Selamat pagi sobat SuPer. Kali ini redaksi ingin memuat tulisan esai karya Chris Poerba dalam menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Tulisan ini juga tulisan untuk lomba esai Esoterika dalam rangkaian Festival Toleransi Indonesia 2024.
—————————-
Paus Membasuh Kaki Semua Umat di Indonesia Agar Semakin Kuat Melangkah dalam Keberagaman dan Kesetaraan
(Menafsir Pesan Pluralisme Lukisan AI Denny JA)
Oleh: Chris Poerba
Membasuh kaki adalah upaya menyembuhkan sakit dan memulihkan luka, pedih, getir, dan trauma yang pernah hinggap dalam perjalanan hidup umat manusia. Namun, lukisan ini juga mengandung pesan-pesan pluralisme. Sebuah harapan untuk setia merawat keberagaman dan kesetaraan bagi semua umat di Indonesia. Apapun latar belakangnya, etnis, keyakinan, sosial, tradisi, besar atau kecil, semua dikenal oleh-Nya.
Lukisan Paus Membasuh Kaki Umat di Indonesia
Paus Fransiskus akan datang melawat ke Indonesia (3-6/09/2024). Beragam rangkaian kegiatan telah direncanakan dalam menyambut lawatan Paus Fransiskus di bumi pertiwi. Tak terkecuali yang dilakukan oleh Denny Januar Ali atau Denny JA. Denny JA menyambut lawatannya dengan menorehkan pesan-pesan pluralis dalam bentuk lukisan. Pesan-pesan pluralisme ini akan dipamerkan dalam Pameran Lukisan Denny JA sebagai rangkaian Acara Festival Toleransi di Galeri Nasional (2-4/09/2024). Ada berbagai pesan-pesan keberagaman yang tertuang dalam karyanya.
Denny JA membuat lukisan dengan bantuan asisten Artificial Intelligence (AI). Melukis dengan AI saja sudah menjelaskan arti keberagaman. Sebenarnya ketika melihat lukisan ini, saya seperti sedang membaca surat. Teks, kata, dan untaian kalimat, satu persatu lompat jumpalitan dan berhamburan di dalam pikiran. Lukisan-lukisan tersebut ibarat goresan pena. Saya pun melihat lukisannya seperti membaca surat personal Denny JA yang dialamatkan kepada Paus Fransiskus. Lukisannya menggantikan surat untuk menyampaikan pesan-pesan pluralisnya kepada Paus Fransiskus. Pun, dalam lukisan telah menyiratkan harapannya agar Paus Fransiskus turut serta menemui dan melawat anak-anak, perempuan, dan kaum papa yang kurang beruntung di Indonesia. Termasuk menjumpai kalangan lintas agama dan iman di Indonesia.
Pesan pluralisme di dalam lukisannya tampak dengan adanya simbol lintas agama dan iman. Paus mengenakan kain di pundaknya ketika menemui anak-anak di halaman masjid. Paus menemui kalangan lintas agama dan iman, difabel, lansia di halaman gereja. Ada laki-laki memakai peci, perempuan berhijab, blangkon, kebaya, dan busana tradisi khas nusantara lainnya. Semuanya menyiratkan pluralitas atau keberagaman yang merupakan sebuah keniscayaan di Indonesia. Itulah rahmat yang telah dimiliki oleh kita sejak jaman nusantara tempo lampau. Beribu pulau, sejarah, tradisi, budaya dan bahasa telah lahir di bumi ini.
Namun, lukisan Paus membasuh kaki seorang kaum papa di halaman masjid menjadi sangat otentik. Upacara ini pun disaksikan oleh kalangan lintas agama dan iman. Tampak ada keheningan mendalam pada lukisan tersebut.
Merawat Keberagaman dan Menyemaikan Kesetaraan
Dalam pemaknaan umat Kristiani ada beberapa penanda atau simbol iman yang sering digunakan. Dari ujung rambut sampai ke telapak kaki. Penanda itu adalah kepala dibaptis dan kaki dibasuh. Umumnya air dipercikan di kepala dan kaki dibersihkan. Baptisan menjadi milik personal dari iman pemeluknya, namun kaki yang dibasuh memuat pesan makna universal dan pluralisme. Umat Kristiani mengimani bila sebuah penerimaan akan diri-Nya dimulai melalui baptisan dan biasanya hanya dilakukan satu kali. Sesuai dengan iman dan ajarannya. Namun makna membersihkan dan membasuh kaki merupakan upaya yang dapat dilakukan seumur hidup.
Mengingat tapak kaki adalah awal mula semua cerita perjalanan umat manusia. Telapak kaki adalah jejak peradaban manusia. Kita pun dapat hidup sampai hari ini, karena napak sejarah kaki nenek moyang. Dalam setiap tapak perjalanannya tak ayal manusia mendapati sakit, pedih, pilu, getir, diskriminasi, kekerasan, trauma dan semua tragedi dari sejarah umat manusia. Oleh karenanya ritual membersihkan dan membasuh kaki pun dapat diartikan sebagai makna pemulihan yang dilakukan terus menerus, selama hayat masih dikandung badan.
Dalam kisah di kitab suci tertulis, Yesus membasuh telapak kaki murid-muridnya. Kisah Yesus membasuh kaki murid-muridnya menyiratkan makna kesetaraan agar menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Seperti pesan yang disampaikannya, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohannes 13: 15). Keteladanan itu menyuarakan kerelaan untuk melayani dan rendah hati.
Denny JA, bukanlah penganut iman Kristiani, namun goresan lukisannya menyampaikan kesadaran pluralis. Lukisan Paus membasuh kaki kaum papa tidak berdaya di Indonesia mengingatkan kita bahwa kerelaan melayani manusia sejatinya tanpa memandang latar belakang, seperti etnis, tradisi, agama, keyakinan, dan lainnya. Karena semua dikenal oleh-Nya. Kesadaran pluralisnya juga merefleksikan bila membasuh kaki bukanlah lagi terbatas dalam ritual ajaran Kristiani semata, namun telah mengandung esensi spiritualitas dan makna universal.
Setelah kaki dibasuh, jemari telapaknya kembali bersih, jejak pedih luka lama kita tinggalkan, jauh di belakang, maka kita pun siap mengawali langkah baru. Denny JA telah menyampaikan pesan pluralismenya kepada Paus Fransiskus. Kesadaran pluralisme untuk keberagaman dan kesetaraan.
Chris Poerba, peneliti, esais cum pluralis
Terkait
Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, Keberanian Melawan KDRT dan Trauma
Resensi Buku: Menghadang Kubilai Khan
Puisi: Ketukan Palumu