13 Desember 2024

Review Film: Little Women

Tidak ada yang salah selain cara pandang yang keliru. Setiap orang memiliki impiannya sendiri. Tentang bagaimana meraih impian itu sangat penting untuk terlebih dahulu mengenal diri sendiri.
0Shares

Another Mantra

Emma Watson mengacungkan tongkat sihirnya sambil mengucap mantra. Itu adegan yang terekam dalam ingatan kita sebagai Hermione Granger dalam film seri Harry Potter.

Kali ini Emma Watson mengucapkan mantra sebagai Meg March dalam film Little Women,

“Just because my dreams are different than yours doesn’t mean they’re unimportant. I want a home and a family and I’m willing to work and struggle, but I want to do it with John”.

Tayang Perdana


Film besutan Sutradara Greta Gerwig ini ditayangkan perdana di Museum of Modern Art di New York City pada 7 Desember 2019.

Dirilis secara teatrikal di Amerika Serikat pada 25 Desember 2019, oleh Sony Pictures Releasing.

Film ini mendapat pujian kritis, dan dipilih oleh American Film Institute sebagai salah satu dari 10 film terbaik tahun ini.

Penghargaan-Penghargaan

Di Academy Awards ke-92, film tersebut menerima enam nominasi, termasuk Film Terbaik, Aktris Terbaik (Ronan), Aktris Pendukung Terbaik (Pugh), Skenario Adaptasi Terbaik dan Skor Asli Terbaik.

Dan menang untuk Rancangan Kostum Terbaik.

Selain itu juga menerima nominasi untuk lima Penghargaan Film Akademi Inggris dan dua Penghargaan Golden Globe.

Pada Critics’ Choice Awards ke-25, kemudian sembilan nominasi, menang untuk Skenario Adaptasi Terbaik.

Tayang di Indonesia

Film Little Women mulai resmi ditayang di bioskop Indonesia pada 7 Februari 2020 lalu. Film itu merupakan adaptasi novel klasik berjudul sama karya Louisa May Alcott pada tahun 1868.

Little Women kali ini merupakan film adaptasi ke tujuh yang pernah dibuat, yang menceritakan tentang perjuangan empat bersaudari March.

Latar Waktu dan Karakter Pemeran

Greta Gerwig mengusung plot cerita yang tumpang tindih antara masa kanak-kanak dan masa ketika mereka dewasa.

Perbedaan waktu dibedakan dengan latar dua warna berbeda.

Perkembangan karakter empat bersaudara perempuan seiring dengan lahirnya gerakan feminisme di abad itu tampak menonjol sepanjang film berdurasi dua jam 15 menit ini.

Mengutip sepenggal kalimat Jo March,

“Women, they have minds, and they have souls, as well as just hearts. And they’ve got ambition, and they’ve got talent, as well as just beauty. I’m so sick of people saying that love is just all a woman is fit for”.

Para Pemeran

Empat bersaudara perempuan March, Margaret “Meg” March yang diperankan oleh Emma Watson, Josephine “Jo” March oleh Saoirse Ronan, Amy March oleh Florence Pugh, dan Elizabeth “Beth” March oleh Eliza Scanlen.

Lima perempuan, empat bersaudara March dan ibu mereka, Marmee (Laura Dern), tinggal dalam satu atap di sebuah rumah sederhana di Massachusetts.

Sejak kecil bermain bersama, hingga saat dewasa mereka berjuang dan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sementara ayah mereka pergi berperang.

Film 594 Milyar

Film klasik ini menghabiskan biaya produksi sebesar 40 juta dolar AS atau Rp 549 miliar dan telah menembus angka 100 juta dolar AS atau Rp 1,3 triliun untuk perolehannya di Box Office domestik.

Dikutip dari Kompas.com, film ini sudah berhasil meraup lebih dari 64 juta dolar AS atau Rp 878 miliar dengan jumlah pendapatan global di seluruh dunia mencapai 165 juta dolar AS atau Rp 2,2 triliun.

Hal ini menjadi tonggak sejarah menjelang perhelatan Academy Awards pada Minggu, 9 Februari 2020.
Gretta Gerwig yang juga dikenal lewat film Lady Bird, menulis ulang Little Women hingga diangkat ke layar lebar.

Tak Lekang oleh Waktu

Meskipun bukan untuk pertama kalinya, adaptasi novel Liitle Women telah berkali-kali difilmkan. Pada tahun 1994, Gillian Amstrong pernah memfilmkan Little Women dengan bintang Winona Ryder dan Susan Sarandon.

Lalu pada tahun 2017, Little Women ditayangan sebagai drama series garapan Vanessa Caswill dengan 3 episode.

Kemasan Berbeda

Pemeran dari Little Women sendiri yaitu Jo March (Maya Hawke), Amy March (Kathryn Newton), Meg March (Willa Fitzgerald), dan Beth March (Annes Elwy).

Dan kali ini Gretta Gerwig mengemas dengan nuansa berbeda dan mendapat antusias para penikmat film.

Sebuah Adaptasi Novel


Novel Little Women adalah novel dewasa yang ditulis oleh novelis Amerika Louisa May Alcott, awalnya diterbitkan dalam dua jilid pada tahun 1868 dan 1869 atas permintaan penerbitnya.

Mengisahkan tentang kehidupan empat bersaudara perempuan March — Meg, Jo, Beth, dan Amy — merinci perjalanan mereka dari masa kanak-kanak hingga menjadi dewasa.

Berdasarkan kehidupan penulis dan ketiga saudara perempuannya, sehingga diklasifikasikan sebagai novel otobiografi atau semi-otobiografi.

Kesuksesan Film

Little Women segera meraup sukses secara komersial dan antusias pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai karakternya. Alcott dengan cepat menyelesaikan jilid kedua (berjudul Good Wives di Inggris Raya, meskipun namanya berasal dari penerbitnya dan bukan Alcott).

Novel ini kembali mendulang sukses. Kedua jilid tersebut diterbitkan pada tahun 1880 sebagai novel tunggal berjudul Little Women.

Alcott kemudian menulis dua sekuel dari karya populernya, keduanya juga menampilkan March bersaudara: Little Men (1871) dan Jo’s Boys (1886).

Novel dan Isu Perempuan

Disebutkan bahwa novel ini membahas tiga tema utama: “rumah tangga, pekerjaan, dan cinta sejati, semuanya saling terkait dan masing-masing dibutuhkan untuk memperkuat karakter identitas individu perempuan.

Menurut Sarah Elbert, seorang sejarawan sastra Amerika, Alcott menciptakan sebuah bentuk sastra baru, yang mengambil unsur-unsur dari fiksi romantisme anak-anak.

Kemudian menggabungkannya dengan yang lain dari novel-novel sentimental, sehingga menghasilkan genre yang benar-benar baru.

Elbert berpendapat bahwa di dalam Little Women dapat ditemukan visi pertama dari “All-American girl” dan berbagai aspeknya diwujudkan dalam March bersaudara yang berbeda.

Buku tersebut telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan sering diadaptasi untuk panggung dan layar.


Hal ini tergambar dalam dialog yang diucapkan oleh Amy,

“I’m just a woman. And as a woman, there’s no way for me to make my own money. Not enough to earn a living or to support my family, and if I had my own money, which I don’t, that money would belong to my husband the moment we got married. And if we had children, they would be his, not mine. They would be his property, so don’t sit there and tell me that marriage isn’t an economic proposition, because it is. It may not be for you, but it most certainly is for me,”.

Produksi Columbia Pictures

Diproduksi oleh Columbia Pictures, Regency, Pascal Pictures dengan produser Amy Pascal, Denise Di Novi dan Robin Swicord. Di awal film, kisah dimulai dari kehidupan Jo March (Saoirse Ronan) di tahun 1868. Pada masa muda Jo yang sedang meniti karir sebagai guru dan penulis novel di New York.

Amy March (Florence Pugh) dengan ambisi berbeda, mengikuti jejak kakaknya dan meninggalkan Concord, Massachusetts untuk menetap di Perancis bersama bibi mereka.

Di sisi lain, kakak tertua, Meg March (Emma Watson) kini telah menikah dengan seorang guru bernama John Brooke (James Norton).

Alur cerita berganti-ganti antara masa lalu dan masa kini, New York dan Massachusetts.
Dikisahkan pada suatu pagi, di hari Natal yang indah, kakak beradik March menantikan saat makan hidangan Natal dengan penuh semangat.

Namun sebelum sempat menikmati makanan-makanan tersebut, Marmee, ibu mereka, menceritakan tentang Ibu Hummel beserta anak-anaknya yang masih kecil kelaparan dan tidur berhimpitan pada satu ranjang di sebuah pondok kecil.

Akhirnya mereka membawakan sebagian makanan dan selimut kepada keluarga Hummel.
Diluar pengetahuan mereka, Theodore ‘Laurie’ Laurence (Timothée Chalamet) pemuda bangsawan yang tinggal di seberang rumah keluarga March, bersama kakeknya, Mr. Laurence, menyaksikan dari jendela rumahya.

Belakangan hubungan keluarga March dan Laurence semakin erat.

Bahkan Mr. Laurence menghadiahkan piano milik mendiang putrinya kepada Beth.
Laurie berteman dengan Jo. Bahkan Jo memiliki panggilan khusus untuknya.

Laurie mencintai Jo. Namun saat mengungkapkan perasaannya, Jo yang memiliki tekad kuat menolaknya. Jo tetap pada cita-citanya dan melihat pernikahan dapat menjadi penghambat.

Jo lebih memilih pergi ke New York untuk merintis kariernya sebagai penulis. Laurie menjadi patah hati kemudian tanpa sengaja bertemu dengan Amy, yang sedang mengejar impiannya untuk menjadi seorang seniman.

Amy diam-diam memendam cinta pada Laurie dan selama ini merasa berada di bawah bayang-bayang Jo dalam segala hal.

Dengan menjadi seniman, Amy mencoba menemukan jati dirinya.
Kakak beradik March saling menyayangi dan ledakan kemarahan Amy justru akhirnya semakin memperkuat jalinan persaudaraan mereka.

Saat Beth yang lembut hatinya menderita sakit demam berdarah hingga akhirnya meninggal, mereka sama terluka dan kehilangan.

Kepergian Beth membawa duka yang mendalam bagi semua anggota keluarga. Masing-masing kemudian menempuh jalur hidupnya dengan berbagai dinamika yang bertautan antara kehidupan sosial dan pandangan hidup.

Meg dan suaminya yang sederhana, Amy yang kemudian menikah dengan Laurie dan Jo yang semula bersikeras tidak akan menikah pada akhirnya menemukan cintanya pada Friedrich (Louis Garel), seorang profesor, teman satu kosnya saat di New York.

Sebuah Dinamika

Dinamika empat bersaudara perempuan dengan pandangan hidup yang kuat dan mencerminkan kemandirian perempuan yang bertentangan dengan cara pandang masyarakat pada masa itu.

Pilihan untuk memiliki karir dan pernikahan. Hampir sama dengan situasi saat ini ketika sebagian perempuan memilih untuk tidak menikah, memiliki atau tidak memiliki pasangan dan memiliki atau tidak memiliki anak.

Tidak ada yang salah selain cara pandang yang keliru. Setiap orang memiliki impiannya sendiri. Tentang bagaimana meraih impian itu sangat penting untuk terlebih dahulu mengenal diri sendiri.

Apa yang menjadi keinginan, kemampuan, cara memandang dan menempatkan diri dalam dunia. Selamat ber-kontemplasi. Quote terakhir dari Jo,

“Writing doesn’t confer importance. It reflects it”.

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai