18 Maret 2025

Dirgahayu PRD Ke-27

0Shares

Juli memiliki arti tersendiri bagi sebuah partai yang lahir pada 27 tahun silam. Partai Rakyat Demokratik merayakan deklarasi pendiriannya pada 22 Juli kemarin. Selama 27 tahun perjalanan partai beserta para anggota dan pendukungnya mengalami banyak dinamika. Partai Rakyat Demokratik menetas setelah pergolakan cukup panjang dari para aktivis yang berjuang menentang kediktatoran rejim Soeharto. Menjadi bibit baru sebagai partai yang lahir dari kalangan aktivis muda kala itu dengan bermodalkan idealisme dan komitmen untuk memperjuangkan rakyat tertindas di bawah rejim Orde Baru.

Bibit ini terus melahirkan bibit-bibit baru dari generasi ke generasi hingga usianya yang ke-27 tahun. Menapak usia 27 tahun adalah menapaki usia kedewasaan. Setelah mengalami berbagai intimidasi dari rejim, mulai dari penyerangan pada 27 Juli 1996, penangkapan para pimpinannya, pembubaran paksa, penculikan para anggotanya hingga keikutsertaan dalam pemilu 1999 dan dinamika internal partai. Para anggota kemudian melepaskan diri dan terpencar dalam berbagai wadah. Sebagian masuk dalam institusi politik lain, sebagian memilih untuk berkonsentrasi dalam sektor ekkonomi dan Sebagian lagi tetap bertahan dalam naungan PRD.

Setiap orang berhak untuk menjalani pilihan politik dan jalan hidupnya masing-masing. Baik untuk tetap menjalani komitmen dan idealismenya maupun memenuhi kebutuhan pribadinya tanpa menyentuh komitmen dan idealismenya pada rakyat tertindas. Tidak ada seorang pun yang memiliki hak untuk menilai atau mengintervensi pilihan hidup seseorang. Namun keterikatan emosional dan komitmen sosial tetap menjadi landasan untuk saling memperhatikan dan bersikap peduli. Setidaknya itu yang masih terasa dalam perjalanan mereka yang pernah tergabung dalam satu wadah Partai Rakyat Demokratik.

Dinamika Politik Jelang Pemilu 2024

Dalam dinamikanya, PRD tetap berusaha mewarnai kancah politik dengan tetap bersikap kritis dan mencoba masuk sebagai peserta pemilihan umum. Setelah dua kali mencoba, PRD gagal memasuki arena Pemilu. Hingga pada kongres terakhir, PRD memutuskan untuk kembali memasuki arena politik elektoral dengan mengusung pembentukan partai baru yaitu Partai Rakyat Adil Makmur atau disingkat PRIMA. Dalam tahapan pemilu 2024 PRIMA mengalami berbagai rintangan hingga tidak lolos sebagai peserta pemilu 2024. Hingga kini PRIMA masih menunggu hasil kasasi ke Mahkamah Agung.

Bulan Juli juga diwarnai kejutan dengan diangkatnya Nezar Patria, salah seorang yang juga aktif dalam Gerakan mahasiswa di era 90-an, sebagai Wakil Menkominfo. Kemudian pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Bapak Prabowo Subianto yang masuk dalam bursa pencalonan presiden pada pemilu 2024. Pertemuan ini sontak mendapat reaksi dari berbagai kalangan, baik yang memuji maupun mengecam. Budiman lantas menuai banyak kritikan atas tindakannya bertemu dengan Prabowo Subianto.

Menjelang perhelatan demokrasi tahun depan, kejutan demi kejutan sudah dipastikan akan hadir mewarnai kancah politik dalam negri. Dinamika politik yang menghiasi media massa dari mulai aktivitas para elit politik, berita korupsi para pejabat pemerintahan dan saling serang antar para pendukung di media massa sosial. Maka berita pertemuan Budiman dan Prabowo sempat menjadi trending topik di media social Twitter.

Terlepas dari setuju atau tidak setuju, pertemuan Budiman dengan Prabowo, yang namanya sering dikaitkan dengan penculikan aktivis, merupakan pertemuan antar rival politik. Dalam dunia politik, rivalitas adalah hal yang lumrah dan abadi sepanjang masa. Namun kemampuan untuk menjalani rivalitas merupakan salah satu manajemen konflik yang membutuhkan ketepatan, kebijaksanaan dan kedewasaan dalam menanganinya.

Pemilu 2024 merupakan pesta demokrasi ritual tiap 5 tahun. Dalam setiap pemilu rakyat meletakkan harapan untuk mendapat pemimpin terbaik untuk membawa negara dan bangsa pada keadilan dan kesejahteraan ke seluruh penjuru negri. Pemilu tetap sama namun situasi politiknya berbeda termasuk aktor-aktor didalamnya. Bukan hanya PRD yang bertambah usianya namun juga para anggota, pendukung dan seluruh bangsa ini. Bangsa ini membutuhkan kedewasaan usia dan kedewasaan politik dalam memandang masa depan bangsa.

Cita-Cita Keadilan Sosial dan Pelanggaran HAM

Tujuan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat sepatutnya diletakkan pada setiap pundak mereka yang terpilih menjadi wakil suara rakyat dalam menentukan arah bangsa ini. Pelanggaran HAM menjadi salah satu noda, bagai deret angka berjalan hingga saat ini. Dalam sidang ke-41 UN Human Rights Council yaitu Universal Periodic Review (UPR) tahun 2022 yang lalu, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang mengikuti mekanisme pelaporan dan rekomendasi atas pelaksanaan HAM setiap 5 tahun sekali.

Pelanggaran HAM masih terus terjadi. Penculikan dan penangkapan masih berlangsung hingga hari ini. Sebutlah Budi Pego, seorang aktivis lingkungan antitambang emas di Banyuwangi, Jatim pada Maret 2023. Penangkapan Budi ini mendapatkan protes dari kalangan pegiat hak asasi manusia (HAM), karena membungkam suara kritis terhadap persoalan lingkungan.

Konflik Wadas yang ramai dengan tagar #Wadasmelawan #Wadastolaktambang bermula dari rencana proyek Pembangunan Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan memasok Sebagian besar kebutuhan air ke Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Proyek tersebut memerlukan batuan andesit yang diambil dari Desa Wadas. Rakyat Desa Wadas kemudian melakukan penolakan karena dampak penambangan batuan andesit yang banyak merugikan warga baik secara ekonomi maupun kerusakan lingkungan.

Pada Februari 2023, sekelompok orang tidak dikenal menghadang tiga orang petani Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tiga orang warga tersebut mengalami penangkapan dan penahanan atas dugaan menyebarkan berita bohong. Penangkapan tidak menyertakan surat tugas atau dokumen lain yang terkait. Ketiganya merupakan perwakilan warga tengah berjuang di jalur legal melalui pra-peradilan

Belum lama berselang, pada 20 Juli kemarin, Polda Jambi membubarkan paksa warga yang telah dua minggu memblokir jalan utama PT Fajar Pematang Indah Lestari (FPIL). Sebanyak 26 warga Dusun Pematang Bedaro, Desa Teluk Raya, Kabupaten Muaro Jambi kemudian ditahan dan bebas sehari kemudian. Pemblokiran jalan merupakan respon warga atas penangkapan lima orang masyarakat desa setempat oleh Polda Jambi. Mereka menuntut Polda Jambi untuk melepaskan lima orang warga yang masuk ke dalam wilayah lahan sawit yang berstatus sengketa masyarakat dengan perusahaan.

Bulan lalu, warga kembali menyuarakan penolakan atas proyek geothermal di Poco Leok, Kabupaten Manggarai. Sederetan kasus pelanggaran HAM, perusakan lingkungan dan penutupan akses ekonomi rakyat terus terjadi. Proses pemilu 2024 dan dinamika yang mewarnainya, tak tersentuh bagi warga, rakyat yang akan memberikan suaranya pada pemilihan umum tahun depan.

Pekerjaan Rumah Bersama

Kembali pada kancah politik elit dan segala upaya untuk meneruskan tahapan pemilu 2024. Kejutan demi kejutan yang terjadi termasuk perseteruan para pendukung di media sosial semoga mengarah pada perbaikan penanganan pelanggaran HAM masa lalu dan yang masih terus berlangsung hingga hari ini. Dan lebih lagi, harapan untuk memusatkan perhatian pada kedaulatan pangan, lingkungan menuju keadilan dan kemakmran bersama.

Dinamika politik abadi, seiring sejalan dengan penderitaan rakyat, namun tidak seiring dengan tujuan keadilan dan kemakmuran. Maka penting untuk memilah persoalan dan mensikapinya secara dewasa dan bijaksana. Sejalan dengan sikap kritis netizen dan aktivis muda di jaman ini.

Dalam sebuah wawancara, seorang teman mengatakan bahwa, ini bukan hanya tentang pergantian pemimpin saja tapi bagaimana mana bisa merebut, siapapun pemimpinnya kita tetap bisa merebut. Bagaimana cara untuk merebut ini yang perlu didiskusikan. Karena kita, mungkin pada hari ini belum, ruang kita untuk berkonstenstasi masih, terbatas. Kita masih belum bisa membangun partai yang solid dan progresif. Yang sudah ada dipatahkan dan gagal terus mengalami rintangan untuk berkembang. Saat ini kita berhadapan dengan ruang-ruang dan kesempatan apa yang bisa kita rebut.

Kita juga harus memastikan para aktivis muda mempunyai ruang belajar yang tepat. Belajar dari para pendahulunya, para aktivis lama. Dari pernyataan sebagian besar kawan perempuan yang di era sebelum reformasi aktif di PRD, tetap mengakui bahwa PRD adalah ruang belajar dan kolektif yang memberi banyak pengaruh dalam kehidupan hingga hari ini. Masa bersama PRD tetap berkesan dan tak terlupakan. Dirgahayu Partai Rakyat Demokratik. Tetap mengakar dalam sanubari rakyat.

Ernawati

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai