Kiprah pejuang perempuan satu ini memang luar biasa. Rita Handayani, ST namanya. Ia mengabdikan waktunya untuk masyarakat.
Dalam kesehariannya Rita banyak melakukan kegiatan sosial salah satunya di centra vaksin ILUNA. Rita juga berkecimpung dalam kegiatan sosial bagi masyarakat kurang mampu.
Pengabdiannya dilakukan dengan cara berbagi cerita bersama mereka, membantu warga yang sakit dan mereka yang berada di jalanan. Keren bukan? Walaupun Rita melakukan semua itu bukan untuk mendapat pujian namun berangkat dari ketulusan hatinya dan keinginan untuk bisa berguna bagi sesama.
“Sebenarnya dari SMP aku udah suka ikut kegiatan sosial, tapi vakum saat aku hamil dan punya anak. Trus mulai ikut giat lagi saat anakku yang kecil umur 5 tahun, udah bisa ditinggal-tinggal pergi” Ujarnya menambahkan.
Terbukti dengan aktivitasnya dalam mendampingi sejumlah anak di bawah umur yang mengalami kekerasan. Empat diantaranya mengalami kekerasan seksual.
Dalam pendampingan ini, banyak suka duka yang dialaminya. Pengalaman bersama anak-anak korban kekerasan seksual semakin meneguhkan niatnya untuk terus melakukan pengabdian bagi masyarakat. Mengentaskan korban agar dapat pulih dari trauna dan menjalani kehidupan secara mandiri.
Selain Suluh Perempuan, Rita juga aktif dalam Forum Komunikasi Antar Umat Beragama dan juga Gerakan pemuda Oikumene. Masih belum cukup, di sela-sela waktunya untuk mengasuh kedua anak laki-lakinya, Rita juga menjabat sebagai sekretaris di sebuah partai politik yaitu DPK Partai Rakyat Adil Makmur – PRIMA.
Energinya seperti tidak ada habisnya. Dalam satu hari Ia membagi waktu untuk keluarga dan masyarakat.
Riita mengaku suka sekali berada ditengah-tengah masyarakat yang kurang mampu, orang-orang jalanan, pemulung dan lain sebagainya.
Menurutnya karena dengan begitu Ia bisa selalu mengucap syukur pada Tuhan karena meskipun dirinya sendiri kekurangan dan tidak luput dari masalah, namun diluar sana ternyata ada yang kehidupannya lebih kekurangan. Dengan ini Rita jadi banyak memetik pelajaran hidup dari setiap orang yang ia temui.
Disamping rasa suka, Rita juga kadang merasa sedih karena memiliki fisik yang lemah sehingga menghambat kegiatannya. Selain itu kesedihan juga menghampiri saat Rita merasa tidak mampu membantu secara materi. Kondisi finansialnya yang pas-pasan tidak memungkinkannya untuk memberi bantuan dalam bentuk nominal.
Hal ini diakuinya membuat ia dipandang sebelah mata dan di anggap hanya pencitraan dalam posisinya sebagai anggota sebuah partai politik. “Padahal aku kalo lagi melakukan kegiatan sosial gak pernah bawa nama partai, saat pendampingan juga gak pernah bawa-bawa nama partai”.
Untuk menambah penghasilan dan menutupi kebutuhan sehari-hari serta memenuhi pembiayaan dalam melakukan berbagai aktivitas sosial, Rita saat ini mulai merintis usaha PAYAKRES. Dengan usaha ini, Rita berharap agar nantinya usaha ini mampu membuka peluang bagi ibu-ibu di sekitarnya agar memiliki penghasilan sendiri Banyak diantara ibu-ibu yang dikenalnya ingin bekerja namun tanpa perlu meninggalkan anak-anaknya. Payakres merupakan hasil kreativitas Rita berupa makanan olahan yang terbuat dari buah Pepaya. Camilan sehat dari irisan pepaya yang dikeringkan dan dimasak dengan dua macam rasa, asin dan pedas. Saat ini Payakres baru diedarkan melalui media sosial dan dari mulut ke mulut. Konsumennya baru terbatas teman-teman dekat. Untuk selanjutnya Rita ingin terus belajar mengembangkan usaha ini.
Bagi Rita, semua yang dilakukannya sesuai dengan pandangan hidupnya, “Sederhana saja yaitu menebarkan KASIH, menggunakan hukum kasih untuk setiap hal yang aku kerjakan”. Walaupun menurut Rita pandangan hidupnya sederhana, namun sesungguhnya yang ia lakukan tidak sesederhana itu, bahkan luarbiasa.
Semoga Rita dapat terus menebarkan kasih dan memberi inspirasi bagi kita semua untuk juga dapat berbuat bagi sesama. Terimakasih Rita.
Ernawati
Terkait
Resensi Buku: Menghadang Kubilai Khan
Sunat Perempuan, Tradisi Berbalut Agama yang Membahayakan
Dari Aktivisme Borjuis ke Solidaritas Sejati: Membangun Gerakan Sosial yang Inklusif