11 Desember 2024

Memahami Islam Sebagai Agama Cinta Damai

0Shares

“Pengkajian-pengkajian seperti ini harus kita perbanyak, makanya saya mencoba mengalahkan kegiatan saya yang lain untuk jihad bagaimana menyuarakan Islam yang cinta damai, Islam yang sejuk, Islam yang mengedepankan silahturahim, mengedepankan kasih sayang dan nilai-nilai kemanusiaan, ” kata Musdah Mulia dalam Pengkajian Islam “Salam” yang mengambil tema “Memahami Islam Sebagai Agama Cinta Damai” di Cempaka Putih Jakarta Pusat pada Sabtu, 15 September 2018.

Acara disiarkan secara langsung (live streaming) lewat media sosial, dihadiri sekitar tiga puluhan orang, diinisiasi oleh beberapa lembaga dan ormas perempuan: Mulia Raya Foundation, Indonesian Conference in Region and Peace (ICRP), Forum Penyintas LBH APIK Jakarta dan Aksi Perempuan Indonesia Kartini (API Kartini).

Siti Rubaidah selaku panitia penyelenggara Club Pengkajian Islam “Salam” menyampaikan, “Tujuan dari kajian ini adalah sebagai dakwah dan pendidikan agama yang humanis dan pluralis, advokasi untuk mengkounter semua bentuk kekerasan, juga sebagai upaya menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan universal dengan mengaitkannya dengan nilai-nilai Pancasila juga prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia.”

Acara terbagi dalam dua termin, pertama menjelaskan apa itu Islam. Sedangkan termin kedua yang dibuka dengan sesi pertanyaan dari peserta membahas tentang makna damai dan ayat-ayat di dalam Al-Quran yang berisikan pesan-pesan perdamaian.

“Tindak lanjut dari acara ini diharapkan nanti peserta yang hadir bisa mengajarkan kepada keluarganya, tetangganya dan di dalam masyarakat untuk berani mengatakan dan menjelaskan kepada siapapun tanpa perlu berpikir bahwa kita bukan Ustad atau Ustazah,” ungkap Musdah.

Kalau kita mengaku seorang Muslim maka kita harus berani menjelaskan bahwa Islam itu adalah agama cinta damai yang berakar dari kata Al-salam (peace). Semua ibadah sholat yang kita lakukan ujungnya itu adalah untuk kemanusiaan, yakni mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.

“Karena kalau kita sholat tapi ujungnya korupsi, melakukan kejahatan, menebar hoax – menebar firnah, melakukan kekerasan lalu dimana sholatnya?“ tanya Musdah.

Rukun Islam yang pertama adalah bersyahadat yaitu mengakui tiada Tuhan selain Allah, kedua kita melakukan Sholat, ketiga berpuasa, empat zakat dan kelima pergi haji bila punya kesempatan dan kemampuan.

Karena itu menurutnya, kita melakukan semua ibadah yang kita yakini (Sholat, Puasa, Zakat dst) itu mengajarkan kita membangun damai di dalam kehidupan keluarga, di dalam kehidupan masyarakat, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, juga dalam kehidupan bersama secara global.

Jadi kita bisa disebut Muslim jika sepanjang hayatnya melakukan upaya-upaya membangun damai seperti diajarkan dalam Qur’an dan Sunnah.

Kenapa Islam disebut agama cinta damai adalah karena beberapa alasan. Pertama, umumnya agama-agama di dunia ini disebut dari nama pendirinya atau pembawa ajarannya. Budha berasal dari Siddharta Budha Gautama di pembawa ajaran Budha. Hindu berasal dari nama tempat kelahiran di Asia Selatan, dimana dalam Hindu tidak ada makna atau konsep tentang Ketuhanan, tidak ada konsep mengenai kenabian (tapi di Indonesia itu harus punya Tuhan dan harus punya nabi supaya itu bisa diakui sebagai agama).

“Sementara Islam itu tidak dinamakan dari nama pendiri atau pembawa ajarannya yakni Nabi Muhammad saw. Nama Islam itu diberikan sendiri oleh Allah SWT dan itu tercantum di dalam Al-Quran. Kata Islam berasal dari kata Arab “salima” artinya damai. Sedang kata Muslim diambil dari kata kerja aktif “aslama“. Artinya: aktif mengupayakan perdamaian. Muslim adalah sosok yang selalu aktif dan dinamis merajut damai. Menjadi Muslim (being a Muslim) adalah sebuah proses yg berlangsung sepanjang hayat.

Makna damai adalah sebuah kondisi yang memenuhi paling tidak 5 prinsip yaitu: Pertama, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, penghapusan kemiskinan, kelaparan, pengangguran, semua penyakit menular yang membahayakan. Kedua, prinsip kesetaraan semua manusia, tidak ada satu pun manusia yang boleh diperlakukan secara diskriminatif dan eksploitatif untuk alasan apa pun. Ketiga, prinsip keadilan bagi semua manusia tanpa kecuali. Adil adalah pemenuhan hak-hak asasi manusia yang paling mendasar, seperti hak hidup, hak kebebasan beropini, hak kebebasan beragama, hak properti dan hak kesehatan reproduksi. Keempat, prinsip penghargaan terhadap semua manusia tanpa kecuali. Sebab, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia, makhluk yang memiliki harkat dan martabat. Dan Kelima prinsip pemenuhan rasa aman, mencegah konflik, perang, dan segala bentuk teror yang membuat manusia merasa tidak aman.

Diinformasikan juga oleh panitia bahwa kajian ini akan berseri dan rutin diadakan setiap bulannya. Sedangkan rencana kajian kedua adalah pada Hari Minggu, 14 Oktober 2018 dengan tema: Islam sebagai Rahmat lil Alamiin.(*)

 

0Shares
×

Salam Sejahtera

× Hai