Dominasi ideologi patriarki dalam masyarakat juga berpengaruh dalam menentukan jenis permainan bagi anak laki-laki dan perempuan. Jenis permainan dengan karakteristik feminin dan maskulin.
Sebagai contoh, main layangan, pistol-pistolan, ketapel, mobil-mobilan dan permainan yang berkaitan dengan ketangkasan fisik dikatagorikan sebagai mainan anak laki-laki.
Sementara main boneka, masak-memasak, congklak, bekel adalah permainan perempuan. Pembedaan jenis permainan ini terus terbawa hingga kini. Walaupun abad telah berganti dan jenis permainan telah bergeser ke game online. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan katagori tersebut.
Trend Lato Lato
Akhir tahun 2022, lato-lato kembali menjadi trend sejak Presiden Jokowi memainkan alat permainan tradisional tersebut dalam sebuah kunjungan ke Jawa barat. Sebagian besar dari kita mungkin tidak pernah mengenal alat permainan ini sebelumnya.
Bahkan belum pernah melihatnya. Permainan ini menjadi viral dan dimainkan oleh hampir semua orang dari anak-anak hingga orang tua, laki-laki maupun perempuan. Tokopedia bahkan mencatat penjualan lato-lato meningkat 57% pada pergantian tahun baru kmarin. Bahkan jenis permainan ini merebak menjadi trend di berbagai media massa.
Lato-lato atau dikenal juga dengan nama etek-etek, tek-tek, kletokan, katto-katto, nok-nok, toki-toki, tok-tak, tok-tok. adalah sebuah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras dan permukaan halus yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah.
Hingga hari ini tampilannya mengalami berbagai variasi dari mulai bahan, warna hingga ukuran. Bola lato-lato dibuat berwarna warni dengan berat rata-rata 200 gram. Sedangkan gagang berukuran 4, 7 dan 10 cm. Bahkan ada yang mencoba membuat ukuran yang lebih panjang lagi.
Cara memainkan lato-lato juga ikut bervariasi. Mainan ini dimainkan dengan cara diayunkan baik secara lambat maupun secara cepat hingga saling berbenturan dan menghasilkan bunyi tetap dan tingkat volume tetap, itu sebabnya ada yang menyebutnya tok-tok.
Pada awalnya mungkin mengasikkan bagi pemainnya namun lama kelamaan bunyi dan cara memainkan yang monoton ini menjadi membosankan dan cukup mengganggu. Namun kemudian mainan ini menjadi salah satu bahan isian di berbagai media massa seperti tutorial cara memainkan lato-lato hingga berapa lama bisa memainkan mainan ini. Bahkan beberapa tempat sempat mengadakan perlombaan memainkan lato-lato.
Asal Permainan Lato Lato
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa permainan ini berasal dari Amerika Serikat yang terinspirasi oleh eskimo yo-yo, yaitu mainan tradisional budaya asli Alaska. Ada oula yang menyebabkan bahwa mainan ini terinspirasi dari senjata berburu di Amerika Selatan.
Pada awal 1970-an, latto-latto begitu populer hingga sampai penduduk provinsi kecil di Italia Utara, Calcinatello. Namun belakangan jenis permainan ini mulai dilarang karena menimbulkan suara yang mengganggu dan dapat menimbulkan kecelakaan ringan hingga serius apabila bola mengenai wajah, kepala dan apabila bolanya pecah saat berbenturan terlalu keras.
Ada sisi positif dan negatif dari berbagai jenis permainan termasuk lato-lato. Mainan yang dijual dengan harga antara 2000 – 15.000 rupiah ini cukup terjangkau di berbagai kalangan masyarakat. Lato-lato sempat menjadi trend mainan yang pasang surut.
Dan di era kemajuan teknologi berbasis digital, alat permainan ini hampir tidak dikenal sama sekali. Sehingga ketika mainan ini kembali menjadi trend, sempat mampu mengalihkan berbagai kalangan terutama anak-anak dari memainkan game online di gadget atau laptop nya. Jenis permainan ini walau dimainkan secara perseorangan namun dapat menjadi alat permainan komunal yang dimainkan secara bersama dalam sebuah komunitas dan saling mempertontonkan keahlian dalam memainkannya
Lato Lato, Permainan Lintas Gender
Sisi lainnya, jenis permainan ini dapat dikatagorikan sebagai lintas gender karena tidak digolongkan sebagai jenis permainan anak laki-laki. Cara memainkan lato-lato yang cukup mudah dan bukan hanya ketangkasan fisik menjadikan mainan ini dapat dimainkan oleh siapapun.
Hal ini bisa dilihat dari konten media massa yang menampilkan pemain lato-lato dari berbagai usia dan gender. Tidak ada yang menganggapnya tabu untuk dimainkan oleh gender manapun.
Trend yang menjadi viral ini juga menguntungkan para pedagang baik online maupun offline. Namun seperti berbagai hal viral lainnya, trend permainan ini mungkin akan menurun, entah kapan. Untuk mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh benturan bola yang terlalu keras, alat permainan ini bisa dimainkan sebagai alat musik.
Dengan mengikuti irama musik tertentu yang dimainkan dalam tempo dan ketukan lambat, benturan dapat diminimalisir sehingga tidak menimbulkan kecelakaan. Karena mungkin akan terlihat aneh dan berlebihan jika memainkan alat ini dengan pengaman mata dan kepala bukan?
Dengan memainkan lato-lato sebagai bagian dari irama, nada dan tingkat volumenya menjadi variatif dan tidak monoton. Terlebih apabila dimainkan sebagai bagian dalam satu kelompok musik. Jenis permainan apapun tetap memiliki dampak positif dan negatif tinggal bagaimana kita mengusahakan untuk memperkecil dampak negatifnya.
Termasuk didalamnya adalah pengaruh pada cara pandang yang membedakan gender. Mungkin saja dengan permainan ini kita bisa bicara mengenai kesetaraan gender dan kesetaraan generasi. Mengapa tidak?
Penulis : Ernawati
Terkait
Literasi Keuangan: Bijak Meminjam, Waspada Jerat Pinjol Ilegal
Kepemimpinan Perempuan, Menuju Maluku Utara Adil Makmur
Ibu Bumi, Darah Perempuan, Sebuah Seruan Perubahan