10 September 2024

Suluh Perempuan Selenggarakan Dewan Nasional 2024

0Shares

Siti Rubaidah menyampaian dampak buruk dari perubahan iklim yang menimpa banyak kaum perempuan saat membuka acara Dewan Nasional Suluh Perempuan 2024 di Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, pada hari Minggu (5/5/2024).

“Dampak-dampak perubahan iklim seperti pemanasan global, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, penggunaan gas buatan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol yang berasal dari pendingin ruangan (AC dan kulkas) ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan kita. Itu menjadi tantangan bersama baik bagi masyarakat global terutama gerakan perempuan,” kata Siti Rubaidah, Ketua Umum Suluh Perempuan.

Sambutan yang disampaikan Ketua Umum Suluh Perempuan tersebut sekaligus menjadi kata pembuka acara Diskusi Publik dengan tema: “Peran Perempuan dalam Menghadapi Perubahan Iklim: Suara dan Solusi”.

Hadir Olin Monteiro (Aktivis Feminis, Penulis dan Produser Seni) sebagai narasumber dalam diskusi: Pengantar dan Sejarah Ekofeminisme dalam Gerakan Perempuan. Di mana, Rizkia Permata R. A. tampil sebagai moderator acara. Selanjutnya, Hegel Terome dari Kalyanamitra menyampaikan materi Analisa Sosial. Fentia Budiman (Sekretaris Jendral Suluh Perempuan) menyampaikan materi VCAT Kekerasan Seksual. Dan, Soraya Oktaviani (Aktifis HAM dan Konsultan) memfasilitasi diskusi program strategis organisasi.

“Kita sebagai perempuan yang selama ini berada dalam iklim/budaya patriarki sering ditempatkan di ranah domestik yang akhirnya kebutuhan di dapur, sumur dan kasur dianggap menjadi tanggung jawabnya perempuan. Sehingga, saat perubahan iklim terjadi maka pertama yang paling terdampak adalah perempuan, “ujar Siti Rubaidah.

Sebagai contoh, ketika terjadi kekeringan maka perempuanlah yang bertanggung jawab memenuhi ketersediaan air bersih, kesehatan anak, dan lainnya bagi seluruh anggota keluarga, karena masyarakat masih melekatkan tanggung jawab itu kepada perempuan.

Demikian pula, perempuan-perempuan di wilayah adat juga rentan mendapat kekerasan. Mereka harus berhadapan dengan konflik agraria. Perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan, illegal logging atau pembalakan liar merambah hutan atau tanah tempatnya hidup. Sehingga ruang hidup bagi perempuan-perempuan adat tergusur.

Terakhir, Siti Rubaidah berpesan kepada seluruh peserta untuk fokus mengikuti DN. Ia berharap acara berlangsung lancar dan menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang akan membantu perkembangan serta gerak Suluh Perempuan. Terutama membantu gerakan perempuan di Indonesia secara umum dan Suluh Perempuan bisa semakin banyak berkiprah di masyarakat. 

Sukir Anggraeni

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai