4 Oktober 2024

Bincang SuPer: Retno Kustiyah Aktivis Anti Bullying

0Shares
Selamat malam Ibu Retno, perkenalkan saya Mila Nabilah dari DPP Suluh Perempuan. Mohon izin untuk berbicara mengenai kasus bullying ya Ibu. Pertama-tama boleh saya tahu nama Ibu, pekerjaan, sudah menikah atau belum, memiliki anak atau tidak, jika ada, usia berapa dan domisili Ibu berada di mana?
Salam, Nama saya Retno Kustiyah, Pekerjaan Guru, Fasilitator, dll, Saya Single Parent dari 3 anak, usia 18, 10 dan 9 tahun. Saya tinggal di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
Sebelumnya saya ingin bertanya perihal kasus bullying secara umum ya, menurut Ibu bagaimana fenomena maraknya kasus bullying terhadap anak ini?
Menurutnya saya, fenomena bullying seperti epidemi atau penyakit, menular dengan cepat yang menimbulkan banyak korban. Kasus perundungan terus meningkat setiap tahunnya.
Faktor-faktor apa saja kiranya yang mengakibatkan peristiwa bullying ini dapat sampai terjadi?
Penyebabnya ada banyak faktor. Namun yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial.

Selain itu, adanya penyalahgunaan ketidakseimbangan kekuatan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban. Penyebab lain yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan yang salah dan pengaruh teman sebaya dan lain-lain. Karena untuk usia SD, anak ada di fase ketekunan versus rendah diri. Percaya diri vs rendah diri sering terjadi di sekolah.

Selain itu, bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian yang kurang ini bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak secara langsung. Juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor; entah itu karena takut, malu atau diancam maupun karena alasan yang lain.

Bullying secara kasat mata tampak seperti guyonan biasa kepada anak-anak. Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan atau olokan secara verbal sangat berbahaya bagi anak.
Biasanya orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka psikis atau emosional yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa jangka panjang.

Kemudian juga karena minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang bullying dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak. 
Menurut Ibu bagaimana hubungannya dengan pola asuh orangtua terhadap anak?
Bagi anak yang menjadi korban, tentu saja berdampak pada masalah kesehatan mental mereka. Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Ini bisa menjadi trauma panjang. Ada juga, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat gangguan mentalnya menjadi lebih besar.

Anak-anak di level ini merupakan individu yang mengalami prososial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah maupun orang tua.

Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif sekolah dan orang tua penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka.

Jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua. Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa juga sekolah membuat website interaktif.

Hal lain yang penting diperhatikan juga yaitu memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya.
Dan bagaimana menurut Ibu kaitannya dengan pola didik di sekolah?
Rata – rata kasus bullying yang terjadi kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Nah, perhatian yang kurang inilah bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak secara langsung. Juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor; entah itu karena takut, malu atau diancam maupun karena alasan yang lain.

Bullying secara kasat mata tampak seperti guyonan biasa kepada anak-anak. Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan atau olokan secara verbal sangat berbahaya bagi anak.
Biasanya orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka psikis atau emosional yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa jangka panjang.

Kemudian juga karena minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang bullying dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak?
Apakah sekolah memiliki kebijakan atau ketegasan tentang tindakan bullying ini?
Belum optimal! Menurut saya, iklim sekolah harus diperhatikan. Sekolah harus punya program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif. Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif sekolah dan orang tua penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka.
Jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua. Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa juga sekolah membuat website interaktif.
Apakah ibu pernah menangani kasus bullying?
Ya
Jika pernah, bersediakah Ibu untuk menceritakan kasusnya?
Sebagai contoh kasus saya. Saya adalah single parent dengan tiga anak. Anak saya menjadi korban perceraian, yang mana kasus perceraian tersebut sangat ramai diperbincangakan karena penyebabnya perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan suami dengan guru SD.

Anak saya sering ditanya tentang bapaknya, Misal : bapak kamu di mana?, tinggal dimana?, udah nikah lagi belum?, nikah sama siapa?, kasih uang ga ke kamu? dst dst.

Anak saya jadi murung ga mau sekolah, dll. Saya merasa sangat sedih, kuatir dang sangat marah. Saya datangi semua orang yang selalu membully anak saya. Saya sampaikan bahwa anak saya sangat terluka dengan pertanyaan mereka, dan saya mengancam akan melaporkannya ke polisi. Di lain waktu saya juga mengajarkan anak saya untuk ikut banyak kegiatan salah satunya ekskul KARATE.

Dengan mengikuti pola latihan karate yang di didik untuk mandir, tangguh, berani karena benar, menghormati semua orang dan masih banyak lagi hal positif  lainnya. Maka yang terjadi dari efek mengikuti pelatihan karate anak saya menjadi anak yang percaya diri. Setiap ada orang baik orang dewasa maupun anak seusianya yang membullynya, selalu ditantang berkelahi dan kadang berkelahi beneran.

Sampe akhirnya saya dipanggil pihak sekolah, saya pun sama menyampaikan hal bahwa saya adalah aktivis perempuan dan anak yang mencegah dan menangani kasus bullying, dan ternyata anak saya menjadi korban, saya akan melaporkan pihak sekolah dan orang dewasa yang membullynya ke kantor polisi dan dinas terkait karena telah lalai dan membiarkan kasus bullying terjadi dilingkungan sekolah dan dampak yang ditimbulkan sangat parah bagi anak saya dan saya.

Alhamdulillah dengan cara tersebut pihak sekolah kemudian mulai mengambil tindakan preventif. Dan orang dewasa lainnya juga mundur teratur menghindar dari saya dan anak saya karena takut dilaporkan ke polisi maupun ke dinas terkait.
Kronologisnya itu bagaimana ya Bu?
Contoh ya : Anak saya sedang ngaji, juga bisa azdan dimasjid, jika temannya ada yang iri, mereka mengatakan anak saya tidak punya bapak, anak janda, bapaknya tukang selingkuh, tinggalnya numpang, bahkan sampe dilarang azdan di masjid dengan alasan suaranya jelek.

Akhirnya saya laporkan ke Kan Kemenag Cilacap, terkait pelarangan Adzan, dan ternyata direspon, tim dari kemenag kabupaten beserta pihak KUA kecamatan datang ke tempat kami dan mediasi penyelesain masalah anak kecil dilarang adzan. Hal tersebut sangat viral ramai diperbincangkan, akhirnya ada kesepakatan anak saya akan mendapatkan pelatihan adzan dari penyuluh agama dan boleh melakukan adzan lagi di masjid.

Sebenernya masalah azdan bukan masalah inti, masalah intinya anak saya di ejek dan di olok, tapi bagaimana caranya memberikan efek jera kepada teman – temannya dan juga kepada orantuanya agar mendidik anaknya untuk tidak mengejek anak saya dan kepada orang dewasa yang juga ikut membully anak saya. Sejak kejadian ini, rasanya senyap sekali dari kata bullying.

Cuma saya di cap sebagai ibu yang ga lumrah karena jika ada masalah apa – apa lapor. Ga masalah sih buat saya, itu bagian dari shock therapy buat siapapun agar tidak semena – mena terhadap anak saya. Bahkan saya pun ga segan – segan untuk menantang berkelahi denga siapapun.
Apa yang dilakukan sekolah atas kasus itu?
Pihak sekolah banyak mendengar kasus bullying yang menimpa anak saya dengan penanganan langsung lapor pihak terkait. Pihak sekolah hanya mediasi saja antara pelaku dengan saya dan anak saya. Katanya lumrahnya anak kecil memang nakal, dan anak nakal katanya anak pintar. Dan meminta saya untuk tidak berlebihan menanggapi kasus yang terjadi.
Dan apa yang dilakukan orangtua setelah itu terjadi?
Saya tetap dengan prinsip saya, membekali anak saya dengan ilmu beladiri, jujur kepada orang tua, dan pasti saya sebagai seorang ibu tidak akan membiarkan begitu saya jika anak saya di bully, dilecehkan, di olok – olok dll.

Pada prinsipnya anak saya tidak boleh terluka dan trauma, mereka berhak bahagia walaupun dengan ibu tunggal.Jika orang tua dari pelaku tidak merasa bersalah, tidak meminta maaf, ga masalah buat saya, saya laporkan ke pihak lingkungan dimana pelaku tinggal dengan membawa pak RT, Kadus, dan Kades, untuk memberinya efek jera, malu di lingkungannya.
Apakah kasus ini kemudian terlaporkan kepada aparat penegak hukum?
Ya pasti, buat saya yang penting lapor dulu, pihak terlapor dipanggil, mediasi, selesai, walaupun kadang saya ga ikhlas tapi puas dengan memberinya efek jera diperkarakan di Kantor polisi. Bagi orang kampung kan takut dan malu kalo berurusan dengan polisi.
Bagaimana juga sikap aparat penegak hukum dalam menangani kasus tersebut?
Ya bagi pihak berwajib, jika kasusnya kategori ringan, maka ada proses mediasi. Tapi jika itu berat dan tidak ditangani serius, saya mengancap akan lapor KOMNAS Anak dan perempuan, LPAI Jateng, Koalisi Perempuan  Indonesia dll.

Biasanya setelah itu baru ada tindakan serius, seperti memanggil terlapor, mediasi dan meminta terlapor untuk membuat surat penyataan bermaterai untuk tidak melakukan hal tersebut kembali baik terhadap anak saya maupun yang lain.
Apakah dinas pendidikan setempat turut andil dalam menanganinya?
Dulu tidak terlalu, semenjak ada kasus viral siswa smp, akhirnya semua dinas dan pihak terkait melakukan aksi bersama pencegahan bullying.
Adakah peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi ketika Ibu menangani atau meng-up ke media mengenai sebuah kasus bullying?
Saya up di media sosial saya, itu mendapat reaksi yang beragam baik positif maupun negatif. Ya saya dianggap berlebihan, tapi kemudian saya balik pertanyaannya, bagaimana jika itu terjadi pada anda dan keluarga anda, apa  yang akan anda lakukan? Apakah masih bisa cuek dan sabar dan menganggap itu lumrah? Orang tua mana yang boleh anaknya mengalami pelecehan, kekerasan dan bullying?
Dampaknya apa terhadap Ibu?
Saya tetap pada prinsip saya, tindakan bullying tidak dibenarkan dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun, dan semua agama pasti melarang hal tersebut. Jika kamu beragama, maka amalkan segala kebaikan ajaran agamamu kepada sesama bukan sebaliknya. Karena setiap tindakan ada balasannya. Saya tetap semangat dan pantang menyerah. Ga masalah jika saya mungkin di abaikan oleh pihak terkait ketika saya mengurus sesuatu.
Apakah kemudian ada advokasi untuk hal itu?
Ada dari teman – teman aktifis
Terakhir, apa harapan Ibu dalam hal kasus bullying ini?
Semoga tidak ada lagi kasus bullying dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun. Kita semua sama,sesama makhluk ciptaan Tuhan yang maha esa, maha kuasa, jika kamu menghina, mengejek, melecehkan, mengolok – olok, merendahkan dan membully bahkan dengan kekerasan, sama saja dengan melawan Tuhan, Tuhan tidak akan diam. Karma tidak semanis kurma. Terimakasih  
0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai