Film La Luna (2023)
Sutradara asal Singapura, M Raihan Halim, menjaring sederetan pemeran yang sebagian besar merupakan pemain asal Malaysia dalam sebuah film menarik. Yang ternyata jauh lebih dalam dari apa yang mungkin kamu bayangkan dari trailer dan posternya.
La Luna, melibatkan tokoh-tokoh seperti Shaheizy Sam, Sharifah Amani, Wan Hanafi Su. Berlatar masa kini, “La Luna” bertempat di sebuah pedesaan fiksi Kampung Bras Basah. Sebuah kampung klasik di Malaysia yang terinspirasi berdasarkan sebuah distrik di Singapura. Kepala polisinya, Salihin (Shaheizy Sam), sudah bercerai dan memiliki seorang putri muda pemberontak, Azura (Syumaila Salihin).
Cerita bermula, menyorot seorang perempuan kota yang berani dan berpikiran mandiri datang ke sebuah desa konservatif yang sepi. Kampong Bras Basah, di Malaysia, untuk dengan berani membuka toko pakaian dalam yang jelas saja mengejutkan, “La Luna”. Tanda neon besarnya menandakan kedatangan sebuah gempa sosial.
Terobosan Toko Lingerie di Kampung Konservatif
Film ini adalah patut kita akui sebagai sebuah ikonoklasme. Sang tokoh utama berperan sebagai Hanie Abdullah, seorang perempuan modern yang mewarisi sebuah rumah kayu kumuh di tengah sawah. Hanie mengubahnya menjadi toko warna-warni yang menjual pakaian dalam perempuan. Serta diam-diam, menjadi tempat perlindungan bagi perempuan.
Rumah aman bagi penyintas KDRT, tempat perempuan mempelajari hal-hal yang masyarakat anggap tabu sebelumnya. Tentang seksualitas, mengenali ketubuhan mereka, dan membangun kesadaran revolusioner pada perihal yang selama ini merugikan mereka.
“No men allowed” sebuah tanda terpampang di situ. Bahkan melarang kepala polisi, Salihin (Shaheizy Sam), seorang pria baik progresif dengan seorang putri remaja liberal yang sangat gandrung akan perubahan, Azura (Syumaila Salihin). Yang sangat gembira menemukan sekutu Footloose untuk berlawan pada para tetua “fasis”.
Yakni kepala desa, Tok Hassan (aktor veteran Malaysia Wan Hanafi Su, dalam peran yang hebat namun tenang dan menakutkan), penentang perubahan yang pantang menyerah dan bertekad untuk memberantas pekerjaan “Setan” di sini.
“Tokomu telah mencemari kemurnian desaku,” cibirnya.
Ini adalah intrusi yang menantang ke dalam komunitas tradisional yang membuat kita takut menyaksikan drama yang bertempo lambat, sangat lucu, dan tertangkap dengan menawan ini. Membawa kita lebih dekat pada realitas karena latar dan para pemerannya terlihat begitu natural dan terhubung.
Toko bra dan celana dalam, tentu kiranya membangkitkan dua hal yang belum saling mempertemukan.
Para warga, terutama para perempuan, terbangun dengan meriah di film ini dari kebodohan seksual mereka. Sepasang suami istri tiba-tiba ‘kawin’ seperti kelinci bahkan di dalam ruang AV. Tempat hal-hal aneh mereka muncul dalam siniar secara lucu ke publik yang tentunya sontak tercengang.
Dan ya ampun! haruskah kita khawatir bahwa agama berada di bawah tekanan budaya seperti itu?
Sudut Pandang Berbeda
Di sini, kamu akan menyadari kepiawaian penulis-sutradara Halim dalam menjadikan cerita ini menguak tentang penyensoran, bukan sebuah penggalian tentang iman. Dia dengan cerdik menggambarkan pemimpin desa sekuler sebagai penjahat, bukan sebagai ajudannya, atau sebagai guru agama, yang menolak sikap fanatiknya dalam mempertahankan diri.
Pada titik ini, kamu menginginkan pengungkapan yang lebih berani di luar perpaduan yang sangat berbahaya antara aktor Singapura Hisyam Hamid dan aktris Malaysia Nadiya Nisaa sebagai pemukul istri yang mengancam pasangannya yang alami penganiayaan.
Tapi kita tidak bisa protes terlalu banyak, karena gambar-gambar ini meninabobokan kita ke dalam zona nyaman yang membuat kita ingin melintasi jalan pintas untuk menonton film di bawah sinar bulan (La Luna) seperti yang tergambar di sini.
Kita mungkin telah melihat kisah seperti ini berkali-kali sebelumnya di berbagai negara. Namun film yang lucu ini, menampilkan peralihan sikap dari sikap “Tuhan memperhatikan” menjadi sebuah pelukan dengan pesan: “Tuhan Maha pengasih”, sungguh sesuatu yang indah untuk kita saksikan.
*)MJ
Terkait
Orde Baru dan Depolitisasi Perempuan
Peringatan 16 HAKTP 2024
Koalisi Morowali Adil Makmur Usung Program Pro Rakyat Miskin