UNiTE Short Film Fellowship 2025 mengajak pembuat film untuk menggunakan kekuatan cerita untuk menginspirasi perubahan. Fellowship ini bertujuan untuk mendukung para pembuat film dalam menciptakan cerita yang membuka percakapan, mengubah norma, dan menginspirasi diskusi publik tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan (KTP/AP).
UNiTE Short Film Fellowship diluncurkan pada bulan Oktober dan menerima lebih dari 180 ide cerita film pendek dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, lima kelompok film terpilih melalui proses kompetitif yang mencakup seleksi proposal dan wawancara dengan juri dari UN Women, UNFPA, dan Minikino.
Para pembuat film terpilih berpartisipasi dalam serangkaian lokakarya tatap muka dan daring yang berfokus pada penguatan keterampilan pembuatan film dan pendalaman pengetahuan mereka tentang KTP/AP. Kelompok film mendapatkan dukungan berupa dana produksi, mentoring intensif dari pembuat film pendek yang berpengalaman, dan konsultasi dengan pakar kesetaraan gender untuk membentuk narasi yang bertanggung jawab.
Kelima kelompok film terpilih telah menyelesaikan film pendek mereka, yang siap diputar dalam rangka memperingati 16 Hari Anti kekerasan terhadap Perempuan. Harapannya dari film pendek ini dapat memotivasi penonton untuk mengambil tindakan kolektif dalam mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.
Para Mentor
Kiki Febriyanti, pembuat film dan seniman yang dikenal dengan karya-karyanya tentang gender, isu sosial, dan budaya. Film-film pendek, dokumenter, hingga video seni karyanya telah berkeliling berbagai festival film nasional dan internasional.
Khozy Rizal, sutradara muda asal Makassar yang memulai perjalanan filmnya pada 2021. Karyanya seperti “Lika Liku Laki dan Basri & Salma in a Never-ending Comedy” diputar di lebih dari 60 festival internasional, termasuk Cannes, Sundance, Clermont-Ferrand, hingga Busan.
Winner Wijaya, dokumenternya “Ojek Lusi” pernah dinominasikan Piala Citra dan meraih penghargaan dokumenter terbaik di Festival Film Dokumenter 2017. Ia juga pemenang Minikino Best Begadang Filmmaking Competition 2020. Saat ini Winner sedang mengerjakan film dokumenter panjang pertamanya.
Para Pembuat Film
Gertak Film Indonesia

Gertak Film Indonesia merupakan production house yang berdomisili di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka kerap memproduksi film yang mengangkat isu-isu lokal yang ada di Kalimantan Barat. Gertak Film telah banyak memproduksi film yang bertemakan gender, perdagangan orang, budaya, perbatasan negara, hukum adat, korupsi dan lain sebagainya, dengan tujuan mampu menyuarakan isu yang selama ini jarang didengar dan dilihat. Emailnya gertakindonesia@gmail.com
Kerukunan Waria Bissu Sulawesi Selatan (KWRSS)

Adalah organisasi berbasis komunitas transgender perempuan tertua di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Berdiri pada Maret 1999, KWRSS berdiri untuk mempertahankan eksistensi kelompok Bissu, Calabai dan Calalai di Sulawesi Selatan.
Menjaga dan melestarikan budaya Bissu dan terminologi lima gender sebagai bagian dari warisan budaya. KWRSS mendorong kelompok Bissu, Calalai dan Calabai berpartisipasi dalam masyarakat tanpaadanya stigma, diskriminasi dan kekerasan, melalui lahirnya kebijakan yang inklusif terhadap kelompok ragam gender. Emailnya kwrss.sulsel@gmail.com
Komunitas Film Kupang

Adalah sebuah komunitas film independen yang berdiri dengan semangat kolektivisme untuk merawat keberagaman sinema Indonesia, khususnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka aktif dalam produksi, pendidikan, pemutaran, dan distribusi film. Kegiatan Komunitas Film Kupang mencakup lokakarya film, produksi film pendek (fiksi dan dokumenter), serta penyelenggaraan ruang apresiasi dan diskusi film. Emailnya filmkupang@gmail.com
O.M.G Film

O.M.G Film merupakan rumah produksi yang diinisiasi oleh Bani Nasution dan Fala Pratika pada tahun 2022. O.M.G fokus pada pengembangan cerita hingga memproduksi film. Saat ini O.M.G sudah merilis beberapa film pendek, antara lain film pendek fiksi Lunggah-Lungguh (2023) dan film pendek fiksi vertikal Dalam Dunia Maya (2024). Pada tahun 2024, O.M.G juga merilis dokumenter perdana Fala Pratika berjudul The Other Daughter yang dikembangkan dalam program Indonesian Documentary Laboratory. Saat ini O.M.G sedang menyelesaikan film pendek fiksi Lidah Api yang memenangkan kompetisi produksi di Jogja Pitch & Fund. Emailnya karisasd@gmail.com
Yayasan Kembang Gula

Kembang Gula merupakan kumpulan para pelaku perfilman di kota Solo yang ingin mewujudkan terciptanya masyarakat beradab. Berangkat dari persoalan persoalan di masyarakat yang sedang berkembang, Kembang Gula melawan dengan cara-cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan oleh masyarakat umum. Sikap toleran dan menghargai perbedaan adalah perilaku kunci yang sedang diperjuangkan. Melalui program Kembang Gula, diantaranya: Workshop produksi film, Pemutaran Reguler, Festival Film Merdeka, Kelas Sinema, Produksi Film dan Apresiasi Film kami berharap pada akhirnya visi tentang masyarakat yang bahagia akan terwujud. Emailnya yayasankembanggula@gmail.com
Sementara lima film pendek terpilih dan telah diproduksi dalam program ”UNiTE Short Film Fellowship 2025” antara lain FOTOME produksi Gertak Film, Pontianak; Potret (Kembang Gula, Surakarta); Malam Sepanjang Nafas (Komunitas Film Kupang, Kupang); DiRIAS Perias (KWRSS, Makassar); dan Bubble Trouble (OMG Film, Yogyakarta).[]
Sukir Anggraeni

Terkait
5 Film yang Menggugah Kesadaran Tentang Kekerasan terhadap Perempuan
Amnesty Indonesia Desak Pemerintah untuk Tetapkan Status Darurat Nasional demi Percepat Evakuasi Korban Banjir Sumatera
Rebricks Bertekad Tingkatkan Kualitas, Kapasitas, dan Semakin Memberi Dampak