Gelombang aksi mahasiswa dan masyarakat di Indonesia dalam setahun terakhir ternyata tidak berdiri sendiri. Dari ribuan kilometer jauhnya, suara solidaritas juga datang dari berbagai kota di dunia lewat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). Mulai dari Kopenhagen, Berlin, Amsterdam, hingga Jenewa, para pelajar Indonesia di luar negeri membuktikan bahwa kepedulian terhadap tanah air tidak bisa dibatasi jarak.
Sebagai organisasi payung yang menaungi ratusan PPI negara, PPI Dunia jadi yang paling awal menyuarakan sikap resmi. Pada Februari 2025, mereka mendeklarasikan dukungan penuh untuk gerakan “Indonesia Gelap”, sebuah aksi yang mengkritisi kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.
Agustus 2025, pernyataan keras kembali dilontarkan. PPI Dunia menyoroti penangkapan ratusan demonstran di Indonesia, termasuk anak di bawah umur. Dalam rilis resminya yang dikutip ANTARA, mereka menyatakan:
“PPI Dunia mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk menghormati dan melindungi hak masyarakat sipil dalam menyampaikan pendapat di muka umum, sebagaimana dijamin oleh konstitusi dan instrumen hak asasi manusia internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Peristiwa ini mencerminkan adanya indikasi serius pelanggaran hak asasi manusia serta pengingkaran terhadap konstitusi Republik Indonesia.” (ANTARA, 29 Agustus 2025)
Tak berhenti di situ, PPI Dunia juga menolak kenaikan tunjangan anggota DPR RI. Alasannya sederhana: keputusan itu tidak peka terhadap kondisi ekonomi rakyat. “Kebijakan tersebut bertentangan dengan prinsip keadilan di tengah kesulitan ekonomi yang sedang dialami oleh masyarakat luas,” tegas PPI Dunia dalam rilis yang sama.
Satu tahun sebelumnya, pada September 2024, organisasi ini juga sudah bersuara soal pentingnya penegakan demokrasi dan supremasi hukum di Indonesia. Jadi, bisa dibilang konsistensi mereka bukan sesuatu yang tiba-tiba.
Suara dari Eropa hingga Amerika
Selain PPI Dunia, perhimpunan mahasiswa di masing-masing negara juga mengambil sikap tersendiri. Polanya mirip: ada yang menggelar aksi, ada yang bikin pernyataan resmi, bahkan ada yang membentuk aliansi dengan komunitas diaspora Indonesia.
- PPI Denmark ikut menggagas gerakan “Denmark Bergerak” pada September 2025. Mereka turun ke jalan bersama diaspora Indonesia, menuntut reformasi di DPR dan pemerintah Indonesia.
- PPI Jerman pada Maret 2025 menyatakan dukungan terhadap gerakan Indonesia Gelap. Mereka menekankan perlunya langkah korektif berbasis sains, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.
- PPI Belanda bersuara lantang pada September 2025 dengan menolak praktik penggunaan mahasiswa untuk memfasilitasi kunjungan pejabat. Aksi ini muncul setelah kabar duka meninggalnya seorang mahasiswa Indonesia di Wina. Menariknya, PPI Belanda sudah punya rekam jejak panjang. Pada 2019, mereka pernah mengajukan 12 tuntutan terhadap RUU kontroversial di Indonesia.
- Di Amerika, Belanda, dan Swiss, mahasiswa membentuk kelompok seperti “Amerika Bergerak,” “Belanda Bergerak,” “Irlandia Bergerak”, dan “Jenewa Bergerak.” Mereka kompak mengorganisir aksi solidaritas lintas negara, menegaskan bahwa kritik terhadap kebijakan di tanah air bukan sekadar isu lokal, tapi juga jadi perhatian global.
Timeline Aksi PPI di Luar Negeri
Biar lebih gampang dibaca, berikut garis waktu aksi-aksi besar yang dilakukan PPI terkait situasi di Indonesia:
- 2019 – PPI Belanda mendukung aksi mahasiswa di Indonesia dengan 12 tuntutan terhadap RUU kontroversial.
- Sep 2024 – PPI Dunia menyuarakan dukungan terhadap penegakan demokrasi dan hukum di Indonesia.
- Feb 2025 – PPI Dunia menyatakan solidaritas penuh untuk gerakan Indonesia Gelap.
- Mar 2025 – PPI Jerman ikut mendukung Indonesia Gelap dengan menuntut langkah korektif berbasis demokrasi dan kesejahteraan.
- Aug 2025 – PPI Dunia mengutuk penangkapan ratusan demonstran, menolak kenaikan tunjangan DPR, dan menuntut penghormatan hak sipil.
- Sep 2025 – PPI Denmark bergabung dengan Denmark Bergerak; PPI Belanda menolak praktik penggunaan mahasiswa dalam kunjungan pejabat luar negeri; kelompok Amerika Bergerak, Belanda Bergerak, dan Jenewa Bergerak mengorganisir aksi serentak. PPI Irlandia juga selenggarakan Aksi Solidaritas untuk Indonesia.
PPI sejatinya adalah organisasi mahasiswa. Kegiatan sehari-hari mereka lebih banyak berkutat pada hal akademis: kuliah, riset, atau kegiatan sosial di kampus. Namun, berbagai pernyataan dan aksi di atas menunjukkan bahwa peran mahasiswa Indonesia di luar negeri tidak sebatas “belajar diam-diam.”
Mereka ikut menjaga nurani publik. Ketika ada yang dirasa salah di tanah air, suara mereka menjadi gema dari luar negeri. Seperti kata salah satu pernyataan PPI Dunia: “Kami percaya bahwa Indonesia harus dibangun di atas prinsip keadilan, demokrasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.”
Epilog
Dari Jakarta hingga Amsterdam, dari Kopenhagen sampai Washington DC, suara mahasiswa Indonesia ternyata tetap selaras: menolak ketidakadilan dan menuntut perubahan. Dukungan dari PPI Dunia dan PPI negara-negara ini menjadi pengingat bahwa generasi muda, di manapun mereka berada, tidak pernah benar-benar lepas dari tanah airnya.
Solidaritas lintas batas ini juga sekaligus menunjukkan bahwa kritik terhadap kebijakan pemerintah Indonesia bukan semata-mata “urusan dalam negeri.” Ia sudah menjadi bagian dari diskursus global, diperhatikan oleh generasi terdidik Indonesia yang sedang menimba ilmu di luar negeri.
Mungkin benar pepatah lama: mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat. Bahkan, kalau perlu, lidah itu bisa menyambung sampai lintas benua. (*)
Humaira
*Dihimpun dari berbagai sumber
Terkait
Sushila Karki, Teladan Gen Z Nepal dalam Melawan Korupsi
Sikap PPI Belanda atas Wafatnya Muhammad Athaya Helmi Nasution
6 Keunggulan Swedia sebagai Negara Sosial Demokrasi