“Venezuela adalah tanah air kami, kami sosialis, kami adalah Chavista.” Begitulah kalimat bersemangat dari salah satu pembicara perempuan sehari sebelum konferensi anti fasisme dilaksanakan di Caracas, Venezuela.
Banyak acara yang dibuat oleh komunitas menjelang konferensi anti fasisme. Komunitas mengundang para delegasi internasional di basis mereka. Para pemimpin perempuan yang hadir, menyampaikan orasi demi orasi tentang bagaimana mereka menentang fasisme dan imperialisme. Dengan tampilan yang sangat sederhana, pidato-pidato mereka begitu subtansif, tajam dan ideologis.
Para perempuan ini menjelaskan situasi pasca pemilu. Di mana, sempat terjadi bentrokan massa karena kelompok oposisi menentang kemenangan Nicolas Maduro Moros.
“Mereka memanipulasi media, mereka tidak mengatakan kebenaran terkait negara kami,” ucap salah satu perempuan yang berpidato.
Ada 8 perempuan yang berpidato dan 4 orang laki-laki. Pidato mereka menjadi ‘api’ perlawanan bagi fasisme, imperialisme. Pidato-pidato mereka didengar oleh ratusan rakyat yang berada di komunitas, termasuk para delegasi internasional yang akan menghadiri konferensi anti fasisme 10-11 September 2024.
Mengapa Perempuan Venezuela Melawan Fasisme?
Fasisme adalah suatu sikap nasionalisme yang berlebihan dan merupakan suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Prinsip kepemimpinan negara fasis didasarkan pada otoritas yang mutlak atau absolut. Negara fasis menggunakan kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris, dan otoritarianis.
Fasisme adalah ancaman terbesar bagi gerakan perempuan dan peradaban suatu bangsa. Adalah hal prinsip, untuk menentang fasisme. Karena, fasisme bukan melahirkan kemerdekaan tetapi melahirkan penindasan demi penindasan. Fasisme adalah kekuasaan yang berdasarkan pada kediktatoran, yang akan selalu berkelindan dengan patriarki untuk menindas perempuan.
Venezuela memiliki sejarah panjang diembargo oleh Amerika Serikat. Dibawah panji-panji sosialisme, negara ini mampu survive walaupun mendapat blokade ekonomi maupun politik. Berbagai embargo dan blokade, tidak membuat negara ini lumpuh begitu saja. Justru semakin kuat dengan gerakan perlawanan.
Perempuan Venezuela dan Gerakan Anti Fasisme
Di Caracas Venezuela, kurang lebih 80% para pemimpin komunitas adalah perempuan. Para perempuan ini berasal dari basis-basis rakyat, dimana mereka tinggal. Saya menyaksikan begitu mengagumkan bagaimana rakyat dididik dengan pergerakan untuk melawan. Dan tampuk perlawanan itu ada ditangan para perempuan dan laki-laki yang bersatu.
Pelibatan perempuan dalam basis rakyat atau komunitas rakyat, (kalau di Indonesia kita menyebutnya setingkat RT/RW) menjadi sebuah hal penting dalam sejarah di Venezuela. Para perempuan diberikan akses dan posisi yang sama dan setara dengan laki-laki. Bahkan, perempuan dan laki-laki sejajar dalam pertemuan-pertemuan besar kerakyatan.
Tentu saja, ini bukan hanya kuantitas presentasi perempuan saja. Tetapi bagaimana kesadaran rakyat terbangun. Bahwa perempuan-perempuan berhak memiliki akses yang sama dengan laki-laki, dan negara Venezuela, negara sosialis itu telah membuktikan kepada kita semua.
Negara Venezuela, telah menunjukkan kepada dunia, bahwa mereka telah lama melawan fasisme dan akan selalu melawan. Bagian ini menjadi penutup pidato dari para perempuan dengan sorak-sorai rakyat “Viva Venezuela, Viva Chavista, Viva Bolivariana”
Penulis: Fen Budiman
Sekjen Suluh Perempuan (Anggota Konferensi Anti Fasisme di Venezuela)
Terkait
6 Keunggulan Swedia sebagai Negara Sosial Demokrasi
Venezuela Galang Pemilu Anti Imperialis
Perempuan Kuba Berpartisipasi Dalam Semua Bidang: Politik, Ekonomi dan Sosial