Jakarta – Pada kesempatan kali ini tim redaksi Suluh Perempuan berkesempatan mewawancarai seorang lagi pribadi filantrop yang inspiratif. Yuk simak wawancaranya berikut ini:
A: ADMIN
D: DEVA
A: Selamat pagi Kak Deva, Perkenalkan saya Mila dari media suluhperempuan.org. So, kami lebih ingin mengangkat nama-nama perempuan hebat indonesia di masa kini dan saya pikir Kak Deva juga merupakan salah satunya.
Pertama-tama boleh saya tahu nama jelas kakak, pekerjaan, sudah menikah atau belum, memiliki anak atau tidak, jika ada, usia berapa dan domisili Mbak saat ini berada di mana?
D: Nama lengkap saya Deva Yohana, biasa dipanggil Deva. Saat ini masih menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Saya belum menikah. Saya tinggal di Kemayoran, Jakarta Pusat.
A: Profesi yang kakak jalani itu sepertinya apa ya, boleh ceritakan perjalanan volunteering kakak selama ini?
D: Selain sebagai mahasiswa, saya juga menjadi freelancer content writer. Untuk perjalanan volunteering, saya memulainya sejak 2018. Saat itu, saya menjadi pengurus di komunitas Dime Por Qué, komunitas belajar bahasa dan budaya Spanyol dan Amerika Latin. Kemudian semangat saya semakin menggebu di dunia filantropi saat menjadi mahasiswa pada tahun 2019. Saya sangat suka mengikuti kegiatan komunitas, bahkan tidak jarang saya menjalani dua sampai tiga peran sekaligus di komunitas yang berbeda secara bersamaan. Peran yang sering saya geluti adalah content writer. Adapun isu yang paling saya minati adalah pendidikan dan literasi.

A: Apa saja sih suka dukanya dalam menjalani peran kakak saat ini?
D: Yang jelas perasaan suka atau senang lebih besar saya rasakan daripada duka. Saya suka dengan kegiatan kerelawanan karena sadar akan kekurangan saya dalam hal berkomunikasi dengan orang lain, apalagi saya pernah menjadi korban bully dan termasuk orang yang pendiam dan pemalu. Oleh karena itu, saya cenderung berpikiran negatif saat berinteraksi dengan orang lain, terutama orang yang tidak saya kenal. Saya merasakan perkembangan besar dalam diri saya dalam berhubungan dengan manusia setelah mengikuti kegiatan komunitas. Mau tidak mau saya harus memaksa diri untuk berkenalan dan mengobrol dengan orang-orang baru. Ternyata enggak seburuk itu kok. Selain perkembangan dalam berkomunikasi, saya juga merasakan diri saya lebih percaya diri dan lebih mudah berempati atas kondisi orang lain. Kegiatan kerelawanan pun membangunkan kesadaran-kesadaran saya terhadap banyak hal, sehingga memunculkan banyak kata “ternyata” yang saya saksikan secara langsung.
Ternyata benar tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Ternyata pendidikan di Indonesia yang tidak merata itu bukan sekadar mitos. Ternyata dampak kekerasan seksual bisa sebegitu buruknya, apalagi perilaku masyarakat yang masih suka menyalahkan korban.
Dan masih banyak kata ternyata yang lainnya. Namun, yang menjadi titik kesadaran saya adalah, “ternyata diam saja tidak menjadi solusi. Saya harus terjun dan ikut bergerak, sekecil apa pun peran yang saya jalani pasti akan memberikan dampak positif untuk kemajuan negeri ini.”
Adapun yang sering menjadi duka saya adalah anggapan orang lain yang menyatakan kegiatan kerelawanan hanya membuang-buang waktu tanpa dibayar pula.

A: Lalu sebagai pegiat literasi, apakah kakak terlibat dalam organisasi, bila ada apa namanya?
D: Ya, saat ini saya tergabung menjadi penulis di Yayasan Teruntuk Jejak Kebaikan –Teruntuk Project, sebuah yayasan yang berfokus pada social services. Selain itu, saya dan teman-teman sedang membangun Kanca Bahasa, komunitas yang menyediakan akses pembelajaran bahasa asing gratis melalui kelas daring. Komunitas ini baru dibentuk beberapa bulan lalu.
A: Apa yang kakak perjuangkan di sana dan apa saja tantangannya?
D: Komunitas Kanca Bahasa berfokus pada isu kesenjangan penguasaan bahasa asing, di mana masih banyak masyarakat di Indonesia yang merasa kesusahan untuk mengikuti kursus karena biayanya mahal. Di sini kami hadir sebagai “kanca” (=bahasa Jawa. Dalam bahasa Indonesia berarti teman) dalam mempelajari bahasa asing. Target utama kami adalah pemuda yang tertarik dan/atau ingin mempelajari bahasa asing.
A: Kakak mendalami bahasa-bahasa ini sejak kapan dan apa latar belakangnya?
D: Saya mulai mendalami bahasa sejak masih SMA. Waktu itu, saya merasakan kesenangan tersendiri saat mengulik tata bahasa dari berbagai bahasa.
A: Pandangan kakak tentang kesetaraan gender di Indonesia seperti apa sih?
D: Menurut saya, kesadaran masyarakat terkait kesetaraan gender di Indonesia masih rendah, terutama di wilayah pedesaan. Berhubung saya berasal dari desa, saya merasakan sendiri bahwa di sana budaya patriarki masih dijunjung tinggi dan masih sulit sekali untuk mengikisnya.
A: Apa yang kira-kira menjadi PR kita bersama dalam hal kesetaraan gender?
D: Mengedukasi masyarakat, terutama pemuda terkait perbedaan seks/jenis kelamin dan gender, karena masih banyak yang menyamakan keduanya. Bahwa yang membedakan perempuan dan laki-laki hanya perbedaan biologis belaka.
A: Dan sebagai anak, apa pandangan kakak tentang bullying yang makin marak akhir-akhir ini?
D: Saya sangat prihatin. Sebagai orang yang pernah menjadi korban, saya merasakan betapa beratnya membangun kembali kepercayaan diri dan mental yang hancur karena perbuatan tercela tersebut.
A: Solusi apa kiranya yang dapat ditawarkan kepada para stakeholders di dunia pendidikan?
D: Membuat perpustakaan atau taman baca di setiap desa dan membuat aturan orang tua wajib mendampingi anaknya membaca buku sekitar 15-30 menit.
A: Apa pesan kakak bagi kaum perempuan yang sedang berada dalam kondisi sulit saat ini?
D: Kepada perempuan di luar sana, apa pun peranmu, kamu hebat. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk hidupmu. Jangan menyerah, ya
A: Terakhir, apa ajakan kakak kepada para perempuan yang masih memperjuangkan kesetaraan gender, penghapusan kdrt dan perlindungan tenaga kerja domestik?
D: Kepada para perempuan yang masih memperjuangkan kesetaraan gender, penghapusan KDRT, dan perlindungan tenaga kerja domestik, mari kita bersama-sama menjalani perjuangan ini dengan tekad dan semangat yang kuat. Kita memiliki tugas penting untuk membangun masyarakat yang adil dan setara, di mana setiap perempuan memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan. Mari kita bersama-sama memerangi segala bentuk kekerasan dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Edukasi, pencegahan, dan perlindungan terhadap korban KDRT harus menjadi prioritas kita bersama.
A: Terima kasih banyak ya, Kak atas waktunya.
D: Sama-sama.
*)MJ
Terkait
Leolintang Anies Munfarida: Melukis, Berpuisi, dan Menginspirasi
Veronika Tan: Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Harus Dilakukan Secara Inklusif Dan Setara Gender
Amanda Nguyen, dari Penyintas Menjadi Pejuang yang Menginspirasi Dunia