17 Juni 2025

Helianti Hilman: Kembalikan Jati Diri Indonesia dengan Rempah-Rempah

Sumber foto: womanpreneur-community.com

0Shares

Kita tahu Indonesia, atau Nusantara kita ini kaya akan rempah-rempah, bahkan Kepulaun Maluku sampai dijuluki sebagai Spice Island, atau Kepulauan Rempah, karena saking kayanya akan cengkih dan pala.

Saat acara Master Chef Indonesia, ajang pencarian bakat memasak yang tayang di sebuah stasiun televisi swasta, Helianti Hilman, pendiri ‘Sekolah Seniman Pangan’ menjelaskan dengan rinci mengenai rempah-rempah yang merupakan bahan-bahan yang membentuk cita rasa, khususnya masakan.

Di acara tersebut, Helianti mengatakan bahwa perdagangan rempah Indonesia itu dimulai dari 3.000 sebelum Masehi.

“Yang menarik kalau kita bicara keseluruhan pulau di Indonesia, itu sangat kaya akan rempah-rempah, jadi kalau dulu yang di perdagangkan ada 176 jenis rempah, tapi kalau kita bicara secara etnik, rempah-rempah itu di atas 30.000 jenisnya, “ungkapnya.

Sumber foto: labsejarah.fkip.ummetro.ac.id

“Di ujung utara sana, Sumatera ada Barus, kita mengenalnya sebagai Kapur Barus (yang dahulu digunakan untuk mengawetkan mumi). Di Papua ada kayu rasanya bawang, kayu Mesoyi (tampilannya mirip kayu manis dengan kulit yang lebih tebal). Kemudian ada cengkih sebagai salah satu rempah-rempah tertua dan paling berharga di dunia, “imbuhnya.

Helianti juga mengkategorikan rempah-rempah di Indonesia ke dalam beberapa kelompok, yang pertama adalah kelompok disebut sebagai buah yaitu kluwek, kemiri, pala. Kedua, ada mesoyi, krangean, kayu manis, kayu bawang yang itu adalah kulitnya kayu. Kemudian ada juga yang sifatnya bunga yakni bunga lawang.

Kemudian ada lagi pembentuk cita rasa berikutnya yaitu garam. Kita tahu 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan. Tapi tidak semua garam memiliki cita rasa yang sama. Seperti garam dari Desa Pemuteran di Buleleng Bali, garamnya berbentuk piramid (tidak dicetak terbentuk secara natural). Bisa seperti itu karena kandungan mineralnya sangat tinggi dan peran sengatan matahari. Dari uji lab yang pernah dilakukan, membuktikan tetap sama asinnya tapi ada sedikit rasa manisnya.

“Ada lagi yang bentuknya square (kubus), ini sama, tergantung matahari warnanya. Kalau mataharinya terik sekali akan berbentuk piramid, kalau panas hujan-panas hujan keluarnya akan square. Kalau agak mendung keluarnya akan halus, dan ini yang kita ekspor ke Perancis dan ke Italia, “jelas perempuan bergelar Master Hukum Hak Kekayaan Intelektual King’s College, University of London ini.

Helianti juga merasakan betapa bangga dan bersyukurnya kita di Indonesia yang memiliki kekayaan beragam atau biodiversitas, yang kesemuanya itu bisa di eksplor. Termasuk bahan-bahan pembentuk cita rasa tadi.

Maka itu Indonesia lewat promosi dan program Spice Up the World harusnya bisa mengembalikan lagi jati diri bangsa, menguasai dunia dengan rempah-rempah. (*)

Sukir Anggraeni

0Shares