Claudia Sheinbaum, lahir pada tanggal 24 Juni 1962, di Mexico City telah mengukir sejarah sebagai presiden wanita pertama Meksiko. Ia merupakan orang Yahudi pertama yang memegang jabatan tersebut. Ia juga seorang ilmuwan dan tokoh politik terkemuka. Karir Sheinbaum mencerminkan komitmen yang mendalam terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.
Latar belakang akademis Sheinbaum sangat mengesankan; dia meraih gelar doktor di bidang teknik lingkungan dari National Autonomous University of Mexico (UNAM). Sheinbaum melakukan penelitian signifikan mengenai konsumsi energi dan keberlanjutan, termasuk bekerja di Lawrence Berkeley National Laboratory. Kontribusinya pada Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) merupakan bagian dari upaya yang diakui dengan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2007.
Perjalanan politiknya bermula sebagai aktivis lingkungan dengan menjabat sebagai Sekretaris Lingkungan Hidup Mexico City dari tahun 2000 hingga 2006, di bawah Walikota Andrés Manuel López Obrador. Dalam perannya ini, ia melaksanakan proyek-proyek keberlanjutan utama, seperti sistem Metrobus, yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi. Dia kemudian menjabat sebagai Walikota Mexico City dari 2018 hingga 2023.
Aktivis Lingkungan dan Feminis
Sheinbaum adalah anggota Gerakan Regenerasi Nasional (MORENA), sebuah partai yang terkenal dengan kebijakan kiri dan progresifnya. Ideologi politiknya sangat dipengaruhi oleh sosialisme dan feminisme. Dia secara konsisten mengadvokasi keadilan sosial, kesetaraan gender, dan kelestarian lingkungan. Janji-janji kampanyenya termasuk melanjutkan program-program sosial López Obrador, seperti pensiun universal bagi para lansia dan inisiatif lapangan kerja bagi kaum muda.
Claudia Sheinbaum, presiden perempuan pertama terpilih di Meksiko, secara konsisten memperjuangkan kesetaraan gender sepanjang kariernya. Sebagai walikota Mexico City, ia menerapkan berbagai inisiatif untuk mengatasi kekerasan berbasis gender dan mempromosikan hak-hak perempuan. Dia mendirikan pusat dukungan bagi korban kekerasan, menciptakan hotline darurat untuk perempuan, dan meningkatkan langkah-langkah hukum untuk mengadili kasus-kasus femicida. Selain itu, Sheinbaum mengawasi pembentukan bank DNA dan Kantor Kejaksaan Khusus untuk Investigasi Femisida.
Komitmen Sheinbaum terhadap kesetaraan gender lebih dari sekadar mengatasi kekerasan. Dia telah mempromosikan otonomi ekonomi dan politik bagi perempuan, mengumumkan investasi besar dalam koperasi dan usaha kecil yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan di komunitas yang terpinggirkan. Ia juga menyelenggarakan konferensi dengan para pemimpin perempuan internasional untuk membahas dan mempromosikan keadilan dan kesetaraan gender.
Meskipun terdapat upaya-upaya ini, tantangan masih tetap ada. Kekerasan berbasis gender merupakan isu penting di Meksiko, dengan tingkat pembunuhan terhadap perempuan yang sangat tinggi. Sheinbaum menyadari urgensi ini dan menegaskan bahwa pemerintahannya akan memprioritaskan isu-isu ini.
Kesesuaian Sheinbaum dengan prinsip-prinsip feminis juga terlihat dalam dukungannya terhadap hak-hak reproduksi. Ia mendukung dekriminalisasi aborsi, sebuah sikap yang selaras dengan keputusan hukum progresif di Meksiko namun masih menghadapi penolakan besar dari masyarakat dan politik.
Secara keseluruhan, masa jabatan Claudia Sheinbaum sebagai pemimpin menunjukkan sikapnya yang proaktif terhadap kesetaraan gender, yang bertujuan untuk mengatasi masalah keselamatan dan kesenjangan struktural jangka panjang. Perjuangannya maju dalam pencalonan presiden diharapkan dapat melanjutkan upaya-upaya dalam mengadvokasi hak-hak perempuan dan keadilan gender di Meksiko.
Terpilihnya dia mewakili tonggak penting dalam lanskap politik Meksiko. Hal ini mencerminkan penerimaan yang lebih luas terhadap nilai-nilai progresif dalam masyarakat yang secara tradisional konservatif. Setelah terpilih sebagai presiden Sheinbaum akan fokus pada penanganan kekerasan kartel dan revitalisasi perekonomian, serta menegakkan dan memperluas kebijakan sosial yang progresif.
Mila Nabilah
Terkait
Resensi Buku: Menghadang Kubilai Khan
Sunat Perempuan, Tradisi Berbalut Agama yang Membahayakan
Dari Aktivisme Borjuis ke Solidaritas Sejati: Membangun Gerakan Sosial yang Inklusif