20 April 2024

Bedah Buku Baru 81: Mengisi Kekosongan Sastra Berlawan

0Shares

Jakarta – “Mengisi kekosongan sastra berlawan paska Rendra dan Widji Thukul,” begitulah jawaban dari Toto Muryanto ketika ditanya perihal apa yang melatarbelakangi ditulisnya buku kumpulan puisi “Baru 81” yang diselenggarakan di LBH Jakarta, Minggu, 17 Juli 2022.

Menurut Toto Muryanto, sastra berlawan jika ditelusuri lebih jauh lagi ke belakang, surut setelah ketiadaan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) paska kudeta Soeharto di 1 Oktober 1965. Setelah itu terjadi penghilangan paksa dan penangkapan secara besar-besaran pada mereka yang disinyalir sebagai loyalis Soekarno, PNI dan PKI beserta seluruh organ afiliasinya termasuk LEKRA.

“Api ini menyala lagi oleh WS Rendra dan Widji Thukul,” tutur Toto melanjutkan. Ia melanjutkan bahwa yang disebut dengan sastra berlawan adalah sastra berciri realisme sosialis dengan bahasa yang mungkin tidak indah, telanjang apa adanya akan tetapi menjadi corong suara asli rakyat, terutama rakyat tertindas.

Sempat menarik dibahas di sini terkait Rendra yang menurut Toto Muryanto, dulu Rendra tergabung dalam organisasi kiri di kampusnya, hanya saja ia seorang borjuis, flamboyan yang nakal atau salah pergaulan.

Acara yang diselenggarakan dengan tema “Perayaan Emas Toto Muryanto dan Rubinah, Tumpengan dan Bedah Buku Baru 81” ini diselenggarakan atas kerjasama Keluarga Besar Rakyat Demokratik (KBRD), Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER), Baca-baca di Taman dan Komunitas Epistemik Nusantara (kEN) yang difasilitasi oleh LBH Jakarta.

Tri Okta Sulfa Kimiawan dari JAKER dan Garda Sembiring (KBRD) membuka acara yang diselenggarakan dari jam 12.00 siang hingga jam 16.00 sore. Hadir para undangan dari Front Muda Revolusioner, Sebumi juga penyintas kejahatan HAM peristiwa ’65. Hadir pula secara daring Ibu Nursyahbani Katjasungkana yang turut menyampaikan apresiasi.

Mila Nabilah dari Suluh Perempuan dan Garda Sembiring tampil sebagai moderator pada acara inti bedah buku “Baru 81”.

Toto Muryanto, sebelah kiri bersama Mila Nabilah dan Unsar yang membacakan puisi.

Bedah buku ini diselenggarakan secara hibrid atau offline sekaligus online. Uchikowati Fauzia mewakili Paduan Suara Dialita hadir secara online dan membacakan puisi berjudul “Salam Harapan. Puisi ini adalah puisi yang dituliskan khusus oleh Toto untuk Dialita.

Beberapa peserta turut mengapresiasi dengan tanggapan, diskusi dan juga ikut membacakan puisi. Garda Sembiring membacakan puisi “Kenangan” yang Toto tuliskan untuk PRD. Aki Efendi pun maju ke panggung untuk membacakan puisi “Surat Surtilah Kepada Gurunya”. Selanjutnya beberapa orang juga berpartisipasi membawakan puisi, antara lain Mila Nabilah, Aji A. Laksmana dari FMR, Lastri dari Sebumi, serta Unsar dan Syahdan dari JAKER.

Terakhir, acara ditutup dengan sebuah kesepakatan bahwa acara ini adalah awal dari gelaran-gelaran selanjutnya yang akan diadakan secara rutin dan berpindah-pindah tempat sehingga konsolidasi akan terjalin erat. (*)

Buku Kumpulan Puisi: Baru 81 Karya Toto Muryanto diterbitkan oleh Ultimus

Humaira

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai