Pada Senin (24/11/2025), di Jakarta, diluncurkan buku tentang jamu, salah satu kekayaan tradisional Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad. Buku itu berjudul “Revolusi Jamu: Modernisasi dan Kekayaan Tradisi Indonesia” (selajutnya kita singkat “Revolusi Jamu”), ditulis oleh Ratri W. Mulyani, M.SI, seorang yang selama ini konsen bekerja pada isu-isu kemanusiaan, terutama pemberdayaan ekonomi perempuan.
Bertempat di sebuah cafe, dibilangan Tebet Jakarta, peluncuran buku ini dihadiri oleh Wakil Menteri HAM, Mugiyanto bersama istri, para kerabat keluarga besar Ratri, sahabat, rekan kerja, teman kuliah, serta tim yang mendukung penerbitan buku ini. Bergantian mereka memberi sambutan, ucapan hari jadi, dan komentar, mulai dari suami, Roso Suroso yang bernyanyi – berpuisi, juga grup vocal ‘Sekawan’ turut memeriahkan acara peluncuran.
Tia, partner kerja Ratri bercerita, bahwa ia telah kenal Ratri dari tahun 2010, dan selalu bekerja satu ruangan. “Mbak Ratri itu punya energi besar dan gak bisa diam orangnya, kalau dia diam pasti isi pikirannya merencanakan sesuatu. Saya saja sebagai partnernya terkadang kewalahan. Suatu saat dia bilang: ‘Tia, kayaknya ini saya perlu bikin buku untuk tesis saya’. Nah kalau ‘kayaknya’ kan mungkin bisa bulan depan atau dua bulan depan, ternyata di minggu yang sama dia datangkan tim editor, tim lainnya dan langsung meeting. Jadi memang Mbak Ratri itu kalau punya rencana, punya impian, itu pasti terjadi, gimanapun caranya. Dia meeting, dia hunting, dia research, kemudian ambil foto dan lain-lain, seserius itu Mbak Ratri orangnya. Makanya kalau dia lagi diam saya kadang mikir ini apalagi yang mau dikerjain?,” ujarnya sembari tertawa.
Husni Munir, fotografer untuk buku “Revolusi Jamu” mengatakan: “Saya suka hunting foto ke pasar tradisional, dan selalu mampir ke tukang jamu, maka ketika Ratri ngomong akan bikin buku tentang jamu, keren nih!,” ucapnya.
Daniel Indra Kusuma, seorang praktisi sosial, menceritakan pengalamannya pernah sekantor dengan Ratri, Daniel mengomentari Ratri sebagai pribadi yang rajin.
Tentang Buku “Revolusi Jamu”
Buku “Revolusi Jamu” itu sendiri berakar dari penelitian yang dipusatkan di salah satu desa di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, daerah yang menjadi salah satu sentra industri jamu.
Ratri sebagai penulis mengatakan bahwa buku ini sangat spesial baginya, karena juga dilengkapi dengan studi intelijen terkait jamu Bahan Kimia Obat (BKO). Tesis ini mengungkap peran intelijen dalam mendukung pemerintah memberantas maraknya peredaran jamu berbahaya, termasuk apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menghentikan peredarannya. Namun, lebih dari 5 tahun belakangan, ternyata jamu BKO tak pernah surut. Setidaknya dilihat dari seringnya media massa memberitakan masih maraknya peredaran jamu ilegal berbahaya ini.
“Hari ini saya ingin membagi dua kebahagiaan, pertama peluncuran buku saya, kedua hari ini saya sudah 50 tahun,” ucap Ratri.

Ratri mengatakan tentang tesisnya di 2017, yang diawali dari basic-nya dimana dia banyak melakukan riset dan survei tentang obat. Tapi karena Ratri kuliah di Kajian Stratejik Intelijen, Universitas Indonesia, dan sampailah pada tesis, lalu mendapat tantangan dari dosen pembimbing—seorang dokter, ahli forensik sekaligus ahli jamu. Dosen tersebut menolak tesis Ratri tentang obat, harus pilih yang lain dan Ratri memilih jamu karena alasan jamu sebagai budaya Indonesia.
“Tantangan itu—walau sedari kecil ibu saya sering memberi saya minum jamu—membuat saya berfikir, tapi saya terima tantangannya. Saya datang lagi ke Beliau, step-stepnya sudah saya buat, saya harus kemana. Dan yang paling saya inginkan adalah bahwa jamu itu harus tidak mengandung BKO, dan itu yang akhirnya di approval oleh dosen pembimbing saya,” katanya.

Singkat cerita terkait tesisnya, Ratri tidak mau hanya modal literatur tertulis, tapi ia ingin mewawancarai banyak orang yang berkecimpung terkait jamu. Maka pergilah ia ke Cilacap, beberapa hari berkeliling ke satu tempat, desa yang sangat padat. Desa dimana pada tahun 1990-an mampu memberikan PAD yang cukup tinggi. Dari Bupati hingga level di bawahnya semua punya bisnis jamu.
Di tahun 90 akhir desa itu mendapat blacklist karena terkenal membuat jamu dengan campuran BKO.
“Itu yang saya teliti kenapa mereka sampai melakukan hal tersebut, padahal yang namanya jamu itu seharusnya tidak boleh ada BKO. Mereka awalnya tidak pernah berpikir untuk mencampur jamu dengan bahan kimia, tapi ada beberapa orang datang menawarkan—yang pasti ada suatu maksud dari orang-orang tadi, maka terjadilah jamu campuran BKO. Itu yang saya teliti dan itu bisa dibaca secara detil karena buku saya alurnya sangat akademik dimana isinya banyak riset dan wawancara, mungkin ada 30-an saya wawancara, mulai anggota DPR sampai semua tukang jamu yang ada disana, asosiasi jamu, hingga orang yang pernah ditangkap di penjara karena melakukan mencampur jamu dengan BKO,” urai Ratri panjang lebar.
Terkait pemakaian kata “revolusi” Ratri kembali menjelaskan, pertama, kata jamu berasal dari bahasa Jawa kuno, yakni “jampi” dan “usodo” yang berarti obat dan doa. “Dulu minum jamu hanya berpikir ini hanya akan menyehatkan yang mengkonsumsi saja, yakni kalangan keraton, tapi akhirnya lambat laun bisa dinikmati oleh khalayak umum karena mungkin istana memberikan resep-resep bahwa ini baik untuk kesehatan,” ungkapnya.

Kedua, Ratri berharap semoga jamu ini bisa menjadi garda industri—maka itu dipilih Wamen Perindustrian, Faisol Riza, untuk memberi kata pengantar di buku ini—karena ia sudah melihat bahwa bisnis jamu sudah mulai banyak ditemui membuka outlet di berbagai mal.
“Di mal ada satu kafe, dimana kafe jamu itu oleh pengelola dibuat head to head dengan kopi dari brand terkenal Amerika. Jadi pengelola sengaja memberikan privilege kepada kafe jamu untuk head to head sebagai budaya dan industri yang nantinya bisa terus menjadi income ekonomi orang Indonesia. Itulah kenapa saya memilih kata revolusi, yang artinya perubahan cepat. Saya ingin ini juga di dukung oleh Kementerian Perindustrian agar nantinya pabrik-pabrik jamu yang banyak mati suri bisa diberikan kemudahan investasi dan sebagainya,” pungkasnya.
Keterangan Buku
Judul : Revolusi Jamu: Modernisasi dan Kekayaan Tradisi Indonesia
ISBN : 978-634-04-0811-9
Penulis : Ratri W. Mulyani
Editor : Muhklisin
Fotografer : Husni Munir
Penerbit : Senarai Ide Bangsa
Telp/WA : 081 236 899 678
Desai Sampul : Mas Mul
Tata Letak : Sabiq Carebest
Ukuran : 19×25 cm
Jumlah Hal. : xxv + 110
Harga : Rp 150.000/eksemplar
Cetakan Pertama, November, 2025
(Humaira)

Terkait
Membaca Buku di Era Scroll Tanpa Henti
Teknologi Harus Jadi Ruang Aman, Bukan Medan Kekerasan bagi Perempuan
Menanti Sistem Upah yang Lebih Adil: Pemerintah Siapkan PP Baru, Buruh Siap Kawal