Sudaryanti menekuni eco enzym sejak 2021 dan tergabung dalam Komunitas Eco Enzym Nusantara (EEN) Cabang Bekasi.
Eco enzyme adalah cairan hasil fermentasi bahan organik non lemak yang memiliki banyak manfaat, baik untuk kesehatan manusia maupun pengelolaan lingkungan. Eco enzyme dapat digunakan sebagai pembersih alami untuk berbagai permukaan, seperti lantai, meja, lemari, dan toilet.
Komunitas EEN sendiri dibentuk di tahun 2019 oleh para relawan yang mencintai lingkungan dari berbagai kota di Indonesia. Dibentuknya komunitas ini berawal dari keinginan para penggagasnya berperan dalam penyelamatan bumi dari pemanasan global, serta mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.
“Saya beberapa kali ikut sosialisasi eco enzym mulai dari Bekasi, Jakarta, Cisarua – Bogor, Sukabumi, Indramayu, Solo, Wonosari, Gunung Kidul dan Semarang. Kita sambangi sekolah–sekolah baik negeri, swasta, tsanawiah, ibu-ibu pengajian, gereja, maupun masyarakat umum di tingkat RT/RW/Kelurahan, “ungkap perempuan yang biasa dipanggil Yanti ini.
Menurut Yanti, kesadarannya muncul saat merasakan manfaat eco enzym bagi kehidupan sehari-hari. Ternyata dengan limbah kulit buah dan sayur yang harusnya dibuang ternyata bisa sangat berguna bagi kesehatan dan menambah nilai ekonomi.
Dengan melakukan hal tersebut diatas maka semakin meminimalkan buang sampah ke TPA. Seringkali saat melakukan sosialisasi eco enzym Yanti berkolaborasi dengan mengajak serta teman-teman dari pengelolaan sampah. Dengan banyaknya informasi dan pembicaraan tentang lingkungan hidup membuat Yanti semakin menyadari betapa dengan hal sederhana ternyata bisa turut menjaga lingkungan.
“Sehingga saya semakin ingin menularkan apa yang sudah saya lakukan kepada setiap oramg yang saya jumpai dan temui untuk bersama-sama menjaga bumi dengan membuat eco enzym, “ajaknya.
Yanti menjelaskan produk hasil olahan eco enzym yang bisa dihasilkan antara lain; sabun mandi (padat dan cair), sabun cuci pakaian (padat dan cair), sabun cuci piring, karbol pembersih lantai dan toilet, pupuk, shampoo, bantal eco enzym, masker dan lulur, lipbalm, hand sanitizer, dan semua produk yang mengandung eco enzym tersebut sangat ramah lingkungan.
Selanjutnya Yanti memberikan komposisi pembuatan eco enzym : kulit buah dan sisa potongan sayur yang masih segar/tidak busuk, gula dan air yg di fermentasi selama 3 bulan (minimal) dalam wadah plastik kedap udara.
Untuk perbandingannya, 1 bagian gula : 3 bagian bahan organik : 10 bagian air (1 : 3 : 10).Gula yang bisa dipakai adalah gula jawa, gula aren, gula tebu, molase (tetes tebu), gula pasir (kuning).
Yanti menambahkan bahwa dengan eco enzym diharapkan bisa membuat produk-produk turunannya sehingga bisa dipakai sendiri, syukur bisa dijual mendatangkan nilai ekonomi bagi keluarga.
“Capaian tinggi yang saya inginkan adalah semakin banyak orang membuat eco enzym dan mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, sehingga mengurangi sampah rumah tangga yang menuju TPA, dengan begitu membuat lingkungan lebih nyaman. Hasil maksimalnya adalah pelestarian lingkungan – bersama menjaga bumi untuk generasi mendatang, “tutupnya. (tp)
Terkait
Mary Jane Fiesta Veloso: Perjalanan Panjang Menuju Pembebasan
Sherly Tjoanda Laos: Usung Perubahan Maluku Utara
Sitti Anira Kanaha, Sastra dan Perlawanan Perempuan