Pengantar
Perubahan iklim telah menjadi isu global sejak dua dasa warsa belakangan ini. Swiss Re Institute (SRI) dalam The Economic of Climate Change menyatakan bahwa isu perubahan iklim akan menimpa 48 negara yang mewakili 90 persen ekonomi dunia.
Perubahan iklim juga menjadi ancaman yang nyata bagi Indonesia. Indonesia kerap diterpa bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, kekeringan hutan dan lahan, tornado, gelombang laut ekstrim, tanah lonsor dan lainnya. Semua dampak perubahan iklim ini mengancam keberlanjutan Indonesia.
Perempuan, perempuan disabilitas, perempuan lansia dan anak perempuan merupakan kelompok rentan yang beresiko terhadap perubahan iklim. Saat bencana kekeringan, mereka menderita karena harus bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum dan makan keluarganya. Di lokasi pengungsian karena bencana banjir badang, perempuan sering kesulitan memenuhi kebutuhan reproduksinya seperti haid, hamil dan menyusui. Selain beban ganda yang harus ditanggung, perempuan juga mengalami kekerasan dalam situasi dan kondisi bencana.
Suluh Perempuan memandang penting perlindungan yang signifikan bagi perempuan, perempuan disabilitas, perempuan lansia dan anak perempuan dalam mengatasi dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang membebani seluruh umat manusia, terutama perempuan yang menjadi korban. Pendekatan ekofeminisme menyoroti ketimpangan pada alam dan perempuan akibat patriarki. Francoise D’Eaubonne dalam Le Feminisme ou la Mort (1974) menggabungkan penindasan atas perempuan dan alam. Francoise berpendapat bahwa eksploitasi menyebabkan kerusakan lingkungan dan berpengaruh pada perempuan. Tragedi banjir dan topan di Bangladesh tahun 1991, lebih dari 90% korbannya merupakan perempuan. Badai Katrina di Amerika Serikat menyebabkan perempuan Afrika-Amerika menghadapi resiko terbesar untuk bertahan hidup.
Francoise menjelaskan bahwa patriarki mendorong perusakan ekologis. Perempuan adalah agen yang lebih mampu mengelola alam. Perempuan menjadi kunci alam dan budaya serta perawat untuk melayani masyarakat menuju masa depan yang lebih setara dan berkelanjutan. Carolyn Merchant melihat lahirnya ekofeminisme menandakan potensi perempuan untuk mewujudkan revolusi ekologis yang membentuk relasi gender serta hubungan manusia dan alam yang baru yang menjamin keberlanjutan hidup umat manusia di muka bumi. Perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi dalam gerakan ekologis untuk menyelamatkan bumi karena bumi memenuhi kebutuhan-kebutuhan vital manusia. Bumi juga adalah rumah bagi banyak makhluk hidup dan benda tak hidup lainnya yang indah dan menginspirasi manusia.
Suluh Perempuan hadir untuk merespon problem penindasan terhadap alam dan perempuan yang menjadi isu global dan nasional saat ini. Sebagaimana dinyatakan Warren, bahwa dengan memahami dominasi atas alam akan membantu menerangi penindasan terhadap perempuan. Demikian pula memahami penindasan gender akan menjelaskan cara-cara bagaimana alam telah dieksploitasi.
Baca lebih lengkap:
Profil Organisasi (Bahasa)
Organizational Profile (Eng)