Launching Antologi Puisi “Kontemplasi Rasa”
Manusia tidak terlepas dari rasanya, hidup adalah untuk merasa, mari rayakan hari yang bukan apa-apa ini. #Kontemplasirasa
12 Februari 2023 menjadi hari spesial untuk Ayu Wulandaru dan Jenar Candria Bachtiar, pasalnya hari itu merupakan hari perilisan buku antologi mereka yang telah diproses selama dua tahun.
Kontemplasi rasa berisikan kumpulan puisi karya dua penulis tersebut. Berlokasi di kedai Kopie Ngoemah Pemalang perilisan ini dihujani kehangatan oleh kerabat yang datang.
Dalam perilisan buku antologi itu Ayu dan Jenar menceritakan proses kreatifnya. Diawali dari ajakan random Jenar melalui direct massage di instagram, ajakan tersebut akhirnya menjadi awal proses kreatifnya.
Ide Kontemplasi Rasa
Hari demi hari puisi pun tercipta dari hasil diskusi antara mereka berdua. Pada akhirnya Kontemplasi Rasa tercetus untuk menjadi judul antologi tersebut.
Kontemplasi Rasa berisi puisi-puisi perenungan rasa dari sudut pandang Jenar dan Ayu.
Ayu dan Jenar mencoba untuk menerjemah rasa-rasa yang dimiliki oleh manusia, pertanyaan pun mencuat kenapa manusia merasakan cinta, duka, luka, bahagia, atau bahkan hilang rasa.
Akhirnya dari rasa-rasa tersebut serta dari pengalaman merasa terdalam dari kedua penulis tersebut Kontemplasi Rasa dapat hadir di dunia terinspirasi darinya.
Karya Pertama
Bagi Ayu ini merupakan karya tulis pertamanya yang berhasil diterbitkan, berani berkarya menjadi alasan utama menjadi penyemangat lahirnya Kontemplasi Rasa.
Sedangkan Jenar sebelumnya sudah pernah menerbitkan beberapa antologi contohnya adalah antologi kolektif bersama teman-teman rumah baca dengan judul Oemah Oemboe.
Jenar dalam puisinya membuat pembaca menjelajahi diksi-diksi uniknya, dan dalam setiap puisinya bernuansa kontemporer namun memiliki makna yang dalam.
Artwork di Dalamnya
Dalam antologi tersebut juga terdapat karya-karya artwork Jenar berupa goresan penanya dengan gambar yang indah.
Gambar-gambar tersebut sudah dibuat sebelum proses pembuatan puisi Kontemplasi Rasa, Ayu yang kemudian memilih gambar-gambarnya dan menjajarkan dengan puisi-puisi yang kemudian lahir.
Selain gambar, antologi tersebut juga termuat foto-foto artistik yang merepresentasikan puisi-puisi didalam kontemplasi rasa. Foto tersebut dijepret oleh seorang fotografer pemalang yang akrab disapa sebagai Dip.
Dan yang menjadi talent dalam foto tersebut adalah Ayu dan Ryan Rahadian. Lokasi yang melatari foto tersebut adalah salah satu pantai yang terletak di Kendalrejo, Petarukan, Pemalang. Beberapa puisi mencoba menunjukkan kekhasan Pemalang.
Ayu dalam puisi tersebut banyak menuliskan pengalamannya juga mengenai rasa, salah satunya adalah perasaan bagaimana Ia dihargai sebagai perempuan.
Dalam antologi tersebut Ayu menulis satu puisi dengan judul “Ratu Datang” yang mana puisi tersebut adalah hasil refleksi bahwa perempuan adalah berharga terlepas dari apapun yang melekat padanya.
Ratu Datang
Ia bukan satu, yang lalu tanpa selang
Ia bukan batu yang gelap tanpa bayang
Ia bukan ratu yang indah hanya karna selangkangan
Ia bukan deru yang lemah karena tanpa sandang
Sajak pun jejak, menapak melampaui benak
Lukis pun gores pada kanvas yang warna oleh duka cita
Letih pun tertuang dengan indah didalamnya
Syiar lah kiat untuk menghargainya
Lebihlah harganya dari cendera mata dengan logam mulia
Datanglah ia,
Gendhing menyeru menelusuri jalan setapak yang bopeng oleh luka
Ia menari dengan selendangnya, Nampak ayu dan rupawan langkahnya
Ia datang menerbak harum kehidupan atas segala keadilan
Jangan kau hadang dengan Ia dengan jalang
Ratu datang, diam beri jalan!
Karawang, 2021
Ayu Wulandaru
Epilog
Antologi puisi ini harapannya bisa menjadi penyemangat untuk siapapun agar mulai berani untuk berkarya.
Paling tidak berani untuk menuliskan apa yang sedang dirasa, di dunia yang serba cepat seperti hari ini membuat kita lupa untuk melakukan perenungan-perenungan sederhana.
Menulis bisa menjadi salah satu opsi untuk mengurai perasaan-perasaan yang tidak mampu kita terjemahkan dengan kata-kata.
Ann Frank pernah menceritakan alasan dia menulis katanya, “terkadang kertas lebih sabar daripada orang-orang”. Yuk mulai menulis
*** (Ayu Wulandaru)
Terkait
Mary Jane Fiesta Veloso: Perjalanan Panjang Menuju Pembebasan
Orde Baru dan Depolitisasi Perempuan
Peringatan 16 HAKTP 2024