Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini menjadi penting diberikan orang tua kepada anak-anaknya, karena itu menjadi fondasi untuk perkembangan anak selanjutnya. Karena otak anak berkembang pesat di usia 0-6 tahun, maka PAUD membantu mengoptimalkan perkembangan otak dan kemampuan belajar anak melalui stimulasi yang tepat, seperti aktivitas bermain dan belajar, serta membantu anak membangun keterampilan sosial, emosional, dan karakter yang kuat.
Ada berbagai macam pilihan model PAUD, dan redaksi SuluhPerempuan.org coba merangkumnya dari berbagai sumber, dari PAUD di negara-negara Skandinavia yang dingin, hingga PAUD yang ada di negeri kita sendiri.
***
Cuaca hujan, hujan es atau bahkan salju, tidak menghalangi anak-anak kecil tidur sejenak di luar ruangan, bahkan pada pertengahan musim dingin di Skandinavia. Justru saat itulah banyak sekolah PAUD di sana waktunya mengajari anak-anak untuk cinta pada alam.
Duduk di atas terpal yang dibentangkan menutupi salju di hutan di Solna, dekat Stockholm, Agnes dan teman-temannya yang berusia sekitar lima tahun menjajarkan ranting-ranting kecil. Guru mereka, Lisa Bystrom, mengatakan, “Di sekolah, mereka biasanya duduk dengan pensil dan kertas untuk mengerjakan matematka, di sini kami menggunakan ranting untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita dapat menggunakan apa saja yang ditemukan di alam untuk mengerjakan matematika, dan itu lebih menyenangkan.”
Di Swedia dan Denmark, wajib sekolah berlaku mulai usia enam tahun. Tetapi sebelum itu, kebanyakan anak-anak belajar di tempat penitipan anak atau di PAUD, dan banyak orang tua memilih PAUD di luar ruangan (outdoor), di mana anak-anak dapat bermain di hutan dan belajar menghargai alam.

Di Denmark, banyak PAUD menggunakan “bus-bus hutan” untuk membawa anak-anak agar terbiasa dengan hutan. Setiap hari, sekelompok anak dari PAUD Stenurten – satu dari 78 PAUD di Kopenhagen yang menawarkan perjalanan harian seperti itu – meninggalkan kota menempuh perjalanan 30 menit dengan bus menuju hutan.
Lalu, apakah masuk akal berada di luar ruangan sepanjang hari, meskipun suhu minus 10 derajat Celsius?.
Mengutip https://www.voaindonesia.com, para pendidik semuanya sependapat: anak-anak kecil yang melewati hari-hari mereka di luar ruangan memiliki kepercayaan diri lebih baik dan lebih jarang sakit.
Pada tahun 1920-an, seorang dokter Eslandia merekomendasikan agar bayi tidur di luar rumah untuk memperkuat sistem imunitas mereka, praktik yang kini umum dilakukan di negara-negara Nordik dan tidak pernah ditentang oleh komunitas medis.
Taman Kanak-Kanak di Jepang
Sementara, Taman Kanak-Kanak di Jepang tidak ada pelajaran membaca dan menulis. Anak-anak hanya bermain sambil diajarkan nilai-nilai tanggung jawab untuk kemudian siap memasuki jenjang berikutnya, yakni Sekolah Dasar.
Anak-anak TK di Jepang diharuskan membawa peralatannya sendiri, mulai dari perlengkapan makan, tas tangan, buku cerita bergambar, sikat gigi, dan lain-lain hingga tas mereka penuh dengan barang bawaan.

Pada jam makan siang anak-anak itu dilatih mandiri sejak dini, membuka bekalnya, berbaris tertib mencuci tangan, dan memakan makanannya sendiri, tak ada guru yang menyuapi. Sementara guru duduk di piano dan memainkan lagu makan siang. Lagu sebagai sikap penghargaan kepada orang tua yang telah menyajikan makanan. Setelah lagu selesai, anak-anak kompak mengucapkan, “Ayah dan Ibu yang terhormat, terima kasih atas makan siangnya. Saya akan perlahan mengunyah dan memakan dengan baik tanpa meninggalkan sisa dan menumpahkan apapun.”
Indonesia
Di Indoensia sendiri ada beberapa jenis program PAUD, antara lain meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD Sejenis (SPS), dan PAUD Berbasis Keluarga (PBK). Masing-masing memiliki fokus layanan yang sedikit berbeda, seperti struktur pembelajaran yang lebih teratur untuk TK, program bermain untuk KB, pengasuhan dan pendidikan untuk TPA, serta program yang terintegrasi dengan layanan masyarakat untuk SPS.
Beberapa sekolah TK juga sudah melakukan pendekatan belajar yang mengedepankan aktivitas luar ruangan/outdoor dalam rangka membentuk anak agar tumbuh aktif, sehat, dan cerdas.
Dari laman resmi salah satu TK di Bekasi, https://asysyams.id, kegiatan outdoor dipilih karena anak usia dini membutuhkan stimulasi yang seimbang antara kognitif, motorik, sosial, dan emosional. Kegiatan di luar ruangan memberikan semua itu secara alami. Ketika anak bermain di taman, berkebun, atau menjelajah lingkungan sekitar sekolah, mereka mengembangkan keterampilan motorik kasar, belajar bekerja sama, serta memahami lingkungan sekitar.
Paparan sinar matahari pagi selama bermain memberikan asupan vitamin D yang sangat penting bagi pertumbuhan tulang. Lebih jauh lagi, interaksi langsung dengan alam meningkatkan rasa ingin tahu dan kreativitas anak. (*)
Terkait
Jane Goodall: “Alam Akan Pulih Jika Kita Memberinya Kesempatan”
Gelda Waterboer Ajak Dunia Mencegah Pelecehan Anak Lewat Lagu “My Private Part Song”
Komnas Perempuan dan CSO Konsolidasi Masukan untuk RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga