Gairah membaca di kalangan mahasiswa cukup tinggi. Namun sayangnya gairah ini tersendat akibat minimnya bahan bacaan. Terlebih dengan tidak adanya toko buku yang menjual bahan bacaan bagi kalangan anak-anak hingga dewasa.
Menyadari hal ini, Suluh Perempuan Halmahera Utara berinisiatif untuk menggelar LAPAK BACA SULUH PEREMPUAN sejak tanggal 15 mei yang lalu.
Jheni Rajab, ketua Suluh Perempuan Halmahera Utara, memimpin kawan-kawannya untuk menggelar lapak baca sejak pukul 8:00-16:00 WIT dari hari senin hingga Jumat. Bertempat di kampus UNIERA, terbukti sejak dibuka hingga hari ini, lapak baca Suluh Perempuan terus didatangi mahasiswa untuk membaca di tempat.
Menurut Nitha, tujuan digelarnya lapak baca ini untuk meningkatkan literasi di kampus dan juga bagian dari kerja kampanye kawan-kawan Suluh Perempuan Halmahera Utara untuk penyadaran mengenai issue kesetaraan gender.
Ide membuka lapak baca ini berawal dari hasil diskusi dri kawan-kawan Suluh Perempuan yang berangkat dari realita minimnya gerakan Literasi di kampus UNIERA. Realita ini dapat terjadi karena berbagai sebab, minimnya ketersediaan bahan bacaan, terbatasnya akses dan minimnya kebiasaan membaca sejak dini.
Mengutip laporan riset Central Connecticut State University di 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dengan tingkat literasi rendah. Sedangkan data statistik dari The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan minat baca masyarakat Indonesia, sangatlah memprihatinkan yaitu hanya 0,001%.
Sementara, dari data penelitian yang digelar United Nations Development Programme (UNDP), indeks pembangunan manusia (IPM) di tingkat pendidikan yang ada di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu 14,6%. Jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang memiliki persentase hingga 28%.
Berdasarkan hasil asesmen nasional (AN) 2021 menunjukkan Indonesia mengalami darurat literasi. Sebab, 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Hasil AN 2021 konsisten dengan hasil PISA 20 tahun terakhir, yang menunjukkan skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD.
Namun kita cukup berbesar hati karena berdasarkan data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022.
Skor tersebut meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin. Tentu saja data ini cukup menggembirakan. Membaca buku dapat menjadi salah satu aspek penting dalam mendorong literasi masyarakat.
Selain untuk mengisi waktu luang, membaca juga dapat membantu untuk meraih pengetahuan yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Selain membaca, para pengunjung Lapak baca juga kerap melakukan diskusi secara bebas seputara issue gender dan HAM.
Bahkan dalam beberapa hari ke depan, Lapak Baca berniat mem-fasilitasi diskusi dengan lebih serius agar terdapat kajian dengan tema-tema khusus.
Buku-buku yang tersedia di Lapak Baca berasal dari kawan-kawan Suluh Perempuan. Dari kamar kost masing-masing berpindah ke lokasi Lapak Baca.
Selanjutnya Lapak Baca akan berpindah ke kampus UNHENA. Di masing-masing kampus juga memiliki perpustakaan namun jarang ada pengunjungnya. Entah dengan alasan apa tapi mungkin karena buku-bukunya kurang menarik minat baca para mahasiswa.
Minimnya bahan bacaan terlebih dengan tidak adanya toko buku di Tobelo semakin mengurangi minat baca. Untuk mendapatkan bahan bacaan, para mahasiswa bisa membelinya di Ternate.
Namun sebagian besar buku yang dimiliki kawan-kawan dibeli langsung dari Pulau Jawa. Menurut kawan-kawan, buku bacaan mahasiswa yang paling diminati.
Berita akan ditutupnya seluruh gerai Toko Buku Gunung Agung di akhir tahun ini menjadi semakin miris di saat beberapa daerah mengalami kekurangan bahan bacaan dan minimnya toko buku di daerah tersebut.
Jarak tempuh yang lumayan jauh membuat ongkos kirim ke beberapa daerah melebihi harga buku. Hal ini menjadi kendala tersendiri untuk mendapatkan bahan bacaan dari kota-kota besar di provinsi lain.
Situasi ini cukup memprihatinkan di saat generasi saat ini mulai meninggalkan kebiasaan membaca buku secara fisik dan menggantinya dengan men-download dari situs-situs bacaan yang banyak tersebar di internet.
Di sebagian wilayah, kondisi geografis tidak memungkinkan untuk memiliki akses internet mudah dan lancar. Kehadiran buku secara fisik masih dibutuhkan.
Dengan segala keterbatasan, semangat kawan-kawan Suluh Perempuan Halmahera Utara parut di apresiasi. Langkah kawan-kawan untuk membuka Lapak Baca sudah tepat dan layak mendapat dukungan.
Semoga semangat dan daya tahan kawan-kawan Suluh Perempuan Halmahera Utara tetap terjaga hingga bisa terus memggelar Lapak Baca di berbagai kampus yang ada.
Salut.
Ernawati
Terkait
Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, Keberanian Melawan KDRT dan Trauma
Resensi Buku: Menghadang Kubilai Khan
Paus Membasuh Kaki Semua Umat di Indonesia, Melangkah dalam Keberagaman dan Kesetaraan