Keren nama kegiatannya: “Xpedisi Feminis”. Biasanya, membaca tulisan feminis, pikiran kebanyakan kita lalu mengarah kepada sekumpulan perempuan yang kritis, bebas dan tidak agamis.
Pikiran stereotip seperti itu harus dibuang jauh. Sebab, arti feminis tidaklah demikian.
Kelompok penyelenggara Xpedisi feminis ini adalah mahasiswa S2, UI yang mendalami kajian gender. Sebagian mereka adalah alumni pesantren yang akrab dengan kitab-kitab kuning atau literatur keislaman klasik. Mereka mengerti ajaran Islam dengan baik dan bangga menyebut diri sebagai feminis.
Mengapa? Bagi mereka, feminisme adalah perjuangan menegakkan keadilan, termasuk keadilan bagi perempuan. Karena itu, feminis pertama bagi mereka adalah Nabi Muhammad saw. Sepanjang hidupnya, beliau berjuang menegakkan keadilan termasuk keadilan gender.
Perempuan adalah kelompok yang paling banyak menjadi korban ketidakadilan dalam masyarakat akibat kultur patriarki, akibat kebijakan publik dan undang-undang diskriminatif dan akibat interpretasi ajaran agama yang bias dan tidak humanis.
Xpedisi feminis dimaksudkan sebagai kampanye menyuarakan keadilan, khususnya bagi perempuan sekaligus upaya advokasi untuk mengeliminasi berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis gender yang akhir-akhir ini semakin marak di masyarakat. (*)
Terkait
Novi Citra Indriyati, Vokalis Band Sukatani dan Simbol Perlawanan
Mary Jane Fiesta Veloso: Perjalanan Panjang Menuju Pembebasan
Orde Baru dan Depolitisasi Perempuan