Wawancara ini dilakukan pada Maret 2021.
Tanggal 8 Maret adalah peringatan Hari Perempuan Internasional dan di kesempatan tersebut kami berkesempatan untuk mewawancarai satu dari sekian banyak perempuan hebat di Indonesia, idola saya juga, yaitu Mbak Yani Oktaviana atau lebih populer dengan nama Yacko.
Profile
Yani Oktaviana atau Yacko (lahir di Surabaya, Jawa Timur tanggal 10 Oktober 1979) merupakan seorang rapper, Yacko juga pernah meramaikan album Pesta Rap 2 (1996) dengan lagu Nongkrong yang ikut mengisi dalam film Anacondas (2004). Di tahun 2005, ia memulai debut single berjudul “So What?!” yang terdapat dalam album Refleksi, kemudian merilis album Mendua (2008) dan album ke-tiganya Experiment di tahun 2014.
Singlenya yang baru-baru ini dirilis adalah single “Pitutur” yang dikemas dengan menggunakan tiga bahasa (Indonesia, Inggris dan Jawa).
Rapper
Pemegang gelar MBA dari University Of Wollongong, Australia ini sudah melanglang buana di kancah hip hop Indonesia sejak tahun 1992 ketika usianya masih 13 tahun.
“Dari dulu gue memang suka musik, tapi dulu gue bawain lagu macam-macam, kayak Anggun C Sasmi gue bawain, lagunya Gombloh gue bawain,” ucap Yacko seperti dikutip dari video berjudul “Yacko: Hip hop, Perempuan dan Feminisme” di akun YouTube Billboard Indonesia, Jumat (20/12/2019).
Namun saat itu Yacko tidak merasakan kepuasan. Dia merasa biasa saja. Yacko merasa mendapat hal baru ketika berkenalan dengan musik rap.
“Begitu dengerin rap ‘wah kayak dapatkan energinya’ lebih banget di situ,” ujar Yacko. Pertemuan Yacko dengan rap dimulai pada tahun 1992 ketika usianya memasuki 13 tahun. Saat itu, Yacko masih berdomisili di Surabaya (kompas.com).
Geliatnya tak pernah surut, bahkan di masa pandemi covid-19 ini pun selaku Program Director dari Flavs Virtual Festival telah menyelenggarakan beberapa event yang tentunya diselenggarakan secara daring. Selain itu juga Yacko pun merupakan presenter dari sebuah program hip hop bersama Mugos Media dengan nama program Hip Hop Hore yang dinahkodai bersama-sama Tuan Tigabelas yang mana program ini merupakan program yang khusus menampilkan info-info dunia per-hip hop-an dan tentunya sarana untuk mendorong kemajuan hip hop lokal.
Kolaborasi 14 Negara
Yacko pernah terlibat kolaborasi dengan 14 rapper dari 14 negara. Projek tersebut bermana #Hiphopishiphop. Di proyek tersebut, setiap rapper membuat verse dengan bahasa dan karakter masing-masing dan setiap keuntungan dari proyek amal tersebut akan disumbangkan kepada UNICEF. Dalam proyek ini, Yacko merupakan satu-satunya rapper perempuan.
Pengajar
Siapa sangka bahwa selain menggeluti dunia musik rap, Yani Oktaviana juga bekerja sebagai dosen, mengajar bidang Pemasaran, Hubungan Masyarakat, Pengembangan Sumber Daya Manusia di UNIPREP dan UniSadhuGuna International College di Sudirman, Jakarta.
Sama seperti passionnya pada musik, Yacko memiliki passion pada dunia pendidikan. Saat mendapat pertanyaan apa alasannya ingin menekuni dunia pendidikan, Yacko pun menjawab sambil terkekeh. “Alasannya klise, karena passion-ku ada dua. Bagiku, industri pendidikan itu harus berubah, jadi gak cuma one way communication aja,” ujarnya (idntimes.com).
Yacko pun mengatakan, “Kebetulan latar belakang pendidikan aku itu Master of Business Administration dan juga di bidang IT. Jadi, aku banyak ngajar di bidang tersebut dan menggunakan pengalamanku di musik untuk sharing.”
Salah satu perubahan yang telah berhasil adalah dengan mendorong para murid untuk mengembangkan soft skill mereka. Hal ini dilakukan dengan cara gak berfokus pada ujian saja, tapi juga proyek-proyek khusus yang harus murid kerjakan di sekolahnya.
Humble Meski Super Sibuk
Jadwal kesibukannya sebagai konsekuensi dari profesi-profesinya sungguh luar biasa, jam 8 sampai jam 5 sore ia menjadi dosen, berikutnya dari jam 7 sampai jam 9 siaran radio hingga jam 10 malam sampai dini hari berada di studio musik.
Aktivisme Perempuan
Hands Off: Sebuah Lagu Perlawanan
Sebagai rapper dan pengajar, Yacko membuat gerakan perlawanan kekerasan terhadap perempuan dengan mengeluarkan lagu berjudul Hands Off.
Yacko mengajak 21 perempuan dari berbagai kalangan dan profesi dalam kampanye ini. Dalam lagu Hands Off, Yacko membuat gimmick yang mengisyarakat perlawanan kekerasan terhadai perempuan. Kampanye ini harapannya mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membantu korban pelecehan dan kekerasan.
Yacko menilai masyarakat Indonesia masih melanggengkan rape culture. Jika ada perempuan di jalan mendapat perlakuan tidak senonoh maka yang salah adalah perempuan karena mengumbar aurat dan memancing nafsu laki-laki.
Yacko bersuara bukan hanya melalui musiknya saja, namun juga dengan kampanye-kampanye dalam media sosial, berbicara dalam diskusi-diskusi publik hingga turut turun ke jalan dalam perjuangannya di isu kesetaraan dan perjuangan dalam pencegahan kekerasan seksual dan banyak isu-isu perempuan lainnya.
Wawancara
Jadi gimana nih, kan aku banyak liat dan denger suara-suara mbak di isu-isu perempuan, apa sih yang melandasinya?
Yacko: Yang melandasinya adalah melawan ketidaksetaraan.
Boleh share pandangannya tentang situasi urgent kita saat ini?
Yacko: Menurutku saat ini Indonesia sudah semakin darurat kekerasan seksual. Dengan tidak adanya payung hukum semakin membuat para korban/penyintas takut untuk berbicara dan melawan. Apabila berani pun kadang malah disalahkan dan dituntut.
Payung hukumnya sendiri kan sudah dirancang dan tinggal dilegalkan (RUU TPKS), yang mana malah dianggap sulit/rumit oleh legislatif, bagaimana tanggapannya?
Yacko: Marah banget saat mereka anggap sulit. Sudah banyak korban kok ya masih bilang sulit. Saat itu kemarahan aku keluarkan lewat lagu yang akhirnya dikasih judul “Sulit”.
Akankah peringatan hari wanita internasional nanti RUU ini didesak lagi?
Yacko: Tidak hanya di peringatan hari wanita international indonesia tapi sudah seharusnya kita desak sampai disahkan. Saat ini RUU TPKS sudah masuk kembali ke dalam prolegnas, mari kita kawal terus dengan suarakan di sosial media.
Optimistis apa tidak dengan akan tersahkannya RUU TPKS?
Yacko: Harus optimis. Tantangannya banyak. Tapi harus terjus maju. Gerak bersama.
Menurut Mbak Yacko sendiri apakah ini ada kaitannya dengan kurang terwakilinya perempuan di parlemen? Bahkan kuota 30% perempuan saja tak terpenuhi. Di dunia ini ada 10 negara dengan jumlah 50% perempuan di kabinetnya. Lagi-lagi ini adalah isu kesetaraan, bagaimana peran perempuan dalam politik menurut Mbak?
Yacko: Betul, hal tersebut bisa jadi salah satu faktor dan jumlah perempuan harus bertambah kuotanya di parlemen. Tapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana membasmi perilaku patriarki di parlemen dan fraksi yang juga menjadikan RUU TPKS terhambat untuk disahkan. Jumlah perempuan kalaupun bertambah tapi jika perempuannya mendukung patriarki, ya sama saja bohong. Apalagi apabila perilaku tersebut oleh pimpinan partai, pasti akan mempengaruhi dalam pengambilan kebajikan padahal tujuannya adalah semata-mata mewujudkan suatu sistem perlindungan yang komprehensif bagi seluruh rakyat Indonesia dari segala bentuk kekerasan, terutama bagi kelompok rentan perempuan dan anak dari kekerasan seksual.
Baik Mbak, terakhir.. apa pesan yang ingin Mbak sampaikan terutama bagi para perempuan khususnya di Indonesia ini?
Yacko: Semoga perempuan Indonesia bisa saling menghargai perbedaan masing-masing dan bersama-sama menjembatani perbedaan tersebut untuk mengempower satu sama lain dan memerangi pelecehan dan kekerasan seksual.
*)MJ
Sumber:
https://www.instagram.com/itsyacko/
https://www.idntimes.com/life/inspiration/tyas-hanina-1/yacko-rapper-perempuan-akademisi/7
https://www.kompas.com/hype/read/2019/12/20/192754466/energi-besar-alasan-yacko-tekuni-musik-rap
Terkait
Koalisi Morowali Adil Makmur Usung Program Pro Rakyat Miskin
10 Tahun WRI: Transisi Besar untuk Manusia, Alam dan Iklim
Ruang Rasa, Menembus Stigma dan Diskriminasi Transpuan