Peran Vilma Espin dalam gerakan perempuan terbilang besar. Ia meningkatkan derajat perempuan di dalam masyarakat dengan mengupayakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ia menyuarakan agar ada kebijakan kesehatan dan perawatan anak serta pendidikan bagi perempuan. Ia berhasil meloloskan Undang-Undang Keluarga Kuba di tahun 1975 yang menyatakan bahwa laki-laki juga memiliki kewajiban yang sama dengan perempuan di dalam keluarga seperti merawat anak.
Vilma lahir di kota Santiago de Cuba, kota terbesar kedua di Kuba setelah Havana, pada 7 April 1930. Ayahnya, Jose Espín, adalah seorang pengacara keluarga kaya. Sedangkan ibunya, Margarita Guillois, sangat dipengaruhi tradisi Perancis. Vilma kecil bisa menikmati banyak hal: pendidikan, seni, dan olahraga. Untuk urusan seni, ia belajar musik, menyanyi, melukis dan balet. Namun, untuk pendidikannya, ia jatuh cinta pada ilmu kimia. Tak heran, ia pun memilih jurusan teknik kimia di Universitas Oriente.
Namun, semasa di Universitas Oriente, Vilma sibuk dengan banyak kegiatan. Ia adalah kapten tim Volley di kampusnya. Ia juga sempat terlibat kelompok paduan suara. Pada saat ia kuliah, Batista melakukan kudeta. Mahasiswa menolak kudeta itu. Saat itu, Vilma sudah ikut dalam aksi-aksi protes menentang kudeta. Sejak itu, ia mulai bersentuhan dengan gerakan politik. Ia berkenalan dengan seorang aktivis kiri bernama Frank País.
Sebagai respon terhadap kudeta Batista, Frank País membentuk organisasi bernama Acción Revolucionaria Oriental (Eastern Revolutionary Action). Vilma bergabung dengan organisasi ini. Selain menggelar aksi-aksi anti-Batista, organisasi ini juga menciptakan sel-sel untuk menyiapkan perlawanan bersenjata terhadap Batista. Belakangan organisasi ini melebur dalam ‘Gerakan 26 Juli’-nya Fidel Castro.
Kendati orang tuanya terbilang ‘kaya’, tetapi pintu rumahnya selalu terbuka bagi kaum pejuang. Saat kota Santiago kebanjiran imigran dari Haiti (saat itu diserbu Perancis), pintu rumahnya dibuka bagi kaum imigran. Saat Vilma terlibat dalam gerakan menentang Batista, rumahnya juga menjadi tempat penampungan dan perlindungan bagi ‘gerilyawan’ yang terlibat penyerbuan Barak Moncada.
Tahun 1954, ia tamat dari universitas. Ia adalah sarjana kimia pertama di Kuba. Tahun itu juga ia berangkat ke Boston, Amerika Serikat, untuk melanjutkan studi pasca sarjana di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Namun, selama studinya itu, ia tetap menjalin kontak dengan Gerakan 26 Juli di Kuba.
Setelah selesai di MIT, ia segera kembali ke Kuba. Namun, atas saran dari Fidel, ia singgah di Meksiko. Di sana ia menerima instruksi dari Gerakan 26 Juli untuk dijalankan di kotanya, Santiago. Di situ juga Fidel merancang ekspedisi “Granma”, yakni penyusupan pasukan gerakan 26 Juli memasuki Kuba. Ia bersama beberapa perempuan lainnya mengangkat senjata pada masa perang pemberontakan. Kawan-kawan seperjuangannya yang juga perempuan, antara lain: Tete Puebla, Celia Sánchez, Melba Hernández dan Haydée Santamaría, Demikianlah, Vilma Espin kemudian menjadi ikon perempuan revolusioner Kuba.
Pada tahun 1959, Vilma Espin menikah dengan Raul Castro, seorang menteri dan adik presiden Kuba, Fidel Castro. Mereka dikaruniai empat orang anak, yaitu: Mariela Castro, Alejandro Castro Espín, Déborah Castro, Nilsa Castro. Suaminya, Raul Castro adalah Menteri Pertahanan Kuba dan kemudian menjadi Presiden Kuba.
Peran dalam Pemerintahan Kuba
Berkat dorongannya, tanggal 23 Agustus 1960, berdirilah Federasi Perempuan Kuba (FMC). Ia menjadi ketua organisasi tersebut–hingga meninggal tahun 2007. Meski baru berdiri, FMC telah memobilisasi perempuan Kuba untuk membangun sekolah dan klinik kesehatan.
Tak hanya itu, FMC juga mengumpulkan anak jalanan, membantu kaum miskin di pemukiman kumuh, dan tugas-tugas sosial lainnya. Yang lebih penting lagi, FMC aktif mendorong keterlibatan perempuan Kuba dalam revolusi. Tahun 1961, ketika Fidel memulai kampanye pemberantasan buta huruf, FMC berperan aktif di dalamnya. Ratusan ribu perempuan, terutama perempuan muda, menyebar ke seluruh pelosok Kuba untuk mengajari jutaan rakyatnya membaca dan menulis.
Vilma juga berhasil mendorong berlakunya undang-undang keluarga Kuba, yang mendorong pembagian kerja seksual yang adil di dalam rumah tangga, termasuk keterlibatan laki-laki dalam mengurus pekerjaan dapur dan mengurus anak. Ia selalu berkeinginan agar perempuan Kuba, bersama-sama dengan laki-laki, bekerja untuk revolusi. Keterlibatan perempuan dalam revolusi dinyatakan oleh Vilma Espin dalam buku Women in Cuba: The Making of a Revolution Within the Revolution: “Apa yang kami lakukan adalah berbicara tentang partisipasi. Perempuan ingin berpartisipasi.”
Dalam pidatonya pada konferensi tahunan untuk perempuan Internasional di Mexico City tahun 1975, ia mengatakan: “Kita telah mendapatkan apa pun yang diperjuangkan oleh Konferensi. Perempuan adalah bagian dari manusia, jika Anda tidak berbicara tentang politik, Anda tidak akan mengubah apa pun.”
Pada 18 Juni 2007, ribuan rakyat Kuba melepas kepergian Vilma Espin, istri Presiden Kuba Raul Castro yang selalu dikenang sebagai perempuan revolusioner yang tidak gentar memperjuangkan hak perempuan dan rakyat. Tidak hanya perempuan di negerinya namun juga perempuan dari rakyat dunia.
Untuk membangkitkan perempuan Kuba, Fidel Castro menulis: “Contoh sosok Vilma hari ini lebih dibutuhkan dibanding sebelumnya. Dia mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, ketika di Kuba banyak perempuan terdiskriminasi sebagai manusia, seperti di tempat lain di seluruh dunia, dengan hanya pengecualian terhadap sejumlah perempuan revolusioner yang terhormat.”
Humaira
Terkait
Sudaryanti, Komitmen Menjaga Bumi Lewat Eco Enzym
Sherly Tjoanda Laos: Usung Perubahan Maluku Utara
Sitti Anira Kanaha, Sastra dan Perlawanan Perempuan