Yang berjasa mengawal diplomasi internasional antara Aceh dengan negara-negara di belahan eropa.

Ilustrasi Mozaik Keumalahayati. tirto.id/Nauval

Baca selengkapnya di artikel “Cornelis de Houtman Tewas dalam Tikaman Rencong Malahayati”, https://tirto.id/cz2x

Pejuang perempuan itu bernama Malahayati. Keumalahayati, ( lahir 01 Januari 1550 – meninggal 30 Juni 1615), salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah.

Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.

Malahayati berkerabat dekat dengan Sultan Aceh. Ayah dan kakeknya mengabdi di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut. Dari situ pulalah semangat kelautan Malahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah dan kakeknya dan lalu menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul Maqdis.

Pada tahun 1585–1604, dia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Laksamana Laut Perempuan Pertama

Ia adalah Laksamana laut perempuan pertama yang berasal dari Kesultanan Aceh. Selain berperan sebagai laksamana, ia juga seorang komandan laskar inoong bale yang melegenda. Yang juga menjadi nama untuk tempat bersejarah ini. Malahayati pernah tercatat dalam sejarah Internasional sebagai panglima militer sekaligus diplomat perempuan sukses yang berasal dari negeri ini.

Pada masa itu, pasukan kesultanan Aceh berhasil mengusir portugis dari negerinya dalam sebuah peperangan besar. Namun nahas, kemenangan tersebut mengorbankan dua laksamana laut dan seribu prajurit.

Sejarah Laskar Inong Balee

Dengan gugurnya para prajurit tersebut, maka  istri-istri yang ditinggalkan menjadi seorang janda. Sejak saat itu, Malahayati mengusulkan untuk menjadikan para janda ini sebagai prajurit dan diberi pelatihan militer agar bisa berjuang mempertahankan negerinya.

Kesultanan Aceh pun menyetujuinya. Mereka pun lalu membangun sebuah benteng sebagai bentuk dukungan. Benteng ini dijadikan sebagai pusat logistik perang sekaligus benteng pertahanan dari serangan musuh yang terletak di atas perbukitan.

Benteng ini merupakan kawah candra di muka para prajurit perempuan yang beranggotakan para janda dari para prajurit yang gugur dalam pertempuran laut. Saat meninggal dunia, jasad Laksamana Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar

Benteng ini adalah bukti bila dahulu masyarakat aceh adalah pejuang sejati yang kisahnya bisa kita jadikan inspirasi.

So, kapan kita akan menyaksikan langsung tempat bersejarah ini?

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai