Aksi Perempuan Indonesia (API) Kartini Halmahera Utara bersama Solidaritas Perjuangan Perempuan (SOPAN) menggelar aksi massa dalam rangka memperingati Hari Kartini, 21 April 2018.
Yunita Djengel selaku Ketua Aksi Perempuan Indonesia Kartini (API Kartini) Halmahera Utara menyampaikan orasi dan rasa keprihatinannya di depan puluhan massa.
“Hari ini kita memperingati Hari Kartini. Jika Kartini hidup, hari ini dia berumur sekitar 139 tahun. Dalam perjuangannya mengangkat emansipasi kaumnya banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh Kartini. Perempuan saat itu, tidak boleh bersekolah tinggi karena harus menerima nasib dipingit dan segera dikawinkan dalam usia muda,” tegas Nitha dalam orasinya.
Sampai kini, perempuan masih menghadapi problem karena masih kuatnya budaya patriarki. Budaya patriarki yang masih sangat kuat mempengaruhi cara pandang masyarakat Halmahera Utara. Patriarki sendiri adalah ideologi dan juga kontruksi sosial yang beranggapan bahwa laki-laki mempunyai superioritas terhadap perempuan”.
“Angka kekerasan terhadap perempuan hingga hari ini meningkat drastis, dan beberapa faktor penyebab kekerasan terhadap perempuan tak kunjung berkurang,” lanjutnya.
Selain budaya patriarkhi, faktor lain yang mendorong adanya kekerasan terhadap perempuan adalah lemahnya penegakan hukum yang memberikan perlindungan terhadap perempuan.
Dalam peringatan Hari Kartini sekaligus aksi bersama aliansi Solidaritas Perjuangan Perempuan (SOPAN) ini menyatakan tuntutannya sebagai berikut:
Pertama, Stop kekerasan terhadap perempuan,
Kedua, Stop Poligami,
Ketiga, Tegakkan Kesetaraan Gender,
Keempat, Turunkan Harga Pokok Kebutuhan Rakyat,
Kelima, Naikkan Harga Komuditi Petani Halmahera Utara (pala, cengkeh, dan kopra).
Aksi massa diikuti oleh 22 orang peserta dimulai dengan aksi jalan kaki dari depan Kampus Universitas Halmahera Utara sampai ke Kota Tobelo.***
Terkait
Posisi Perempuan dalam Pilkada 2024
Morowali Dibawah Tekanan Industri Ekstraktif dan Ancaman Kemiskinan
Hari Tani Nasional 2024, Mimpi Besar Kesejahteraan