27 September 2025

Malak Mattar: “Saya Mulai Melukis untuk Melarikan Diri dari Rasa Takut akan Kematian”

0Shares

Pada tahun 1948, setidaknya ada 800.000 warga Palestina menjadi pengungsi. Pasukan Israel telah merebut lebih dari 78 persen wilayah Palestina yang bersejarah, melakukan pembersihan etnis dan menghancurkan sekitar 530 desa dan kota, serta membunuh sekitar 15.000 warga Palestina dalam serangkaian kekejaman massal, termasuk lebih dari 70 pembantaian.

Setiap tanggal 15 Mei, warga Palestina memperingati hari tersebut sebagai Nakba atau bencana. Untuk memperingati Nakba ke-72, Apoorva Gautam, seorang aktivis yang peduli isu Palestina dan genosida oleh Israel, berbincang dengan seniman Palestina sekaligus pengungsi dari Jalur Gaza, Malak Mattar.

Malak Mattar dikenal karena lukisan-lukisannya yang menampilkan perempuan berwajah ekspresionis dan desain abstrak, Malak mulai melukis untuk melarikan diri dari teror dan ketakutan akan kematian selama serangan militer Israel di Jalur Gaza pada tahun 2014.

Dalam percakapan tersebut, Malik bercerita tentang perjalanannya sebagai seniman, menciptakan ruang bagi perempuan Gaza melalui karya seninya, perjuangan untuk hak asasi manusia sebagai pengungsi Palestina, harapan untuk kembali ke desa leluhurnya, dan masih banyak lagi.

Apoorva Gautam (AG): Saya membaca di salah satu wawancara Anda bahwa perjalanan artistik Anda dimulai saat pembantaian tahun 2014, ketika Anda mulai melukis untuk mengatasi situasi tersebut. Bisakah Anda menceritakan tentang tahun-tahun awal tersebut, perjalanan Anda ke dunia seni, dan penerimaan terhadap karya Anda?

Malak Mattar (MM):  Saya mulai melukis saat serangan terakhir di Jalur Gaza pada tahun 2014, dan itu adalah perang ketiga yang saya saksikan di Jalur Gaza. Paman saya seorang seniman, jadi saya memiliki latar belakang seni. Saya punya cat air hadiah dari sekolah, dan saya memutuskan untuk menggambar untuk melepaskan diri dari rasa takut dan takut mati. Setahun kemudian, saya mengadakan pameran tunggal pertama saya di Jalur Gaza.

AG: Karya Anda memiliki kehadiran perempuan yang kuat. Saya suka Anda mengatakan dalam sebuah wawancara: “Saya mencoba melukis laki-laki, tetapi setiap kali saya melakukannya, mereka berubah menjadi perempuan.” Apa yang membentuk ekspresi feminis Anda yang unik? Apakah Anda melihat karya seni Anda sebagai ruang bagi perempuan Gaza?

“When the World Sleeps” karya Malak Mattar

MM: Perjuangan semua perempuan itu sama — ketidaksetaraan. Di Jalur Gaza, saya berjuang untuk membuktikan diri dan seni saya, sekaligus berusaha mencapai tujuan saya. Saya sangat terinspirasi oleh ibu saya, seorang perempuan pekerja keras yang bermentalitas terbuka. Melihat perempuan dibunuh atas nama kehormatan, saya merasa terdorong untuk berkomitmen menggambarkan perjuangan perempuan yang tinggal di Timur Tengah. Lukisan-lukisan perempuan saya menyoroti kekuatan dan perjuangan mereka secara bersamaan.

AG: Ke arah mana Anda ingin membawa karya seni Anda dalam beberapa tahun mendatang? Saya membaca bahwa Pablo Picasso telah menjadi inspirasi bagi Anda, bisakah Anda menceritakan lebih lanjut tentang hal itu?

MM: Saya ingin terus melukis Palestina dan penindasan yang dialami rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel. Lukisan-lukisan saya akan memegang teguh komitmen saya kepada rakyat saya dan menyerukan hak asasi manusia sepenuhnya bagi rakyat Palestina.

Pablo Picasso selalu menjadi inspirasi karena saya merasa karakteristik kami serupa dalam hal kepribadian dan juga keberanian untuk melukis dan mengalami hal-hal baru dalam seni.

AG: Situasi di Gaza, yang telah dikepung selama 13 tahun oleh Israel, kini semakin memburuk akibat ancaman virus corona. Israel, dengan memberlakukan blokade ini, telah menghancurkan sistem kesehatan Gaza. Bagaimana masyarakat di sana menghadapinya dan apa yang seharusnya dilakukan oleh gerakan solidaritas global untuk mengakhiri pengepungan brutal ini?

MM: Dalam salah satu lukisan saya tentang corona, saya menggambar seorang perempuan Palestina bermasker dan berkata: “Dunia yang terkasih, bagaimana keadaan karantina wilayah ini? Gaza”

“Dear world, how is the lockdown? Gaza” karya Malak Mattar

Saya telah hidup bertahun-tahun di bawah pengepungan tanpa bisa pindah atau bahkan mengunjungi kota-kota Palestina lainnya, kecuali selama masa karantina wilayah ketika terjadi eskalasi dan perang. Sayangnya, Israel tidak menyediakan cukup alat tes untuk warga Palestina yang datang ke Jalur Gaza. Kami tidak tahu berapa banyak yang terinfeksi virus corona dan apakah mereka dapat menulari orang lain atau tidak.

AG: Keluarga orang tua Anda datang ke Gaza untuk melarikan diri dari kekerasan zionis selama Nakba. Dalam kebanyakan diskusi, hak-hak pengungsi Palestina tidak mendapat perhatian khusus, tetapi di lapangan, hak untuk kembali sangat hidup dan itulah inti dari Great Return March. Bisakah Anda berbagi dengan kami bagaimana anak muda Gaza seperti Anda memandang hak ini?

MM: Kakek-nenek saya masih muda ketika Nakba terjadi, tetapi mereka mampu menceritakan semua yang terjadi pada mereka — penyiksaan, janji-janji palsu, dan tidak adanya tempat berlindung. Kakek-nenek saya membawa kunci mereka. Mereka memiliki harapan hingga akhir hayat mereka.

Kami, anak muda, masih menyimpan kisah-kisah kakek-nenek kami. Kami masih memperjuangkan hak kami untuk kembali. Demonstrasi yang terjadi pada tahun 2018 masih berlangsung setiap Jumat merupakan contoh bagaimana kami akan selalu berjuang dan tidak akan pernah melepaskan hak-hak dasar kami.

AG: Anda saat ini sedang belajar di Turki dan juga telah bepergian ke negara lain. Bagaimana pengalaman tinggal di luar Gaza? Apakah ada harapan untuk kembali ke Gaza?

MM: Saya ingin sekali kembali ke Gaza, dan tentu saja saya akan melakukannya. Setelah berkelana ke banyak negara, saya masih percaya bahwa kami, para aktivis Palestina, memiliki peran yang sangat penting dalam mengedukasi masyarakat tentang Palestina. Sayangnya, banyak yang telah dicuci otaknya oleh media yang mengatakan: “Israel adalah negara demokratis dan Palestina adalah teroris.”

Sumber: Forum Budaya India, tanggal terbit: 15 Mei 2020

0Shares