Kerusakan alam di Halmahera, sebagian besar disebabkan oleh pertambangan nikel. Deforestasi akibat pembukaan lahan untuk tambang dan pemurnian nikel telah menyebabkan hilangnya hutan dan kerusakan alam.
Ujung-ujungnya, aktivitas pertambangan hanya menguntungkan segelintir orang dan investor. Sementara, masyarakat yang selama ini mendiami wilayah tersebut justru tergusur dan terusir. Berbagai masalah mengancam kehidupan warga seperti banjir, sungai yang tercemar dan hilangnya keanekaragaman hayati yang menjadi sumber penghidupan lokal.
Sitti Anira Kanaha mencoba merekam dan menumpahkan kemarahan masyarakat Halmahera melalui puisi yang berjudul: Halmahera Murka.
Halmahera Murka
Di Tanah Halmahera…
Orang Asing berkuasa.
Menempati Tanah,
Menanam saham,
Mengusir warga,
demi kepentingan dimasa mendatang.
Anak Negeri menjadi ancaman,
berteriak mengangkat tangan.
“Kita!” tetap hidup tanpa tambang
Para investor tak peduli dan menatap semacam orang tuli yang tak mendengar suara tangisan rakyat.
Hari ini….
Halmahera menangis di atas kerakusan dan keserakahan, orang-orang tak bertanggung jawab.
Mereka sibuk mempersiapkan lahan untuk digarap.
Menanti kerusakan alam, beribu-ribu tahun mendatang.
Pepohonan mulai ditebang, rumah warga digusur, sungai tercemar, banjir mengguyur, ancaman menerkam.
Tolong….Tolong…Tolong…
Anak Negeri menjerit meminta pertolongan
“Kembalikan Tanah Kami ! ” Kembalikan ! Kembalikan!
Meminta dan menanti perihal tanah
Tapi tak ada rasa iba terhadap mereka
bagi para investor
Ya…Mereka
penjilat, pembohong, perampas tanah dalam keabadian.
Ketika alam mulai murka
Kerusakan terjadi dimana-mana
Mereka berkata itu dosa manusia
Investor tetap dijunjung tinggi
Anak negeri mati di tanah sendiri
Tertawa cekikikan para petinggi “Hahahaha.”
Akhirnya mereka tumbang!
Karya: Sitti Anira Kanaha
Tolonuo, 10 September 2023
Terkait
Dr. Samia Al-Amoudi: Perempuan Paling Berani dari Arab Saudi
Nani Nurani, Suara yang Tak Pernah Padam
Leolintang Anies Munfarida: Melukis, Berpuisi, dan Menginspirasi