Nepal, negara berpenduduk sekitar 29,6 juta jiwa—menurut Worldometer per awal September 2025—baru saja menorehkan sejarah politik baru. Pada Jumat, 12 September 2025, Sushila Karki (73 tahun) resmi dilantik sebagai Perdana Menteri (PM) sementara.
Karki naik ke kursi tertinggi pemerintahan setelah gelombang protes besar-besaran yang digerakkan terutama oleh pelajar dan Generasi Z. Aksi protes itu menumbangkan PM sebelumnya, Sharma Oli, yang dianggap gagal menekan praktik korupsi.
Bagi anak muda Nepal, Karki adalah sosok harapan. Perempuan Mantan Ketua Mahkamah Agung ini dikenal berani melawan korupsi di tengah pemerintahan yang sarat praktik kotor. Reputasinya yang bersih membuatnya dipercaya sebagai simbol perubahan.
Jejak Karier Sang Hakim Tangguh
Sushila Karki bukan nama baru di dunia hukum Nepal. Pada 2016, ia menorehkan sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat Ketua Mahkamah Agung. Selama kariernya, ia menangani kasus-kasus sensitif—mulai dari vonis korupsi pejabat aktif hingga putusan penting terkait hak kewarganegaraan perempuan.
Langkah besarnya tercatat pada 2012 ketika ia memimpin sidang yang menjatuhkan hukuman kepada Jay Prakash Gupta, Menteri Teknologi Informasi kala itu. Vonis ini menjadi tonggak sejarah: pertama kalinya seorang menteri aktif dipenjara karena korupsi di Nepal.
Keberanian Karki kerap membuatnya berhadapan dengan penguasa. Bahkan pada 2017, parlemen sempat mencoba memakzulkannya lantaran dianggap “terlalu ikut campur” dalam urusan politik, meski upaya itu akhirnya kandas karena tekanan publik.
Dari Desa Kecil hingga Mahkamah Agung
Lahir pada 1952 di sebuah desa di Nepal timur, Karki adalah anak sulung dari tujuh bersaudara keluarga petani. Ia menempuh pendidikan tinggi di India dan Nepal, meraih gelar Magister Ilmu Politik dari Universitas Hindu Banaras (1975) dan Sarjana Hukum dari Universitas Tribhuvan (1978).
Perjalanan kariernya dimulai dari pengacara hingga dosen, sebelum akhirnya ditunjuk sebagai hakim Mahkamah Agung pada 2009. Tujuh tahun kemudian, ia mencapai puncak karier sebagai Ketua Mahkamah Agung Nepal.

Simbol Harapan Generasi Z
Tak hanya soal hukum, Karki juga dikenal memperjuangkan hak perempuan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya calon hakim dan pengacara perempuan.
“Sebagai seseorang yang selalu ingin melihat pemimpin perempuan memimpin negara, ini sungguh menggembirakan,” ujar Prashamsa Subedi (23), mahasiswa hukum sekaligus salah satu penggerak demonstrasi.
Bagi Gen Z Nepal, Karki hadir sebagai antitesis elit politik yang hidup berfoya-foya dan memperkaya keluarga sendiri. Dalam wawancara dengan media India, Karki mengaku menerima jabatan ini semata karena dorongan anak muda:
“Saya menerima posisi ini karena para pemuda dan pemudi yang meminta saya.”
Menurut penasihat presiden Sunil Bahadur Thapa, Karki akan membentuk kabinet baru dan menyelenggarakan pemilu dalam 7–8 bulan ke depan.(*)
Dari berbagai sumber
Terkait
Hentikan Eksploitasi Mahasiswa! Pernyataan Sikap PPI Belanda atas Wafatnya Muhammad Athaya Helmi Nasution
Koalisi Masyarakat Sipil Gugat Menteri Kebudayaan atas Penyangkalan Perkosaan Massal Mei 1998
Menyelamatkan Harapan di Tengah Krisis Mental dan Ekonomi